Rewetting Canal Blocking Meningkatkan Hasil Hutan Sagu di Meranti Riau

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MERANTI, insidepontianak.com - Rewetting canal blocking telah meningkatkan hasil hutan sagu di Meranti, Kabupaten Kepulauan Riau. Yayasan Natural Kapital, mengirim Kepala Desa dan Ketua LPHD Kalibandung, berkesempatan berkunjung ke Pulau Tebing Tinggi, Desa Sungai Tohor, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Kegiatan itu untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang restorasi gambut yang pernah dilakukan di Kalibandung, Kabupaten Kubu Raya. Pulau Tebing Tinggi berada di sekitar Selat Malaka, dan berdampingan dengan Pulau Resak, Padang dan Bengkalis, pada administrasi kabupaten Kepulauan Meranti – Riau. Kabupaten Meranti dengan pulau-pulaunya merupakan hamparan dari lahan dan hutan gambut yang menjadi target restorasi. Akses menuju ke desa ini dapat ditempuh dari kota Batam dengan kapal express selama kurang lebih 4 jam perjalanan, dan dari kota Dumai selama kurang lebih 4 jam. Wilayah kepulauan Meranti berbatasan langsung dengan negara jiran Malaysia dan Singapura. Kebakaran hutan dan lahan gambut 2014, telah berdampak negatif pada lingkungan lokal, nasional dan regional, terutama pada kedua negara jiran tersebut. Hal ini telah menarik perhatian para pihak, termasuk pemerintah Jakarta dan perwakilan negara jiran, untuk mendukung restorasi gambut di tingkat tapak. Sebelumnya, sejak 2014, Presiden Jokowi dan jajaran Kementerian LHK dan Badan Restorasi Gambut, telah berkunjung dan memberikan program restorasi gambut di wilayah kepulauan ini. Skema restorasi gambut 3R rewetting, revegetation, dan revitalization telah diterapkan melalui dukungan para pihak. [caption id="attachment_28549" align="aligncenter" width="576"]Hutan Sagu Tual Sagu Hasil Panen Milik Masyarakat Desa Sungai Tohor ©Icha/YNKI[/caption] Masifnya dukungan para pihak tidak terlepas dari inisiatif kelompok sadar lingkungan di desa yang dipelopori oleh Abdul Manan yang akrab siapa Pak Cik Manan dengan membentuk LSM EKA dan GEMAST. Kelompok ini terus menyuarakan keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat yang sangat tergantung dengan kesehatan ekosistem gambut. LSM EKA (Ekonomi Kreatif Andalan) dan GEMAST (Generasi Muda Sungai Tohor) menyatakan kanalisasi, pengeringan (draining), kebakaran dan subsidensi gambut menjadi musuh utama bagi ekosistem gambut di pulau Tebing Tinggi. Saat ini, intrusi air laut telah mencapai 1 kilometer ke dalam pulau, dan mematikan tanaman sagu yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sejak lama. Intrusi air laut ini, hanya dapat mitigasi dengan kesehatan ekosistem dengan fungsi hidrologis dengan mempertahankan tinggi muka air gambut. Program restorasi gambut dari LSM EKA dan GEMAST sejak 2014, telah pula mendapat dukungan dari jiran di Singapura. PM Haze yang merupakan organisasi masyarakat sipil, melalui Ahmad Azhari selaku program koordinator memberikan dukungan dengan program rewetting berupa pembangunan kanal bloking dan revegetasi dengan penanaman spesies-spesies tanaman asli dari lanskap pulau Tebing Tinggi. Pada skema revitalisasi, PM Haze sebelumnya telah pula mendukung pengembangan kebun hortikultura di desa Sungai Tohor, sebagai pelengkap dari produksi Sagu saat ini. Setidaknya telah terdapat 3 plot percontohan (demo plot) program revegetasi dengan luas total 12 hektar. Observasi kunjungan menemukan hutan-kebun Sagu yang merupakan komoditas primadona, dan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat. Program rewetting-kanal blocking telah meningkatkan produktivitas hutan-kebun Sagu. Saat ini Sungai Tohor terkenal sebagai penghasil tepung sagu berkualitas di Indonesia.***

Leave a comment