Ardiansyah, Kisah Hijrah Sang Montir Jadi Petani di Perbatasan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
Tiga malam berturut-turut, Ardi gelisah tak bisa tidur. Dia jenuh bekerja sebagai montir sepeda motor. Sebelas tahun profesi itu digelutinya. Dia berfikir untuk alih profesi, akhirnya membulatkan tekad hijrah ke sektor pertanian, dimulai dengan menanam timun dan semangka. Pemuda dengan nama lengkap Ardiansyah tersebut lahir Jumat 22 Maret 1991 di Desa Simpang Empat, Kecamatan Tangaran, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Sebuah desa di perbatasan yang hanya berjarak sekitar 100 kilometer dari Negara Malaysia. Saat ini Ardi menetap di Dusun Darul Makmur, Desa Semata, Kecamatan Tangaran, bersama istrinya Nurhafizah serta dua buah cintanya Aqeela dan M. Aqil Saputra. Sejak kelas 1 SMP, Ardi sudah bekerja menjadi montir di bengkel motor. Kurang lebih sebelas tahun profesi itu digelutinya, bergumul dengan oli, kunci-kunci dan rumitnya mesin rusak setiap hari. Hingga dewasa, dia tetap menjadi montir. Bekerja sebagai montir bahkan membuatnya putus sekolah. Pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian, Kecamatan Tangaran tak bisa dia selesaikan, hanya sampai kelas dua. Agar pendidikannya setara, dia mengikuti Ujian Nasional Paket C tahun 2009. "Terlalu sibuk dengan pekerjaan sebagai montir di bengkel membuat saya putus sekolah. Ditambah rendahnya motivasi untuk sekolah saat itu, karena sudah mengenal dunia pekerjaan, dan pengaruh lingkungan," katanya. Ardi adalah pemuda cekatan, dia dianugerahi tangan dingin, terlihat jelas saat mengoprek sepeda motor. Selama jadi montir dia tak punya puncak karir apapun. Tidak ada yang bisa diraihnya kecuali pengalaman hidup yang keras. Dia akhirnya memutuskan jadi petani. Menjawab kegelisahan yang dialami dengan mencoba peruntungan di dunia pertanian. Keluarga kecilnya mendukung. Dia yakin apapun yang dijalani dengan niat yang tulus, pasti membuahkan hasilnya. "Sebelas tahun bekerja saya jenuh di dunia otomotif dan berpikir ingin jadi petani saja. Tiga malam berturut-turut rasanya gelisah tidak bisa tidur. Akhirnya karena istri mendukung, saya putuskan untuk fokus bertani," katanya. Ardi bukan sekedar petani biasa, selain muda dan bertenaga, dia punya mimpi besar. Bercita-cita membuat sebuah lahan pertanian terpadu, menggabungkan konsep holtikultura, peternakan, dan perikanan. Konsep cemerlang yang banyak diterapkan oleh petani-petani modern di luar sana. Ardi memang terlahir dari keluarga petani, karenanya sudah biasa mencangkul tanah. Dia sama sekali tak menyesali keputusan yang dia pilih. Bahkan, melihat semangat petani muda yang lain, dia semakin termotivasi. Bersama-sama membangun sektor pertanian dari akar rumput. Bagi Ardi, hijrah dari montir ke petani ternyata lebih menjanjikan, saat ini dia menanam cabai rawit, jambu kristal dan semangka, paling sedikit omzet yang diraihnya Rp.5 juta per bulan. Jauh lebih besar daripada bekerja di bengkel. Bangga Bertani Ardi merasa bangga jadi petani. Semangat mudanya bisa menularkan motivasi kepada pemuda lain. Di sela-sela bertani, dia juga mengajar di SMK Pertanian Tangaran. Di era yang serba digital saat ini, dia bisa belajar lewat internet, mempraktekkan nya secara langsung di kebun miliknya, dan mengajar di sekolah. Ardi adalah salah satu contoh petani muda yang bekerja dengan metode pertanian modern. Banyak cara tradisional yang telah dia tinggalkan. Kendati demikian bukan berarti dia lupa cara-cara tersebut. Dia paham betul seperti apa perbedaan menggunakan cangkul dan cultivator. "Saat ini pemerintah sedang mendorong habis-habisan agar petani mentransformasikan metode pertanian tradisional ke modern membuat, seiring dengan munculnya para petani muda atau petani milenial," katanya. Petani tradisional bekerja dengan cara-cara sederhana yang diturunkan secara turun-temurun. Kebanyakan petani tradisional hanya menanam untuk kebutuhan sehari-hari saja. Sedangkan petani modern, lebih menjurus ke wirausaha, bertujuan untuk mengkomersilkan hasil pertaniannya, itulah yang sedang ditapaki oleh Ardi. Dari cara kerjanya saja kata Ardi, petani tradisional kebanyakan menggunakan tenaga manusia, apa-apa dikerjakan manual. Sedangkan petani modern lebih banyak menggunakan alat mesin pertanian (alsintan), seperti traktor, mesin tanam, pestisida, pupuk kimia dan sebagainya. [caption id="attachment_27361" align="alignnone" width="696"]Ardiansyah mengaku bangga menjadi petani muda/pribadi Ardiansyah mengaku bangga menjadi petani muda/pribadi[/caption] Paling mencolok lainnya adalah biaya produksi, bagi petani tradisional biaya produksi relatif rendah karena luasan lahan yang digarap sesuai kebutuhan keluarga saja. Sedangkan petani modern seperti Ardi, selalu menghitung dan menyesuaikan modal di awal, sehingga hasilnya sudah bisa diprediksi. Ardi berpendapat, banyaknya contoh petani muda yang sukses secara tidak langsung telah memotivasi generasi muda lainnya. Itulah mengapa muncul para petani muda yang benar-benar serius menggeluti sektor pertanian. Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang menghantam semua sektor, terutama industri, ternyata sektor pertanian dianggap paling tahan banting. Bahkan, pemerintah berharap sektor pertanian bisa memacu geliat ekonomi kerakyatan di tengah himpitan pandemi Covid-19. "Anak muda cenderung mudah belajar, mudah menyerap ilmu pengetahuan tentang pertanian modern. Lebih cenderung memikirkan bagaimana bekerja mudah dengan hasil maksimal," katanya. Ardi sebenarnya sudah lama terpikir ingin fokus menjadi petani agar sukses. Petani yang bisa menginspirasi orang lain untuk ikut bertani. Namun beberapa kali niatnya untuk memulai diurungkan. Sebab citra petani sebagai pekerjaan yang dianggap tidak bergengsi. "Saya coba menjadi petani, dengan motivasi bisa bebas dan leluasa mengatur waktu bekerja. Ternyata setelah dijalani, saya menikmati dunia pertanian," katanya. Bagi Ardi jadi petani bisa bebas mengatur beban kerja. Bebas tapi serius dengan hasil menjanjikan. Menjadi petani tidak bisa sekedar iseng. Walaupun semuanya dimulai dengan coba-coba. Sektor pertanian sebenarnya sangat menjanjikan. Ardi sudah membuktikan itu, kendati di perjalanan banyak tantangan yang harus dihadapi. "Tidak sedikit tantangan dan hambatan dalam bertani. Seperti hama dan penyakit, pola perawatan dan sebagainya. Itulah tantangan bagi saya selama menjadi petani," katanya. Sebagai petani, Ardi fokus di tanaman holtikultura. Tanaman holtikultura dianggap cocok bagi petani wirausaha. Cepat panen dan hasilnya menjanjikan. Tapi rentan terserang hama penyakit. Mau tidak mau, harus sering mengamati perubahan tanaman supaya bisa melakukan penatalaksanaan yang tepat. Ketua Petani Muda Berkemajuan Petani Muda Berkemajuan disingkat PMB adalah wadah bagi petani milenial yang ada di Kabupaten Sambas untuk bertukar pikiran, berdiskusi, dan saling mengajar satu sama lain. PMB tak sekedar kelompok petani milenial yang menyatukan diri tapi jadi tempat silaturahmi para petani muda, atau bahkan petani pemula yang belum mengerti apa-apa. PMB diharapkan menjadi wadah regenerasi petani milenial di Kabupaten Sambas. PMB sendiri dikukuhkan oleh Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi pada Kamis 19 Agustus 2021. Ardiansyah diberi amanah jadi ketua. "PMB menjadi organisasi Petani Milenial pertama yang dikukuhkan oleh pejabat tinggi di Kementerian Pertanian secara langsung di Republik Indonesia," katanya. Menjadi Ketua PMB, Ardi dituntut untuk mengayomi para petani muda. Program yang dibuatnya harus singkron dengan program pemerintah. [caption id="attachment_27360" align="alignnone" width="720"]Ardiansyah kini menjadi bagian dari Petani Muda Berkemajuan Sambas/pribadi Ardiansyah kini menjadi bagian dari Petani Muda Berkemajuan Sambas/pribadi[/caption] Beberapa kali dia beraudiensi dengan kepala daerah. Sekedar diskusi, memecah masalah dan mencari solusi terhadap apa yang menghambat petani. Ardi kerap membawa anggota PMB untuk bersilahturahmi ke petani di luar daerah. Belajar dan bertukar pengalaman. Dia merasa beruntung, banyak anggota PMB yang punya kemauan kuat sepertinya untuk memajukan sektor pertanian di wilayah perbatasan seperti Kabupaten Sambas. PMB ibarat nasi paket lengkap, di dalamnya ada petani padi, petani holtikultura, peternak, pembudidaya ikan, ahli penyakit tanaman, ahli pestisida dan lain-lain. "Mulanya Petani Muda Berkemajuan ini bernama Petani Muda Ujung Negeri. Seiring berjalannya waktu, semuanya sepakat diberi nama PMB dan dikukuhkan oleh Wamentan. Kami semua bangga, mudah-mudahan organisasi ini bisa menjadi ladang amal untuk kami semua," pungkasnya. (Yak). ***
Penulis : admin
Editor :

Leave a comment