Pengamat: Gibran vs PDIP Keduanya Tampak Saling Butuh

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PROBOLINGGO, insidepontianak.com - Hubungan antara Gibran Rakabuming Raka dengan PDIP dibilang rumit. Bagi pengamat politik, keduanya sebenarnya saling membutuhkan untuk meraup suara di Pilpres 2024.

Dikotomis sikap politik antara Gibran dan PDIP memang terlihat sedang bersitegang. Terlebih lagi, putra sulung dari Presiden Jokowi ini tampil sebagai Calon Wakil Presiden dari kubu Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Adanya manuver politik tajam dari Gibran terhadap PDIP ini, membuat suasana politik semakin keruh. Banyak opini publik yang menuduh sosok pria yang menjabat sebagai Walikota Solo ini telah berkhianat kepada partainya.

Sikap tersebut semakin meruncing, tatkala Gibran lebih memilih arahan koalisi partai lain. Sedangkan bagi PDIP, Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang bakal mendampingi Ganjar Pranowo telah mencapai keputusan final, yakni Mahfud MD.

Alih-alih mendukung keputusan partai. Gibran malah dipinang oleh Koalisi Indonesia Maju, kemudian menjadikannya Cawapres yang menemani Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto nanti.

Meski sudah sangat mencolok melawan kebijakan partai, hingga kini baik PDIP dan Gibran tidak saling mengeluarkan pernyataan. Gibran tidak mau mundur dari status keanggotan partai.

Pun, juga PDIP yang enggan memecat anak Presiden ke-7 ini dari partai. Melihat hal ini, pengamat politik dari UIN SYarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan kedua belah pihak sedang saling menunggu.

Maksudnya, karena keduanya tidak memberi langkah lanjutan, berarti baik PDIP dan Gibran tidak mau buru-buru mengambil keputusan final dan membiarkannya berjalan seperti biasanya.

“Mungkin saja sikap saling tunggu PDI-P dan Gibran ini bagian dari komunikasi ke publik jangan sampai ada kesan siapa yang meninggalkan duluan,” kata Adi, Jumat (27/10).

Sikap saling menunggu ini memiliki tafsir tersendiri. Menurut Adi, bila PDIP langsung memecat Gibran nantinya takut dituduh terlalu emosional.

“Sepertinya memang saling tunggu. Kalau PDIP yang pecat Gibran, tentu terkesan PDIP baper (terbawa perasaan) pada manuver politik Gibran,” ujar Adi.

Begitu juga dengan sebaliknya, jika Gibran sampai hati meninggalkan terlebih dahulu PDIP publik akan lebih menaruh perhatian kepada partai berlogo banteng ini.

“Sebaliknya, kalau Gibran yang meninggalkan PDI-P, maka yang mendapatkan insentif politik adalah PDIP, karena yang terlihat meninggalkan PDIP adalah Gibran,” tambah Adi.

Adi kemudian memberikan keterangan lanjutan. Bahwa sikap saling tunggu ini sebenarnya merupakan pertunjukan politik, tujuannya agar meraup suara banyak dengan modal menabur rasa simpati di kalangan rakyat.

Oleh karena itu, keduanya terlihat saling membutuhkan untuk kepentingan Pemilu 2024 nanti. Adi pun menyatakan, situasi berada dalam arus hubungan politik yang rumit.

“Inilah rumitnya. Keduanya sepertinya saling tunggu dan masih terlihat saling membutuhkan,” tuturnya.

Beberapa hari yang lalu, Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyatakan bahwa Gibran telah berpamitan. Meski demikian, dia dan partainya tidak membahas perihal nasib Gibran yang masih belum dipecat.

"Enggak ada, enggak ada mengembalikan KTA, enggak ada lain-lain, hanya pamit untuk menjadi cawapres Mas Prabowo," kata Puan, pada Rabu (25/10).

Hingga kini, status Gibran Rakabuming Raka masih terbilang aktif di tubuh partai PDIP. Walaupun, dirinya sudah mantap mengambil jalan politik sendiri menemani Capres Prabowo Subianto. (Dzikrullah) ***

Leave a comment