Ribuan Gen Z dan Milenial Terjebak Pinjol, Politisi PKB Fuidy Luckman Minta Pemerintah Segera Bertindak

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

JAKARTA, insidepontianak.com - Ketua Departemen SDA Hayati DPP PKB, Fuidy Luckman, prihatin dengan maraknya kasus anak-anak muda dari Gen Z dan Milenial yang terjebak pinjaman online (pinjol).

Bahkan, di antara mereka ada yang bunuh diri karena tak tahan dengan intimidasi. Karena itu, Fuidy meminta pemerintah serius menangani persoalan ini.

"Pemerintah dan regulator harus segera mengambil tindakan sebelum jatuh korban lebih banyak lagi," ujar Fuidy Luckman Jumat (6/10/2023).

Seperti diketahui, kasus terbaru viral di medsos seorang nasabah pinjol berinisial K bunuh diri diduga karena mendapat intimidasi dari perusahaan pinjol.

Korban seorang pria muda yang bekerja sebagai honorer di kantor pemerintah utang ke pinjol sebesar Rp9,4 juta tapi harus memgembalikan sebesar Rp19 juta.

Intimidasi dilakukan melalui telepon kantor hingga dia dipecat. Karena tak tahan akhirnya di bunuh diri.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Sebab, kasus seperti ini juga berakibat anak-anak muda yang bermasalah dengan pinjol mengalami kematian secara perdata," ujar caleg DPR RI dari PKB dapil DKI Jakarta 3 yang meliputi Jakbar, Jakut, dan Kepulauan Seribu itu.

Kematian secara perdata karena mereka masuk daftar SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan), yang dulu disebut BI Checking. Padahal, SLIK OJK menjadi salah persyaratan yang harus dipenuhi ketika ingin mengajukan permohonan kredit, baik untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Tanpa Agunan (KTA), hingga kredit kendaraan, dan lain-lain.

"Bahaya sekali masa depan mereka jika sampai mengalami kematian secara perdata. Bahkan mereka bisa kesulitan mencari pekerjaan karena masuk daftar SLIK," ujar politisi asal Kalbar itu.

Menurut data statistik financial technology (fintech), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Juni 2023, peminjam usia muda 19 tahun sampai dengan 34 tahun yang jumlahnya ribuan punya porsi pinjaman sebesar Rp26,9 triliun. Ini 57% dari seluruh pinjaman yang diguyur fintech dari total Rp47 triliun.

Jumlah rekeningnya hampir mencapai 11 juta rekening. Lebih mengejutkan lagi anak-anak seusia anak sekolah menengah atas (SMA) atawa gen Z (usia 8-23 tahun)–di bawah 19 tahun mempunyai saldo pinjaman mencapai Rp169 miliar.

Angka itu tidak termasuk portofolio dari pinjol ilegal–yang tentu akan menambah portofolio pinjaman individu. Seperti biasa, pinjaman tidak selalu lancar. Pinjaman macet gen Z dan milenial pun bikin cemas.

Secara persentase, kredit bermasalahnya sudah tujuh persen. Lihat saja angka kredit bermasalahnya menembus Rp1,9 triliun, dan yang macet mencapai Rp764 miliar.***

Leave a comment