Fahri Hamzah Sebut 2 Alasan Kenapa Jokowi Sindir Pemilu 2024 Dipenuhi Drama dan Sinetron

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PROBOLINGGO, insidepontianak.com - Beberapa hari yang lalu, Presiden Joko (Jokowi) Widodo menyindir nuansa Pemilu 2024 yang dipenuhi dengan aroma drama dan sinetron. Fahri Hamzah pun ikut memberikan penjelasan terkait isu tersebut.

Menurut pemahaman Fahri Hamzah, terdapat dua alasan kenapa Jokowi sampai menyindir nuansa Pemilu 2024 terlalu mengedepankan perasaan, hingga kemudian seakan terlalu diwarnai drama dan sinetron.

Dalam keyakinan Fahri Hamzah, dua alasan yang dikemukakan olehnya dapat membaca sikap Jokowi yang menyindir Pemilu 2024 yang beraroma drama dan sinetron. Sehingga, masyarakat pun akan ikut mendapat getahnya.

Adapun faktor yang pertama, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelora ini mengatakan, bahwa ketiadaan sistem yang cakap membuat para kontestan di pemilihan umum lebih mengandalkan perasaan.

Sehingga kemudian, mereka seakan lebih suka bermain di kancah politik selayaknya aktor. Bukan lagi sebagai kepercayaan masyarakat, yang sanggup mengemban amanah Bangsa.

"Pertama-tama karena kita tidak menata sistemnya secara disiplin," terang Fahri dalam acara talkshow Parai Gelora, sebagaimana dikutip Insidepontianak, pada Kamis (9/11).

Kemudian, alasan keduanya yakni tidak ada pengaturan jadwal yang bisa mengatur kapan terjadinya adu gagasan bagi para calon yang hendak dipilih pada Pemilu.

"Yang kedua kita tidak menata jadwalnya secara disiplin," ujar Fahri.

Kembali ke persoalan pertama, sistem yang baik akan memberikan wadah kepada segenap calon yang hendak terjun di politik, untuk saling mengedepankan adu gagasan dalam bentuk debat atau lainnya.

Selain itu, kehampaan sistem yang bermutu inilah juga berdampak kepada partai-partai yang baru tumbuh. Banyak dari masyarakat akan merasakan ketidak familiaran dengan mereka.

Berbeda kalau seandainya tersedia sebuah tempat yang layak untuk beradu argumen. Selain nama partai dikenal, ide dan gagasan anggota partai juga bisa ditelaah oleh masyarakat.

"Karena memang tidak ada debat partai dan tidak ada kesempatan kita untuk melakukan kontestasi gagasan partai," imbuhnya.

Hingga kini, menurut Fahri, pertarungan politik di kancah Pemilihan Umum saja masih terlihat seolah-seolah sebuah permainan biasa.

"Makin lama makin terlihat seperti permainan catur," tutur Fahri.

Kedua gagasan tersebut bahkan terasa absen bagi para calon legislatif (Caleg). Di mana, waktu dan tempat bagi mereka tidak pernah tersedia.

Hal ini sangat kontras bila dibandingkan dengan Pilpres. Sudah banyak sekali platform yang akan menayangkan debat capres dan cawapres. Pun, waktu tayangnya sudah bisa dibaca di setiap waktu.

"Kenapa ini menjadi kontestasi perasaan? karena anggota legislatif dan calon anggota legislatif tidak pernah dihadirkan dalam kontestasi gagasan, bahkan lompat ke capres," tandasnya.

Sebelumnya, diketahui bahwa Jokowi sangat menyayangkan Pemilu mendatang lebih diisi dengan adu perasaan. Hal ini disampaikan olehnya, tatkala menghadiri HUT ke-59 Golkar di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat.

"Saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah, terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya, sinetron yang kita lihat," ujar Jokowi.

Dia pun berharap agar seluruh calon di legislatif maupun di eksekutif lebih suka bertarung gagasan dan ide. Sehingga, masyarakat dapat menilai kemampuan mereka sebelum resmi terpilih. (Dzikrullah) ***

Leave a comment