Baliya Tiakh Alqadri: Berawal Dari Cinta Budaya, hingga Prestasi Mendunia

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
Baliya Tiakh Alqadri. Namanya menggema di ballrom luas. Malam itu, ada agenda besar bagi pemuda asal Kabupaten Sanggau itu. Ia baru saja terpilih sebagai Ketua Perwakilan Daerah Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) periode 2022-2024. Baliya terpilih dalam Musyawarah Daerah (Musda) ke-IV Dewan PCMI Provinsi Kalimantan Barat, melalui proses musyawarah dan mufakat, di Gedung A Universitas Tanjungpura Pontianak, belum lama ini. Ia adalah alumni Pertukaran Kapal Pemuda Asia Tenggara dan Jepang (SSEAYP) tahun 2013 yang saat ini berdomisili di Kabupaten Sanggau. SSEAYP adalah salah satu prestasi globalnya. Kiprah Baliya tak hanya tingkat lokal tapi sudah mendunia. Tak hanya bicara prestise bagi dirinya, tapi yang jelas kedua orangtua dan keluarga besar Baliya pasti membuncah bangga. Tak banyak yang mengetahui masa kecil Baliya ini. Nah, lewat wawancara intens berikut kami gambarkan bagaimana kiprah awal hingga ia mampu menembus kancah internasional. Anak Desa yang Aktif Baliya Tiaks Alqadri lahir di Tanjung Sekayam, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau. Ia lahir pada 10 April 1990. Panggilan akrabnya Aa'. Anak kedua dari tiga bersaudara ini dikenal sangat aktif sejak di bangku sekolah dasar. Anak tak bisa diam. Begitu orang desa menyebutnya. Bahkan sang orang tua tak bisa berbuat banyak. Sang ayah tak terlalu mempermasalahkan hal itu. Selama tak berbau negatif, mereka tak mempermasalahkan. [caption id="attachment_26018" align="alignnone" width="876"]Masa kecil Baliya Tiakh Alqadr/dok pribadi Masa kecil Baliya Tiakh Alqadr/dok pribadi[/caption] Baliya bercerita, saat masih usia 5 tahun ia punya sepeda. Seperti anak pada umumnya, punya sepeda seperti punya harta karun. Tak bisa diam, selalu menjajaki area baru di sekitar kampung. Meski ia tak paham jalan, selama masih ada jalan, tak sungkan ia mengayuh sepedanya. Tengah asik mengayuh sepeda, tak sadar ia baru keluar dari jalur desa. Baliya kecil kebingungan. Tak tahu arah pulang. Untungnya, orang-orang yang lalu lalang jalan desa kenal Baliya. Baliya kecil diantarkan pulan dengan wajah penuh air mata. Tapi, namanya bukan Baliya kalau esok harinya hal itu berulang. Mendorong sepeda kecilnya keliling hingga keluar kampung. Bedanya, kali ini ia tak tersesat. Apalagi, banyak orang yang sudah kenal dirinya karena kejadian ‘nyasar’ itu. “Pokoknya setiap hari saya harus jalan. Tak jauh, kampung sekitar. Sepedanya didorong saja. Nah mungkin dari situ, saya punya jalan-jalan. Gimanapun caranya, harus jalan selama waktunya pas,” ujarnya. Milenial Gemar Ekstrakulikuler Lahir di zaman milenial yang kental teknologi, membuat banyak infomasi mudah didapat. Begitu juga yang dirasakan Baliya. Aktif sejak SD hingga SMA, tak heran banyak kegiatan ekstrakulikuler hingga kegiatan di luar sekolah ia ikuti. “Saya rasa dulu tidak menganggu kehidupan masa sekolah. Kalau mau ada kegiatan diluar jam sekolah dengan teman-teman, kita janjiannya di sekolah. Kumpul dimana, jam berapa dan lain-lain. Tanpa media komunikasi, saya dan teman-teman bisa melaksanakan itu,” ujarnya. [caption id="attachment_26020" align="alignnone" width="938"]Baliya Tiakh Alqadr selalu terlibat dalam berbagai kegiatan  seni budaya/dok pribadi Baliya Tiakh Alqadr selalu terlibat dalam berbagai kegiatan
seni budaya/dok pribadi[/caption] Ia mengakui, saat di bangku sekolah ia tak banyak punya kemampuan secara akademik. Bisa dibilang nilanya standar. Namun, untuk urusan percaya diri, dia rajanya. Tak heran, meski nilai akademi masih dalam skala normal tapi ia punya bakat lain, yaitu berorganisasi. "Kalau saat sekolah, jujur saja di bidang akademik saya sangat standar. Tidak menonjol. Untuk itu saya harus mengasah dan menekuni bidang ekstrakulikuler," kata Baliya. Rajin mengikuti kegiatan ekstra sekolah membawa angin segar. Ia dan sejumlah temannya terpilih mewakili Provinsi Kalimantan Barat dalam ajang nasional, yaitu Festival Olahraga Tradisional tingkat Nasional di Bandar Lampung. Bangganya, ia mewakili Sanggau membawa nama Kalbar. Tak hanya soal raihan prestasi, tapi bagaimana menunjukkan kemampuan terbaik. “Kami tanding dengan penuh semangat. Dalam pikiran kami, bukan soal menang kalah. Tapi soal penampilan yang terbaik,” ujar Anggota Sanggar Seni Bougenville Pontianak ini. Alhasil, Baliya cs berhasil menjadi juara 1 tingkat Nasional. Tak hanya itu, ia meraih juara favorit 2 nasional. Padahal, ia masih di bangku SMA di kelas 2. Ia bersekolah di SMA N 2 Sanggau. Bangga bukan kepalang Baliya saat itu. “Itu sungguh luar biasa. Jadi semasa itu tahun 2005. Bersama tim mewakili Kalbar dan juara 1. Itu menurut saya jaman itu adalah hal yang luar biasa,” katanya. Pesan Menyentuh Usai tamat SMN 2 Sanggau, Baliya pun memilih berkuliah di Kota Pontianak. Ia memilih Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Tanjungpura. Di kampus, ia makin giat berorganisasi dan terlibat di banyak kegiatan. Ia cukup mendulang perhatian. Bahkan, ia sempat ditanya oleh seniornya soal sukses. Padahal, saat itu ia baru memulai kuliah. Ia sempat terdiam. Dari situ, saya dijelaskan bahwa arti sukses adalah bukan sekedar materi. Sukses itu adalah sesuatu yang sudah rencanakan berjalan dengan baik dan berhasil hingga selesai. “Jadi untuk saat ini, saya masih baru memulai dengan perencanaan tentunya. Diakhir nanti baru akan ketahuan rencana itu berhasil atau tidak. Tapi saya yakini, bahwa hal itu akan sukses. Artinya akan berjalan sesuai harapan,” ujarnya. Saat ingin meraih mimpi, butuh kerja keras dan pantang menyerah. Di momen itu, ia kerap ingat pesan indah dari hadis Nabi Muhammad SAW, bahwa ‘tinggalkanlah yang menyebabkan keraguan kepada yang tidak meragukan’. Dari pesan itu membuat Baliya paham untuk menggapai cita-cita tanpa ragu melangkah ke depan. Selama niat dan tekad benar, apapun harus dikerjakan serius. “Daripada diawal saja sudah ada keraguan, maka hasil yang dicapai akan kurang maksimal,” ujarnya. Magang di Nusantara di IFI-LIP Yogyakarta Usai menematkan kuliah, Baliya lantas menerima tawaran bekerja IFI LIP Yogyakarta, tepatnya untuk Bidang Komunikasi dan Budaya selama tiga bulan. Di sana ia dituntut mengembangkan strategi komunikasi dan kerjasama dengan mitra kerja atau calon mitra kerja. Ia juga mengurus perizinan warga negara asing (Prancis) yang telah bekerjasama dengan IFI-LIP hingga menjadi mendampingi WNA asal Prancis. Dipercaya Jadi Ketua PCMI Ia dipercaya memimpin DPD PCMI Kalbar selama tiga tahun ke depan. Pasalnya, draft usulan komisi-komisi saat Musda tidak jauh berbeda dengan visi dan misi yang telah disusunnya saat mencalonkan diri. "Dengan begitu, kepengurusan baru bisa menjalankan visi misi dengan menyesuaikan amanah dari hasil Musda IV," ujar Baliya. [caption id="attachment_26022" align="alignnone" width="836"]Baliya Tiakh Alqadr dipercaya menjadi Ketua PCMI Kalbar/dok pribadi Baliya Tiakh Alqadr dipercaya menjadi Ketua PCMI Kalbar/dok pribadi[/caption] Ia pun meminta dukungan semua anggota PCMI Kalbar baik yang berdomisili di Kalimantan Barat. luar daerah maupun yang sedang berada di luar negeri untuk dapat memberikan ide, saran, dan kritik dalam menjalankan roda organisasi dengan baik. “Kita juga akan segera melaporkan kepengurusan baru kepada bapak Gubernur Kalbar melalui Disporapar Provinsi Kalbar yang telah mendukung PCMI selama ini,” ujarnya. Untuk diketahui, PCMI adalah organisasi kepemudaan para alumni program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga RI. Sebelum memimpin PCMI, ia aktif di sejumlah kegaitan budaya. Prestasi Mendunia Banyak prestasi yang ditorehkan honorer di salah satu instansi Kabupaten Sanggau ini. Baik prestasi perseorang hingga kelompok. Prestasi pun tak kaleng-kaleng bersama tim. Prestasi individu, mewakili Indonesia dalam program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) dengan peserta sebanyak 70 pemuda dari 45 negara yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI tahun 2014. Ia juga terpilih dari tiga orang dalam program National Intership oleh Yayasan Seni Kelola ditempatkan di Lembaga Indonesia Perancis Yogyakarta tahun 2015. Ia kembali capaian dengan masuk dalam program SSEAYP dengan host family sebagai salah satu item dalam program tersebut. Host Family atau orang tua angkat menjadikan Baliya kaya akan pengalaman di negeri Sakura itu. [caption id="attachment_26019" align="alignnone" width="876"]Baliya Tiakh Alqadr juga pernah menjadi alumni SSEAYP/dok pribadi Baliya Tiakh Alqadr juga pernah menjadi alumni SSEAYP/dok pribadi[/caption] “Begitu sampai di prefecture Kochi, Jepang. Kita ada pertemuan dengan pemerintah lokal, dihadiri juga para orang tua angkat. Nah, di acara tersebut kita dipertemukan dengan orang tua angkat oleh penyelenggara program, yaitu Pemerintah Jepang," ujarnya. "Wah itu buat saya senang sekali. Kapan lagi bisa berkenalan dengan orang Jepang yang jadi orang tua angkat selama kiat di sana,” sambungnya. Ia lantas tinggal bersama keluarga angkatnya selama tiga hari. Di sana Baliya banyak belajar tentang budaya Jepang. Bukan hanya budaya tapi bagaimana masyarakat atau keluarga Jepang hidup. Begitu juga etos kerjanya hingga disiplin dalam memelihara budaya yang ada. “Acara tersebut seperti acara ramah tamah. Kita saling berkenalan. Ada juga penampilan budaya lokal. Setelah acara selesai, kita langsung ikut orang tua angkat kita pulang kerumahnya. Tinggal di rumah orang tua angkat tersebut selama 3 hari,” paparnya. Selama tiga hari itu, Baliya diajak ke banyak tempat penuh sejarah Jepang. Dari wisata bersejarah, pasar tradisional, pabrik kertas tradisional. Bahkan mencoba membuat kertas sendiri. “Itu sangat berkesan, kita saling menghormati perbedaan budaya dan lingkungan tempat tinggal,” ucapnya. Usai tiga hari belajar banyak pengalaman budaya Jeang, Baliya pun menuju Vietnam, Thailand, Singapura, Filipina dan lalu balik lagi ke jepang. “Itu rangakaian program, total dari perjalanan nya sekitar 53 Hari. Banyak pengalaman di sana, teruatam Jepang yang paling berkesan. Orang tua angkat memberikan saya cindera mata sebuah stempel,” ujarnya. Mimpi Budaya Lokal Mendunia Dalam setiap kunjungan Baliya ke sejumlah negara, banyak yang ia pelajari. Bukan hanya masalah budaya tapi juga bagaimana hal-hal yang menginspirasi di setiap negara yang ia datangi ada pesan bahkan program yang bisa diterapkan di Indonesia, dalam hal ini Kalbar. Terutama bagaimana para pemuda tak hanya melestarikan budaya tapi terlibat langsung dalam kreatifitas pengembangan budaya lokal untuk masa depan generasi berikutnya. Mimpinya, budaya Kalbar bisa dikenal. Tak hanya Bali tapi juga Kalbar bisa mendunia untuk pariwisatanya. Kalbar punya banyak objek wisat dan seni budaya yang sangat unik dan punya ciri khas sendiri. Bagaimanapun pegiat budaya, ia punya tanggung jawab bagaimana mengenalkan budaya Kalbar di tngkay nisonal hingga dunia. Penujukannya menjadi Ketua PCMI Kalbar bukan hanya jabatan saja tapi amanah dan bagaimana punya tanggung jawab agar budaya kelokalan Kalbar bisa dikenal, dijelajahi hingga menjadi tempat penelitian bagi banyak orang dan lembaga. Budaya adalah identitas suatu bangsa. Jika suatu bangsa bisa mengamas budaya lokalnya dengan baik, maka tak mungkin negara itu bisa menjual hal apapun dari budaya itu sendiri, sepeti Amerika Serikat hingga Korea Selatan. Indonesia bisa melakukan hal itu. Generasinya pun bisa mendorong perubahan itu. Ia punya tanggung jawab bagaimana ke depan budaya Indonesia, terutama Kalbar bisa jadi bagian dari budaya yang mendunia. ***          

Leave a comment