Gerakan Maju Tani akan Cetak 10 Juta Petani Digital

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

JAKARTA, insidepontianak.com - Gerakan Maju Tani mendeklarasikan manifesto perjuangan di depan Kepala Staf Kepresidenan yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta, Senin (11/9/2023).

Dalam manifestonya, Gerakan Maju Tani bertekad memajukan pertanian dengan teknologi dan inovasi, memberdayakan generasi muda di dunia pertanian, melestarikan pertanian yang berkelanjutan, mengatasi krisis pangan dunia dan keamanan pangan dalam negeri, serta mencanangkan Hari Maju Tani pada 8 Oktober 2023 sebagai Hari Kebangkitan dan Transformasi Petani Muda Indonesia.

Salah satu inisiator Gerakan Maju Tani Indonesia, Erwin Gunawan mengungkapkan, tujuan utama dari Gerakan ini adalah mencetak 10 juta petani digital sebelum akhir 2024.

Menurut Erwin, gerakan ini berawal dari kekhawatiran terkait krisis pangan yang terjadi di banyak negara termasuk Indonesia. Saat ini, Indonesia pun sudah menjadi negara importir bahan pangan. Belum lagi jumlah petani yang semakin berkurang.

"Karena itu, kami ingin berupaya agar anak muda tertarik untuk menjadi petani. Karena, masalah krisis pangan dan terus menurunnya jumlah petani bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama,” kata Erwin.

Gerakan Maju Tani mengusung konsep metafarming. Konsep ini memungkinkan anak muda untuk bisa menjadi petani secara digital.

Meta Farming adalah platform online di mana semua orang bisa terlibat dalam pertanian. Melalui aplikasi ini, mereka yang tertarik untuk bertani bisa bercocok tanam di lahan yang sudah disiapkan oleh Meta Farming.

“Kami meminta dukungan dari Bapak Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan yang juga Ketua Umum HKTI untuk menjalankan konsep ini secara massal tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di seluruh wilayah di Indonesia," ucap Erwin.

"Kami juga akan meminta bantuan dari Kementerian Pertanian agar target 10 juta petani digital bisa tercapai pada akhir 2024," lanjut Erwin.

Konsep metafarming ini akan disosialisasikan ke sejumlah pihak. Agar target 10 juta petani digital pada akhir 2024 bisa tercapai. Pada acara tersebut, Gerakan Maju Tani juga menobatkan Ketua Umum HKTI Moeldoko sebagai Bapak Gerakan Maju Tani Indonesia.

Moeldoko menyambut baik Gerakan Maju Tani yang diusung oleh sekelompok anak muda. Dia menyebut gerakan ini sebagai neo marhaen.

Menurut Moeldoko, dulu Bung Karno bertemu dengan seorang petani bernama Marhaen yang tekun menjalankan pekerjaannya sebagai petani, namun jauh dari sejahtera.

Karena itu, Bung Karno mengenalkan gerakan Marhaen yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Kini, dengan lahan subur yang semakin berkurang, sejumlah anak muda menawarkan konsep metafarming untuk membuat petani lebih sejahtera.

"Gerakan ini saya sebut sebagai neo marhaein,” kata Moeldoko.

Metafarming ini merupakan bentuk transformasi di sektor pertanian. Konsep ini memanfaatkan teknologi yang bisa digunakan untuk menginspirasi anak muda untuk mau menjadi petani.

“Kalau kita dengar semua tadi keterangan dari Pak Erwin, mereka bisa bertani di dalam ruangan dengan menggunakan green pod. Itu merupakan sebuah terobosan baru di sektor pertanian. Saya berharap gerakan ini bisa mengubah kebijakan pemerintah di sektor pertanian,” tutur Moeldoko.

Baginya, cita-cita Presiden Soekarno tentang kesejahteraan petani sekarang jadi kenyataan dengan konsep metafarming yang melahirkan petani muda digital.***

Leave a comment