Anak Divonis Gizi Buruk, Rusman Kecewa Program Stunting Jauh dari Harapan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

KAYONG UTARA, insidepontianak.com – Rusman menilai, penanganan stunting masih jauh dari harapan. Kekecewaan warga Kayong Utara ini bermula saat anaknya divonis gizi buruk. Namun, layanan perbaikan gizi yang ia rasakan sangat minim.

Anak Rusman yang alamai gizi buruk itu berusia 15 bulan. Sempat dalam perawatan RSUD Sultan Muhammad Jamaluddin 1 Kayong Utara, karena sering sakit.

Sebulan bisa tiga kali demam. Tubuhnya ringkih. Beratnya hanya 6,7 kilogram. Setelah beberapa hari di rumah sakit, dokter membolehkannya pulang.

Baca Juga: PKK Kayong Utara Peringati Hari Cuci Tangan Sedunia, Ajari Anak-anak Hidup Sehat

Ia diminta berkoordinasi dengan pihak Puskesmas di wilayahnya, agar penanganan gizi buruk pada anaknya benar-benar maksimal. Namun, yang diharapkan tak sesuai.

"Saya ke Puskesmas. Tapi mereka mengatakan tidak ada lagi pengadaan susu. Katanya aturan baru. Karena penanganan stunting sudah di desa. 8 sampai 10 persen dari dana desa," kata Rusman menirukan penjelasan pihak Puskesmas.

Penjelasan ini pun membuatnya semakin heran. Ia menagku tak pernah tahu program penanganan stunting di desanya.

Di sisi lain, ia mengklaim, sang istri rutin membawa anaknya imunisasi Posyandu di desa setiap tanggal 15.

Dalam pelayanan Posyandu itu kata Rusman, hanya vaksin imunisasi dan pemberian vitamin. Sementara tidak ada penjelasan medis terkait kondisi anaknya. Apalagi penjelasan pengetahuan ciri-ciri balita stunting. Jauh panggang dari api.

"Yang saya heran itu, di desa ada program stunting tapi tidak memberi tahu kepada masyarakat,” kesalnya.

“Kami imunisasi rutin, pengecekan setiap tanggal 15, tapi tidak ada memberitahu ada gizi buruk," tuturnya.

Inilah yang ia sebut program pengentasan stunting hanya dibicarakan. Tapi praktiknya, masih jauh dari harapan.

Rustam berharap, apa yang ia sampaikan ini sampai ke dinas terkait. Supaya, program pengentasan stunting ini benar-benar menyentuh warga. Ia sendiri bekerja serabutan. Penghasilan pas-pasan.

Karena itu, kehadiran pemerintah untuk membantu pemenuhan gizi anaknya sangat dinantikan.

“Kami tidak paham proses (bantuan) stunting ini, seharusnya dinas lebih aktif," harapnya.

Klaim Sudah Ada Bantuan

Plt Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kayong Utara, Iwan Dwi Purnomo mengaku sudah menerima informasi terkait keluhan Rustam dari pihak Puskesmas.

Menurutnya, balita anak ke empat dari pasangan Rusman dan Suhaini ini semula lahir dengan normal. Berat badannya 3,1 kg. Dadn panjangnya 49 cm. Sementara lingkar kepala 34 cm.

Seiring berjalannya waktu, pertumbuhan balita itu menurun. Sebabnya karena, pemenuhan gizinya tidak cukup.

Di sisi lain, balita itu kata Iwan tidak lengkap imunisasinya. Bahkan hanya 2 kali. Yaitu vaksin BCG+Polio 1, Dpt 1+Polio 2, hingga umur 15 bulan. Menurut Iwan, balita ini juga tercatat hanya 8 kali mengikuti posyandu, dan 7 absen.

“Berstatus gizi buruk sejak mulai umur 15 bulan pada saat hasil pengukuran bulan september,” katanya.

Menurut Iwan, sebelum orang tua balita itu membawa anaknya ke rumah sakit, pihak desa sudah memberikannya bantuan susu sebanyak delapan kotak.

“Saat pemberian bantuan susu formula dari desa, telah mengundang pasien, tetapi orangtua si pasien selalu tidak hadir,” katanya.

Ia pun memastikan, kader Posyandu di desa ini sudah mengantarkan bantuan susu formula itu kerumah orang tua pasien. Dan kadang juga, orang tua pasien yang mengambil langsung ke rumah kader.

“Hanya saja tidak ada dokumentasi pada saat pemberian susu formula. Pembagian susu formula pada bulan mei 2023 sebanyak 8 kotak. Berat susu sebesar 400 gr 1 kotak," ucapnya.

Namun, di luar penjelasan itu, Iwan memastikan kasus gizi buruk balita ini menjadi perhatian serius oleh pihaknya untuk ditangani. (fauzi)***

Leave a comment