Potensi Mangrove Kalbar: Dari Penjaga Ekosistem Pesisir hingga Peluang Kesejahteraan Masyarakat

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Kalimantan Barat mencatatkan luasan mangrove di wilayah itu mencapai 177.023,738 hektare yang tersebar di lima kabupaten strategis, yakni Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Sambas, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Kayong Utara, dan Kabupaten Ketapang.

Dalam data Dinas Lingkungan Hidup Kalbar Kelompok Kerja Mangrove Daerah Provinsi Kalimantan Barat, ada 40 jenis mangrove, 30 jenis pohon, 3 jenis semak, 3 jenis palem, 2 jenis liana dan 1 jenis paku pakuan.

Hutan mangrove Kalbar juga memiliki 2 spesies yang tergolong langka yakni, Bruguiera Hainesii dan Candelia candle. Dan Bruguiera Hainesii tidak lebih dari 300 pohon di dunia.

Untuk mempertahankan luasan wilayah Mangrove Kalbar agar tidak makin tergerus, Pemerintah Provinsi Kalbar melalui dinas terkait menguatkan Kelompok Kerja Mangrove Daerah Provinsi Kalimantan Barat.

Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki hutan hujan tropis yang luas mencapai 5,4 juta hektare.

Tak heran jika wilayah ini mendeklarasikan sebagai provinsi paru-paru dunia sejak tahun 2007 melalui deklarasi "Heart of Borneo" bersama Malaysia dan Brunai Darussalam.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BPLH) Kalbar, Adi Yani, berujar mangrove Kalbar dikenal menjadi penyumbang kesehatan udara bagi Bumi.

“Wajar, jika Kalimantan dicap sebagai paru-paru dunia. Apalagi, berdasarkan penelitian hutan Borneo ini menghasilkan hampir 40 persen oksigen yang ada di Bumi,” ujar Adi Yani.

“Faktanya, Kalimantan Barat memiliki pantai sepanjang 1.300 km, dan terdapat mangrove seluas 177.000 Ha, yang sepertiganya telah mengalami abrasi hingga potensi keruskaan yang tinggi,” sambungnya.

Kerusakan ini yang mencoba diminalisir dengan penguatan mangrove di lima kawasan Kalbar.

Tujuan penguatan mangrove, sebagai upaya perlindungan dan pemulihan atau rehabilitasi. Salah sataunya pemulihan hingga pelestarian kawasan hutan mangrove Kalbar.

Membedah Potensi Mangrove

Kalimantan dihuni 10 spesies endemik primata, lebih dari 350 spesies burung, 150 spesies reptil dan amfibi, dan 10.000 spesies tumbuhan.

Sejak tahun 2007-2010, sebanyak 123 spesies baru ditemukan di Kalbar.

Sejumlah kawasan yang sudah lindung di Kalbar seperti Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Taman Nasional Danau Sentarum. Hutan di daerah pesisir yang terkenal dengan hutan mangrove.

Hutan mangrove berfungsi sebagai sumber mata pencaharian dan produksi berbagai jenis hutan dan hasil hutan kayu, sumber mata pencaharian nelayan, tempat rekreasi atau wisata alam, objek pendidikan pelatihan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Potensi yang ada di depan mata seperti pengembangan ekowisata, jasa lingkungan, serta program pembayaran karbon dari penurunan emisi dari sektor berbasis hutan.

Ini merupakan alternatif-alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan dan diharapkan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan terhadap hutan.

“Potensi-potesni ini yang coba kita kembanhkan, kita gali aagar bsia bermanfaat bagi lingkungan dan pastinya masyarakat sekitar,” ungkap Dia.

Pengelolaan Hutan Mangrove

Banyak pihak berharap hutan mangrove Kalbar dapat memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat, baik yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan.

Berbagai upaya dilakukan untuk peningkatan pelestarian terhadap hutan harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan dan Kemandirian Desa yang menjadi target pemerintah Kalbar.

Hutan Mangrove di Kalbar memiliki keunikan dan kekayaan serta keanekaragaman hayati yang khas dan langka seperti bakau mata buaya dan lenggadai betina yang hanya ada di Kalbar.

Hutan mangrove Kalbar juga menjadi habitat bagi banyak hewan langka seperti bekantan hingga ikan pesut.

Pasalnya juga, kawasan hutan mangrove menjadi tempat paling sesuai dan aman untuk pembibitan ikan, udang dan berbagai potensi habitat laut lainnya.

Kawasan hutan mangrove telah membantu menjaga ketersediaan sumber daya ikan di laut yang tidak akan habis.

Belum lagim bicara potensi apa kekayaan alam yang ada di hutan mangrove. Sebut saja madu. Salah satunya di madyu Kapuas Hulu yang sudah terkenala kan kualitas an mutunya.

Di kapuas Hulu, pemanfaatan hasil hutan seperti madu ini dikelola langsung oleh kelompok petani madu di Danau Sentarum. Canggihnya lagi, pemberdayaan masyarakat ditingkatkan dalam hal pemasaran hingga menyentuh pasar online.

Terbaru, pemerintah memfokuskan keberadaan hutan mangrove Kalbar sebagai tujuan ekowisata. Bahkan sejumlah area di Kalbar sudah mendeklarasikan sebagai desa wisata dengan mangrove sebagai latar belakangnya.,

Sejumlah wilayah atau desa ekowisata mangrove ini pun disulap dengan latar belakang mangrove menjadi spot unik dan cantik.

Wisatawan yang datang selain dapat menyusuri hutan mangrove, juga dapat berfoto di gazebo. Menikmati kuliner di pondok gazebo hingga menikmati matahari terbenam di sana.

“Dengan harapan bisa menjadi kunjungan wisata bagi siapa saja. Pastinya ini menambah pemberdayaan lingkungan sekitar. Kualitas mangrove pun terjaga,” katanya.

Hingga detik ini, Pemerintah Provinsi Kalbar sudah memaksimalkan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penataan dan pengeloaan hutan mangrove di Kalbar.

Apalagi, sejak adanya Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Provinsi Kalbar yang berubah menjadi TRGMD Provinsi Kalbar penguatan dan konsolidasi menjadi prioritas dalam penanganan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove di Kalbar.

“Kita akan mengoptimalisasi hutan mangrove di Kalbar, apalagi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove sudah menerapkan pendekatan 3R, yaitu Rewetting, Revegetasi, dan Revitalisasi Ekonomi Masyarakat,” ucapnya. (Wati). ***

Leave a comment