PR Reformasi Masih Panjang, Herzaky: Mahasiswa Harus Jaga Idealisme dan Berpihak Pada Kebenaran

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
PONTIANAK, insidepontianak.com -Tokoh muda Kalbar, Herzaky Mahendra Putra meminta mahasiswa di Kalimantan Barat untuk terus menjaga nilai-nilai kebenaran dan idealisme. Sebab, pekerjaan rumah era reformasi masih panjang. Idealisme mahasiswa merupakan ujung tombak perubahan yang besar. Herzaky mengatakan, perjuangan era reformasi belum selesai. Jika dulu pada era Orde Baru 1998 lalu, mahasiswa berjuang menurunkan Soeharto. Kini era reformasi menuntut peran mahasiswa mengawal demokrasi secara konsekuen. Era reformasi saat ini pun kata dia, dihadapkan dengan berbagai persoalan. Reformasi dirampok dan dibegal. Salah satunya kata Herzaky dalam penegakan supremasi hukum. "Hukum kita ini cenderung tajam ke bawah tumpul ke atas. Tajam ke lawan, tumpul ke kawan," kata Herzaky Mahendra Putra saat menjadi pembicara pada Dialog Peringatan 25 Tahun Reformasi, Senin (21/5/2023). Selain itu korupsi turut meningkat. Padahal, masyarakat menaruh harapan kepada Presiden Joko Widodo sebagai representasi masyarakat sipil menjaga demokrasi. "Untuk itu kita harapkan, jangan di dalam koalisi diamalkan. Diluar koalisi dihabisi. Semangat reformasi tidak tebang pilih. Jangan mendredasi," terangnya Selain itu, era reformasi saat ini dihadapkan dengan kepentingan penguasa dan pengusaha. "Mereka yang buat aturan, mereka juga yang punya usaha. Jadi mau dibawa kemana demokrasi kita tanpa idealisme mahasiswa," terangnya. Untuk itulah, mahasiswa harus senantiasa menjaga idealismenya. Sebab, saat ini banyak pihak yang berupaya mendegredasi demokrasi. Idealisme mahasiswa merupakan ujung tombak untuk memastikan pemerintahan berjalan di rel-nya. "Mahasiswa harus berani mengkritik dengan argumentasi. Walau ujungnya kita harus berkompromi dengan keadaan," terangnya. Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia Periode 2019-2022 menyebut keterlibatan anak muda dalam demokrasi sangat penting. Dia bukan saja harapan bangsa, tetapi penentu masa depan bangsa Indonesia kedepan. Mau dibawa ke arah mana. "Makanya generasi muda mesti melek politik," kata Herzaky Mahendra Putra. Menurut Herzaky, anak muda khususnya mahasiswa punya tanggung jawab akademis dan tanggung jawab sosial. Salah satunya memastikan bandul demokrasi selalu berada di tengah dan on the track, sehingga tak ada penyimpangan. "Kalau ada penyimpangan dalam konteks demokrasi dan konstitusi, mahasiswa jadi kekuatan penggerak dan penekan yang bisa membuat bandul demokrasi kembali ke tengah," terangnya. Kekuatan anak muda sendiri terletak pada sikap kritis dan punya kepedulian terhadap kondisi sekitarnya. Mereka dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah, punya spirit, inovasi dan kreativitas. Bahkan, anak muda saat ini cenderung punya aktivitas di media sosial yang dapat mempengaruhi opini publik. Dalam konteks Pemilu 2024, ada 60 persen anak muda dari 190 juta jumlah pemilih yang bakal menggunakan hak pilihnya. Untuk itulah, keterlibatan pemuda dalam demokrasi jadi penting. Mahasiswa harus punya kepedulian. "Kalau teman-teman tidak peduli, maka teman-teman membiarkan negara ini dipimpin oligarki," ucapnya. Sementara itu, pemangku kebijakan hasil demokrasi kedepan menjadi penentu nasib bangsa Indonesia kedepan. "Apakah itu anggota legislatif dan eksekutif, karena kebijakan yang turun nanti ditangan mereka," ujar Herzaky. Untuk itulah, anak muda mesti mengenal figur-figur yang bakal maju. Pilih-lah pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Sejak saat ini, rekam jejak calon pemimpin harus diketahui. Mahasiswa jangan hanya sibuk melihat figur-figur Calon Pilpres saja, karena tak kalah penting Pemilu legislatif kedepan. Karena mereka yang akan jadi wakil rakyat mewakili Kalbar. Sementara itu, Aktivis 98, Faisal Riza meminta mahasiswa tetap berada pada jati dirinya. Mahasiswa harus jadi bagian chek and balace pemerintah. Mahasiswa saat ini tak bisa menyandarkan tugas mengawal reformasi kepada orang per orang. Bahkan, manaruh kecewa dengan aktivis 98 saat ini. "Posisi mereka dulu dengan saat ini tentu beda, sekarang dia punya peran masing-masing. Yang paling penting mahasiswa harus melakukan koreksi kekuasan agar bisa berjalan sesuai konstitusi," pungkasnya. (Andi)

Leave a comment