Prabasa Anantatur: Wakil Rakyat Kalbar, yang Dikenal Bermental Petarung Tanpa Takut

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

Raut wajah Prabasa Anantatur mendadak bingung. Tim seleksi (Timsel) penerimaan anggota TNI tahun 1980, tiba-tiba saja mengintrogasi namanya. Ia ingat betul, waktu itu tahapan tes mental ideology untuk jadi bintara TNI.

Prabasa dicecar sejumlah pertanyaan. Salah satunya, apakah dia memiliki hubungan keluarga dengan Pramoedya Ananta Toer, pengarang yang kala itu dihukum karena dikaitkan dengan G-30 S PKI.  Pertanyaan timsel sontak membuat jantung Prabasa bergetar.

Pria asal Sambas ini tegas klarifikasi. Pascaitu, dia pun diumumkan tak lolos dalam Pengumuman Penentuan Terakhir (Pantohir). Pengalaman itu, ternyata menjadi sejarah hidup yang tak pernah dilupakan Wakil Ketua DPRD Kalbar dua periode ini. Walau sampai hari ini, dia tak tau apakah itu yang jadi sebabnya dia tak lulus.

“Sampai sekarang saya tidak tau, apakah saya tidak diterima ada kaitannya dengan itu,” kata Prabasa Anantatur saat bertandang ke kediamannya, belum lama ini.

Bagi Prabasa, terlahir dengan nama Anantatur merupakan hal yang unik. Sebagai putra Sambas, boleh jadi, namanya yang paling berbeda. Namanya, enak didegar dan mudah dihapal. Sepintas orang-orang akan teringat pengarang dan penulis hebat asal jawa Pramoedya Ananta Toer. 

Rupanya, sosok penulis hebat ini jadi insipirasi Hasan Basri dan Uray Harimah memberi nama Prabasa Anantatur.  Maklum, keduanya seorang guru Bahasa Indonesia yang juga kepala sekolah. Mereka gemar membaca dan mengoleksi karya sasatra. Salah satunya, tulisan Pramoedya.

Bukan karena punya hubungan keluarga sebagaimana yang ditanyakan orang-orang. Sebagai orang tua, mereka ingin anaknya kelak terkenal dengan prestasi dan karya.

“Orang tua, hanya cerita singkat soal itu. Pramoedya ini pengarang buku. Makanya dikasi nama Prabasa Anantatur. Kalau ditanya, mana ada orang Sambas dikasi nama Prabasa,”kata dia.

Selain Prabasa, seluruh saudaranya juga demikian. Dibelakang nama, diambil dari bahasa sangsekerta di belakang. Namun, jalan hidup cucu Raden H Kumri ini tak mengikuti jejak Pramoedya sebagai penulis. Juga tidak mengikuti jejak ayah dan ibu jadi guru. Prabasa pilih jalan pedang, bercita-cita jadi TNI, ikut paman. Sontak keluarga cukup kaget.

Atlet dan Mental Petarung

Mental Prabasa diasah sejak memutuskan merantau ke Pontianak. Ia empat tahun tinggal di Asrama Militer. Kala itu, ikut sang paman, Darmis Jabat. Di asrama tentara itu, hidup baru dimulai. Jauh dari keluarga dan beradaptasi dengan keadaan baru.

 Disana mental dibentuk. Prabasa yang dikenal santun,  akhirnya suka berantem. Keadaan asrama yang serba terbatas menuntut kekerasan dan adu kuat  penentu segalanya. Bahkan, hanya untuk urusan mandi dan ke toilet saja, harus diselesaikan dengan berkelahi. Tak ada negosisasi. Semua ingin jadi yang terdepan dari sebuah keterbatasan.

“Pagi nak ke sekolah mau mandi sudah berantem. Mau buang air besar, harus antri, dari jam 05.00 WIB, berantem dulu. Tak ada urusan, siapa kalah,” terangnya.

Prabasa ingat betul masa itu. Tapi, dia selalu menang dalam setiap pertarungan. Maklum saja, dia bukan hanya berkelahi kosong. Tapi, sudah didukung teknik-teknik bela diri yang mempuni . Sebab, sejak 4 SD sudah aktif di judo dengan klasifikasi ban hitam. Tak heran, dia selalu menang.

Selain judo, sosok berbadan tinggi tegap ini juga suka tinju.  Bakat baru ini berkembang saat dia pindah ke Kota Pontianak, tepatnya Jalan Karimun-Karimata. Rumah yang berlokasi di depan pasar Ciplak itu tempatnya petinju professional . Di sana juga tempat mantan Ketua DPD RI Oesman Sapta Oedang (OSO).  Tokoh Kalbar yang paling berpegaruh.

Di sanalah, kemampuan tinju Prabasa diasah dan dikembangkan.  Termasuk juga bidang lain dalam dunia sepakbola misalnya. Ia bahkan pernah meraih prestasi yang membanggakan karena didaulat sebagai pemain Pra Pekan Olahraga Nasional (PON).

Dari olahrga inilah, semangat membara jadi prajurit terpatri dihatinya. Namun, takdir berkata lain. Retak tangan tak kesan.  Ia harus putar haluan kuliah di Teknik Universitas Tanjungpura. 

Sambil kuliah, kemampuan olahraga terus di asah. Setelah tamat, dia dilema memilih, melakoni hidup sebagai olahragawan atau mengamalkan ilmu Teknik.

“Akhirnya kesimpulan dari kawan-kawan, bola dan olahraga lain sebagai hobby saja, tempat mencurahkan hati. Tempat mencari rezeki dari ilmu teknik,” terangnya.

Walau kini tak lagi menekuni olahraga, nilai-nilai yang melekat dari sosok Prabasa adalah petarung yang senang berkompetisi dalam banyak hal. Begitu juga dalam politik.

Siapa menyangka, kegigihannya mengantarkannya sukses di politik. Sejagad Kalbar tau, dia politisi berpengaruh, tiga priode dia jadi dewan pengawal pembangunan. Sebelumnya, dia wakil Bupati di Sambas mendampingi Burhanudin A Rasyid.

Aktivis Kampus Tak Kenal Takut

Karir politik Prabasa, sejatinya telah dirintis jadi mahasiswa. Ia merupakan aktivis kampus yang aktif di Senat Mahasiswa (SEMA) Fakultas Teknik Untan, sejak kepemimpinan Baskoro Efendi. Tak heran, kepemimpinan Prabasa matang, tak kenal takut. Dalam berbagai kondisi apapun dia bisa beradaptasi dengan cepat, dan lentur dalam bertindak.

Dari  SEMA Prabasa mengembangkan diri. Tak jarang, turun demo mengkritisi kebijakan pemerintah yang tak pro rakyat.

Wakil Ketua DPRD Kalbar, Prabasa Anantatur
Wakil Ketua DPRD Kalbar, Prabasa Anantatur. (Insidepontianak.com/Andi Ridwansyah)

Dia ingat betul, saat menggelar demo helm tahun 1986. Kala itu, dia merasa tidak senang kebijakan pemerintah, terutama penggunaan helm. Dia mengganggap ada scenario besar dari kebijakan itu. Apalagi, belum saja kebijakan itu diberlakukan, penjualan helm di pasar telah masif.

“Pikiran mahasiswa waktu itu, ini sih ada kerja sama Polisi dengan pedagang, akhirnya demo anti helm,” ucapnya mengingat kejadian itu.

Demo itu, bahkan berujung ditangkap polisi. Walau akhirnya, Prabasa dan kawan-kawan dipulangkan. Tapi, ia tak pernah takut mengulang hal yang sama. Baginya, meneriakan keadilan jadi tugas wajib bagi pengemban masa depan, seperti dirinya.

‘Bertemu’ Politik

Melakoni hidup sebagai aktivis kampus inilah, mengantarkan suami dari Rubaeti Erlita ini terjun ke politik tahun 1986.  Potensi Prabasa ini, diamati sejumlah pentolan Golkar di zaman itu.

Sebut saja, Gusti Syamsumin, dan Daud Monten, Mantan Ketua DPRD Kota Pontianak. Keduanyalah yang mendorong Prabasa masuk ke Golkar.  Prabasa kala itu tak langsung mengiyakan. Sebagai orang awam, ia lama merenung. Sampai akhirnya, dia resmi berstatus kader beringin.

Mula-mula berkarier ia ditunjuk sebagai Wakil Sekretaris pengurus Gerakan Masyarakat (GEMA) Musyawarah Kekeluargaan dan Gotong Royong (MKGR) Pontianak Periode 1997-2001.  Kariernya semakin cemerlang, saat pemilihan daerah di Sambas.

Melalui jalur pemilihan melalui DPRD, ia terpilih sebagai Wakil Bupati Sambas mendampingi Burhanudin A Rasyd periode 2001-2006.  Atas pencapaian itu, ia pun didapuk menjadi Ketua DPD Sambas tahun, 2004-2009.

Pada Pilkada 2006, Prabasa memutuskan bertarung melawan Burhanudin A Rasyd yang berpasangan dengan Juliarti Djuhardi Alwi. Sayang retak tangan tak jadi Bupati.  Prabasa kalah. 

Walau kalah, bukan Prabasa namanya kalau lantas menyerah. Baginya, pengabdian dapat dilakukan dari berbagai tempat, termasuk ketika jadi penyambung lidah masyarakat. Satu yang lekat dari sosok ini, kemana pun bertugas, masyarakat selalu memanggilnya dengan sebutan pak Wakil.

“Tak lagi jadi wakil bupati, kebetulan jadi Wakil Ketua DPRD. Tiap ke kampung, pasti dipanggil pak Wakil,” kata dia.

Hingga saat ini, Prabasa sudah tiga periode jadi anggota DPRD Kalbar. Perjalan karier itu dilalui dengan mulus. Dua periode duduk sebagai Wakil Ketua mewakili partai Golkar. Dari gedung parlemen, Prabasa membangun kampung halaman, lewat aspirasinya, kue pembangunan di bawa. Hingga akhirnya, Sambas berada di titik sekarang.

Tiga Periode dan Strategi Turun Gunung

Sebagai politisi berpengalaman, sosok Prabasa Anantatur punya kekuatan mengakar, hingga ke jajaran akar rumput.  Tak heran, kekuatanya di Bumi Serambi Mekah tak diragukan. Tiga periode jadi Dewan nyaris tak ada hambatan. 

Kekuatan basis massa yang dimiliki, juga turut berkontribusi pada keterpilihan istrinya Rubaeti Erlita. Pada pemilu 2014, Rubaeti berhasil terpilih sebagai anggota DPD RI dengan memperoleh suara sebanyak 139.856 suara. Kondisi yang sama, juga terjadi saat Pilkada 2020 lalu.

Prabasa turun gunung, menyapa simpatisan dan massanya. Alhasil, hampir saja ia mengantarkan istrinya jadi Wakil Bupati. Kala itu, Rubaeti berpasangan dengan Heroaldi Djuhardi Alwi. Pasangan nomor urut satu ini diusung PKB dan Golkar.

Dari kiri Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, Prabasa Anantatur, Gubernur Kalbar, Sutarmidji, Bupati Sambas, Satono dan Ketua DPRD Kabupaten Sambas, Abu Bakar saat Musrenbang RKPD Tahun 2024, di Aula Kantor Bupati Sambas, Kamis (16/3/2023)/Foto Humas Pemkab Sambas.
Dari kiri Wakil Ketua DPRD Provinsi Kalbar, Prabasa Anantatur, Gubernur Kalbar, Sutarmidji, Bupati Sambas, Satono dan Ketua DPRD Kabupaten Sambas, Abu Bakar saat Musrenbang RKPD Tahun 2024, di Aula Kantor Bupati Sambas, Kamis (16/3/2023)/Foto Humas Pemkab Sambas.

Koalisi yang dimotori Prabasa ini sukses mengalahkan petahana Atbah-Hairiah dengan perolehan 72.725 suara.  Walau unggul dari petahana, pasangan ini harus puas berada di nomor urut dua, tertinggal dari pasangan Satono-Rofi.

Bagi Prabasa, kunci merawat konstituen dilakukan dengan silaturahmi.   “Tidaklah, hari ini datang dan dipilih, baru lima tahun lagi datang . Saya yakin itu akan susah,”katanya.

Untuk itulah, keliling kampung saat Jumat, Sabtu dan Minggu jadi agenda rutin. Dia selalu mengupayakan ketemu warga. Utamanya, memenuhi undangan para konstituen dan serap aspirasi. Di atas tarup atau tenda resepsi pernikahan, dia duduk sejajar, tanpa sekat berbicara pembangunan dan program pemerintah.

“Makanya, tokoh politik rugi tak datang di tarup. Sudah diundang, makan gratis, nanti disuruh pidato lagi dengan manusia saprahan yang luar biasa,”jelasnya.

Mengakar di Golkar

Selain di masyarakat, massa Prabasa dikenal loyal akan partainya. Ia pun mengakar di partai Golkar itu. Ia dianggap tokoh senior dan sangat berpengaruh. Dia juga punya sikap yang lentur bertindak. Puncaknya, saat terjadinya dualisme Partai kubu Aburizal Bakri dan Agung Laksono.

Dia kala itu berada di kubu Agung Laksono, karena bertindak mengacu AD/ART. Namun, setiap pilihan pasti ada konsekuensi. Saat kubu Aburizal menang, dia terpaksa gigit jari. Posisi di  Badan Anggaran dan tidak jadi Wakil Ketua dilepaskan.

“Saya tidak marah, kalau saya marah pasti kenak pecat,” kata dia.

Untuk itulah, dia paham betul, jatuh bangun di politik hal biasa. Namun, kuncinya adalah aturan, sehingga tak salah bertindak.  Tak hanya itu, dia  juga tokoh yang dikenal tak pernah bertindak abu-abu.

Seperti halnya saat mendukung pencalonan Maman Abdurahman sebagai Ketua DPD pada Musda ke-10 DPD Partai Golkar Kalbar, Feberuari 2020 lalu.  Padahal, kala itu, dia menjabat Sekretaris DPD Golkar Kalbar, dan Ketua DPD Ria Norsan juga maju menjadi Ketua. Tapi, Prabasa punya sikap. Dia jelas memberi dukungan kepada Maman dibanding mengusung kembali Norsan. Hasil Musda itu pun akhirnya menetapkan Maman sebagai pemenang.

Prabasa memastikan, tak akan pindah haluan.  Selama berkarier di politik, dia akan tetap bersama partai beringin yang telah membesarkan namanya dalam posisi apapun nanti.

“Saya tetap di Golkar. Kecuali partai Golkar sudah tak ada,”kata dia.

Di Golkar, Prabasa mengidolakan Akbar Tanjung. Sosok yang cerdas, tenang dan punya pengalaman dan karier moncer. Bahkan, dia menilai Golkar bisa bertahan sampai sekarang salah karena memiliki tokoh yang kuat, salah satunya Akbar Tanjung.

Kehadiran Akbar Tanjung yang merupakan aktivis telah memberi warna dan membawa perubahan  besar di Golkar, setelah sebelumnya dipimpin Jenderal dan berlatar belakang TNI. Golkar menjelma sebagai sosok partai yang demokratis,dan melahirkan pemimpin hebat.

Dapat Julukan Kader Terbaik

Tak ada yang dapat menyangkal, Prabasa Anantatur adalah kader Golkar terbaik saat ini. Selain berpengalaman di legislative dan eksekutif, dia sudah  dua periode berturut-turut dia menjaga keseimbangan di Partai sebagai Sekretaris.

Loyalitas di partai tak diragukan. Tak heran, dia  jadi salah satu dari empat nama yang diusulkan Ketua DPD Maman Abdurahman untuk diberi kesempatan maju sebagai Gubernur Kalbar di Pemilihan Gubernur 2024. 

Walaupun hasil Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Partai Golkar memang telah menentukan nama Maman Abdurahman. Tapi, Maman masih membuka kesempatan kader yang lain.

Ditanya soal kemungkinan maju, Prabasa menjawab diplomatis. Baginya, siapapun kader yang diusung jadi Gubernur harus didukung. Sebab, setelah reformasi belum ada kader Golkar yang menang dan jadi Gubenur. “Yang jelas mimpi saya, bagaimana Golkar bisa memenangkan pemilu 2024,”kata dia.

Persaudaraan Sambas Serantau atau PASS juga memberikan penghargaan kepada Wakil Ketua DPRD Kalbar, Prabasa Anantatur beserta Ketua Komisi V DPRD Kalbar, Subhan Nur. (Inside pontianak.com/Andi Ridwansyah).
Persaudaraan Sambas Serantau atau PASS juga memberikan penghargaan kepada Wakil Ketua DPRD Kalbar, Prabasa Anantatur beserta Ketua Komisi V DPRD Kalbar, Subhan Nur. (Inside pontianak.com/Andi Ridwansyah).

Prabasa menyerahkan sepenuhnya keputusan partai, siapa yang kedepan akan diusung. Yang penting, dia kader terbaik yang harus disukseskan.

 “Siapa orangnya terserah.Yang penting kita ingin kader Golkar jadi Gubernur,”pungkasnya.

Baginya, mencapai peringkat akhir dari karier politiknya bukan ending- seorang Prabasa. Baginya, mengabdi dengan apapun jabatan itu jadi mimpi akhirnya. Jadi pimpinan atau sebaliknya tak akan mengubah kecintaan Prabasa untuk terus mengabdi bagi tanah kelahiraannya.  

Tugasnya jauh dari selesai. Ada harapan yang ingin ia raih bersama partainya itu. Kalbar masih banyak pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan. Ini berarti, tugasnya belum tuntas.  (Andi)

Leave a comment