Manuver Gibran Rugikan PDIP, Pengamat: Banteng Tak Tinggal Diam

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com – Manuver Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon presiden atau Bacawapres Prabowo Subianto berdampak kerugian pada PDIP.

Karena itu, Pengamat Politik Untan Pontianak, Syarif Usmulyadi yakin PDIP tak akan tinggal diam dengan manuver Gibran. Dosen Fisip Untan itu meyakini, seluruh kader banteng akan melakukan perlawanan.

Sebab, langkah politik Gibran, bisa menggerus pemilih Ganjar. Apalagi basis massa putra presiden itu juga sebagian besar dari Jawa Tengah. Terutama Solo.Maka PDIP pasti menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi ancaman ini.

Baca Juga: Megawati Tunjuk Mahfud MD Jadi Cawapres Ganjar, Pengumuman Tak Dihadiri Jokowi

Usmulyadi berpendapat, perlakukan Jokowi dan Gibran tak memiliki etika politik. Sebab, sebagai kader, semestinya tunduk dan mengamankan keputusan partai yang saat ini telah memutuskan mengusung Ganjar-Mahfud.

"Gibran kan juga sudah dapat perintah jadi Juru Kampanye Nasional. Harusnya mengamankan itu," kata Usmulyadi.

Di sinilah menurutnya, letak pelanggaran etik Gibran dan Jokowi, walau demokrasi memberikan kesempatan seseorang terpilih dan memilih.

Mestinya, sebagai orang yang besar karena jasa partai, Gibran balas budi terhadap apa yang telah PDIP berikan kepadanya.

Di sisi lain, PDIP telah mengantarkan ayahnya, Joko Widodo menjadi Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta hingga Presiden RI dua periode. Harusnya, itu juga berlaku kepada Gibran yang sudah jadi Wali Kota Solo berkat jasa PDIP.

"Kalau deklarasi Prabowo-Gibran jadi, maka Jokowi dan Gibran tidak memilki etika politik. Tidak tahu balas budi orang yang membesarkan ayahnya dan Gibran. Ibarat pepatah, air susu dibalas air tuba," ucapnya.

Politik Tak Beretika

Karena itu, sebelum pendaftaran ke KPU, ia belum yakin duet Prabowo-Gibran akan terwujud. Sebab, masih memungkinkan ada manuver untuk menggagalkan mereka. Apalagi dengan adanya judicial review batas usia maksimal Capres berusia 70 tahun.

"Apalagi, PDI Perjuangan merasa kader-nya dirampas. Karena Gibran besar dari PDI Perjuangan," terangnya.

Walau memang, kata dia, PDIP tak akan melakukan tindakan frontal memecat. Sebab, akan mengurangi simpati publik kepada mereka.

Usmulyadi juga berpendapat, jika memang Gibran maju, secara etika mestinya menghadap Megawati dan mengundurkan diri. Namun, sampai saat ini, ia juga belum ada statemen mengundurkan diri dari PDIP.

"Jadi terlihat sekali, hanya ambisi tanpa mengingat budi PDI Perjuangan,"terangnya.

Ia pun yakin, duet Prabowo-Gibran akan berdampak buruk bagi elektabilitas keduanya dari kacamata konstituen.

"Karena tindakan mereka menimbulkan kesan negatif di masyarakat. Secara otomatis akan menurunkan elektabilitas Prabowo-Gibran," terangnya.

Walaupun kata dia, duet Prabowo-Gibran ini juga berdampak pada pemilih Ganjar-Mahfud yang akan terbelah.

Di sisi lain, pemilih Prabowo Subianto juga berpeluang pergi dan memilih Anies-Muhaimin.

" Jadi dalam konteks ini, Anies-Muhaimin untung," pungkasnya. (andi).

Leave a comment