Fatul Bahri: Pokir Dewan di Kayong Utara Tak Sejalan dengan Kebutuhan Petani

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
KAYONG UTARA, insidepontianak.com -Kepala Bidang Penyuluh, Dinas Pertanian dan Pangan Kayong Utara, Fatul Bahri sebut Pokok Pikiran (Pokir) DPRD tak sejalan dengan kebutuhan petani dilapangan. Menurut Fatul Bahri, saat ini banyak kegiatan pokir hanya berkelut di pembenahan fisik. Padahal menurutnya, hal krusial saat ini ialah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Petani di Kayong Utara. "Dinas pertanian bukan hanya bicara masalah aspirasi, infrastruktur, sarana prasarana tapi juga bicara tentang kondisi sumberdaya manusia petani itu sendiri , dan komuditi apa yang harus dikembangkan. Nah, ini harus satu kesatuan, jadi jangan bicara bangun parit jak, yang terjadi, banyak bangun parit, dinas pertanian juga punye target, punye perencanaan," ungkap Fatul Bahri Sabtu, (3/6/2023). Dirinya lantas mencotohkan salah satu wilayah yang mana lahan pertaniannya kerap menjadi target aspirasi anggota DPRD berupa galian parit, namun pembangunan bersumber dari Pokir tersebut malah menjadi salah satu penyebab gagal panen di daerah tersebut. "Contohnya di Pulau Maya. Itu banyak parit, udah berapa ribu meter panjang parit di pulau, di area persawahannya. Terus bagaimana untuk menahannya, sementara parit ini diaspirasikan, kita tak tau proses aspirasinya seperti apa. Kalau untuk sawah, secara teknis harus dihitung dulu, dan saya yakin yang ada itu banyak untuk datangkan air bukan untuk panen padi tapi untuk panen air, kalau musim hujan kebanjiran, kalau musim panas kekeringan," kesalnya. Ia pun juga menanggapi terkait keluhan anggota DPRD Kayong Utara Bung Tomo, yang mengeluhkan tingginya potongan kegiatan proyek di Dinas Pertanian dan Pangan. "Taruhannya itu bukan bicara masalah potongan persentase, tapi apakah kegiatan yang diusulkan itu punya dampak atau tidak terhadap pembangunan pertanian dan produksi, serta kesejahteraan petani itu sendiri. Cobalah kita tarik kebelakang ya, waktu sebelum Kayong jadi, atau baru baru Kayong jadi, Tanjung Satai, Kamboja, dengan kondisi yang parit minim, sebelum ada dibangun dengan aspirasi, orang (petani) produksi jak, padi bagus-bagus, tapi hari ini, produksinya gimana, banyak yang gagal panen, kenak banjir lah. Itu salah satu faktor bagaimana mengendalikan air, untuk di sawah dengan tipe lahan pasang surut, yang terjadi saat ini daerah pertanian mengalami kekurangan air dan kelebihan air," papar Fatul Bahri. Ia juga menjelaskan pentingnya komunikasi antara legilatif dan eksekutif, agar aspirasi yang disampaikan dapat berdampak untuk pembangunan pertanian di Kayong Utara. "Secara teknis kontruksinya salah, tapi utamanya kita bicara masalah perencanaannya, yang penting aspirasi agik, yang penting aspirasi masok, maok dibicarakan tak bisa, kawan kawan dibirokrasi ya udah kerjakan jak, yang penting aspirasi masuk, bukan hanya 4 tahun, 10 tahun, 15 tahun. Ya kebanyakan itu mikirnya parit yak, ada ndak mikirkan masalah sumber daya manusianya. Parit itu bisa di bangun manusia, coba manusianya dulu dibangun, pernah gak kawan-kawan mengaspirasikan peningkatan sumber daya manusianya (petani), endak kan," tegasnya. (Fauzi)

Leave a comment