Dari Hidup Sampai Mati, Kuntilanak Selalu Alami Nasib Tragis! Cek Kisahnya Di Sini

17 November 2022 16:47 WIB
Ilustrasi

Insidepontianak.com – Masyarakat Indonesia pasti akan langsung mengenal si empu dari suara ketawa melengking seperti "Hiii... Hii... Hi.. ". Yup, suara itu tidak lain milik Kuntilanak, hantu yang akrab disapa dengan Mbak Kunti ini biasanya memberi sinyal cekikikan seperti itu.

Dalam dunia kesenian seperti film trilogi 'Kuntilanak' ( film garapan Rizal Mantovani), 'Paku Kuntilanak' (disutradarai oleh Findu Purnowo), atau 'Voodoo Nightmare. Return to Pontinanak' (dinahkodai oleh Ong Lay Jinn), menampilkan Mbak Kunti selalu berada di dekat pohon keramat.

Kuntilanak di dalam dunia film juga memiliki ciri khasnya sendiri, berbaju putih panjang kayak dasternya emak-emak, berambut sampai pinggang, dan selalu berkamuflase dengan memakai wajah glowingnya untuk memikat para korban.

Baca Juga: Horor! Joko Anwar Jumpa Tukang Sate dengan Usus Terburai

Sedangkan aksi kehadirannya juga berbeda-beda, yang lumrah biasanya ketawa melengking, ada yang menangis sesenggukan sambil duduk di bangku pinggir jalan, melayang diatas kendaraan, atau bahkan menirukan orang yang sedang melakukan bunuh diri di atas pohon.

Tapi dari semua aksi yang dimainkan oleh Mbak Kunti, menangis dan ketawalah yang menjadi tanda signifikan untuk mendeteksi kehadirannya. Hal ini dikarenakan semasa hidupnya, dia sering tertimpa nasib buruk, sebagaimana keterangan Tassa Ary Maheswarina dalam 'Kepercayaan Masyarakat Jawa dalam Film Kuntilanak'.

Selain penggambaran fisik yang menyeramkan, masyarakat Jawa juga mempercayai bahwa Kuntilanak mempunyai kesaktian, dari kekuatan spiritual tersebut Mbak Kunti dianggap bisa mencelekai manusia biasa.

Bagi sebagian orang Jawa yang mempercayai sosok hantu wanita tersebut, biasanya mereka akan mengadakan perjanjian untuk hal-hal diinginkan seperti meminta kekayaan dalam waktu instan, penglaris usaha, dan lain-lain.

Mereka biasanya akan menemui Mbak Kunti di pohon besar yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Tak lupa pula sambil membawa sesajen, yang sedang berkebutuhan akan duduk bersimpuh, memohon bantuan Kuntilanal agar mempermudah urusan pribadi.

Walaupun disaat mati Kuntilanak dihormati sebagai arwah sakti, ada beberapa orang yang menganggapnya sebagai pengganggu. Hal ini dilakukan bila seseorang bekerja sama dengan sosok Mbak Kunti untuk melakukan jampi-jampi.

Bertolak belakang dengan profil dirinya semasa hidup, sosok Kuntilanak ketika sebelum kematian merenggut nyawanya sering digambarkan dengan wanita yang penuh dengan kemalangan, hal ini juga berlaku dengan penampilan Mbak Kunti di kesenian.

Dalam 'Indonesian Journal of Cultural and Community Development' (2022), Sania Safira Luniar dan Poppy Febriana menjelaskan sosok Kuntilanak yang tampil di film Mangkujiwo, memiliki kejiwaan yang dicap nyeleneh oleh masyarakat.

Hal ini bisa diketahui dalam beberapa adegan bahwa dia selalu menerima kekerasan fisik seperti dipasung, depresi, dan bunuh diri. Kestabilan kejiwaan yang disorot dalam film tersebut dilatar belakangi oleh pekerjaan Kanti sebagai penari.

Dalam kepercayaan masyarakat Indonesia, pekerjaan seorang perempuan sebagai penari tradisional selalu dikait-kaitkan dengan hal berbau mitos. Penari tradisional dituduh selalu memasang jampi-jampi atau susuk agar memikat penonton, tulis Safira dan Poppy.

sedangkan menurut orang Kalimantan Barat menurut Timo Duile, dalam 'Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia', kisah hidup Kuntilanak selalu mendapat kekerasan fisik ataupun mental dalam kepercayaan masyarakat Pontianak.

Semasa hidupnya Mbak Kunti mengalami kejadian malang seperti pelecehan, pemerkosaan, dan stigma-stigma negatif lainnya.

Lebih lanjut Timo menerangkan bahwa kejadian seperti itu memang sudah melekat kepada masyarakat Indonesia yang tidak bisa lepas dari sistem patriarki. Perempuan Indonesia memang dianggap selalu harus di bawah keperkasaan lelaki.

Pantulan pandangan patriarki yang dianut oleh sebagian besar warga Indonesia ini kemudian juga berkembang dan menyasar kepada cerita-cerita mistis, sosok Kuntilanakpun tak luput dari kungkungan patriarki.

Timo kemudian juga mengatakan kebrutalan sosok Kuntilanak, ketika sedang meneror warga, bisa ditangkal bila kepalanya ditancapkan dengan paku.

Baca Juga: The Kuntilanak Made in Pontianak: Meneror Asia Tenggara dan Biasa Dikenal Dengan Mbak Kunti!

Sedangkan pendapat lain mengatakan menancapkan batang kayu runcing ke belakang leher Mbak Kunti agar amarahnya mereda.

Cara medinginkan amukan Kuntilanak tersebut, dengan menancapkan sesuatu kepada bagian tubuhnya, dalam pandangan Timo adalah bukti lengkap ke angkuhan laki-laki terhadap wanita dalam status sosial.

Benda yang sudah ditancapkan ke Kuntilanak merupakan simbol 'phallus' (alat kelamin laki-laki yang menjadi keperkasaan dalam status sosial), sehingga perempuan akan menjadi pemarah bila tidak ada laki-laki yang mendampingi dan mendidiknya.

Bagi masyarakat Indonesia, ketergantungan perempuan kepada sosok laki-laki dalam status sosial memang masih kokoh dianut. Oleh karena itu, kuntilanak bisa menjadi jinak dan kembali berparas cantik bila benda (phallus) ditancapkan ke bagian tubuhnya, sebagai simbol ketergantungan. ***

 

Tags :

Leave a comment