Resume Novel The Worst Best Man Karya Mia Sosa

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
Judul buku: The Worst Best Man Pengarang: Mia Sosa Penerbit: Harper Collins Tahun terbit: 2020 Tebal: 368 halaman Dari awal buku pembaca sudah disambut dengan gagalnya pernikahan dari sang pemeran utama, Carolina Santos. Di hari pernikahannya sang mempelai laki-laki memutuskan untuk tidak menghadiri pernikahan dan meninggalkan Lina begitu saja. "We must never let our emotions get the better of us; doing so is either a sign of weakness, one that diminishes our well-earned respect, or a mark of combativeness, which will cause people to say we're irrational. And as women-women of color, more specifically-we simply can't afford to be perceived in those terms." Carolina dikenal sebagai seseorang dengan pribadi yang kuat. Ia selalu bersikap tenang dan jarang menunjukkan perasaannya kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan di hari pernikahannya yang gagal, ia tetap bersikap tenang dan tidak mencurahkan air mata sedikit pun. Hal ini lah yang mengejutkan Max, adik dari Andrew, yang merupakan pengantin laki-laki saat itu. Di pagi hari pernikahan kakaknya, Max malah mendapat pesan dari Andrew yang meminta ia untuk memberi tahu Lina bahwa ia tak bisa menikahinya. "Everything you said last night made sense, M. Thanks to you, I can see the truth now. I can't marry Lina. Need you to break the news. Don't worry, she'll handle it with class. Going to disappear for a few days while I get my head straight. Tell Mom and Dad I'll call them soon." Max yang masih setengah mabuk pun semakin dibuat pusing oleh kata-kata saudaranya yang menyiratkan bahwa perkataan Max lah, yang membuatnya tersadar ia tak bisa menikahi Lina. Dengan berat hati, Max menghampiri Lina dan keluarganya yang tengah kebingungan dan bertanya-tanya dimana Andrew. Max memberi tahu Lina pesan dari saudaranya. Hari itu juga pernikahan mereka dibatalkan. Tiga tahun kemudian, Lina bekerja sebagai wedding organizer bersama sahabatnya, Jeslene. Ia memiliki reputasi yang bagus di pekerjaannya. Hingga akhirnya Lina mendapat tawaran untuk bekerja sama dengan perusahaan ternama. "I enjoy the challenge of helping a couple settle on a meaningful wedding theme. Relish the opportunity to organize a couple's special day down to the tiniest detail. If something goes wrong, and something always goes wrong, I take pride in coming up with a workable solution and keeping everyone happy. Challenging venues, scheduling snafus, catering flubs-that stuff's a rush rather than a burden." Namun takdir kembali mempertemukan Lina pada Max dan Andrew, yang menjadi bagian dari perusahaan ternama tersebut. Semakin parah saat Lina harus berada di tengah kompetisi untuk memenangkan pekerjaan impiannya, namun di saat yang sama ia harus bekerja sama dengan Max untuk merencanakan sebuah pernikahan yang dapat membuat atasannya terkesan. Sejak kecil Max dan Andrew selalu terlibat persaingan sengit. Keduanya berusaha membuktikan mereka lebih baik dari satu sama lain. Di pekerjaan mereka kali ini, mereka kembali bersaing. Namun Max tidak sendiri, ia ditemani dengan bantuan Lina. "Gentlemen, meet Carolina Santos. Says we can call her Lina for short." "This is Andrew and Max. They're brothers and colleagues." Di awal persekutuan mereka terbentuk, tentunya Lina belum bisa memaafkan Max sepenuhnya. Mereka berkali-kali melemparkan 'bom' kepada satu sama lain. Sampai di suatu hari mereka diharuskan untuk pergi mengunjungi suatu tempat terpencil untuk proyek mereka. Namun mobil mereka mengalami kerusakan dan membuat Lina serta Max harus menetap semalam di tempat itu. Mereka hanya bisa menumpang tidur di gubuk jerami bersama para hewan ternak. Sampai dimana Max dan Lina disalahpahami sebagai pasangan dan seseorang mengajak mereka untuk mengikuti tur pasangan di tempat itu. Demi mendapatkan tempat tidur yang layak, mereka pun memutuskan untuk berpura-pura menjadi pasangan kekasih. Di event tersebut terdapat kegiatan dimana tiap pasangan dapat menyampaikan apapun yang ingin mereka sampaikan kepada pasangannya. Secara tak terduga, Max mengungkapkan rasa ketertarikannya kepada Lina. "I wish you would see the potential in us. I know it's hard to see me with new eyes, especially given our history, but there's something here. I don't know what it is exactly, but it's strong enough that I don't want to shut the door on it. It's a big ask, I know. And it's complicated. There are probably a dozen reasons why we shouldn't even try. And maybe you can't see yourself being with me. But I want you to know that if there's any chance for us, I'll take it." Sepulangnya mereka dari tempat tersebut. Mereka melunak terhadap satu sama lain. Tidak ada lagi pertengkaran dan melempar bom kepada satu sama lain di antara mereka. Lina dan Max dengan cepat beranjak ke hubungan yang lebih kompleks. Sudah jelas keduanya memiliki rasa yang sama terhadap satu sama lain, namun ego masing-masing membuat mereka berpikir matang dalam meresmikan hubungan mereka. Di saat hubungan mereka masih belum jelas, Andrew mengetahui semuanya. Ia menyadari bahwa Max dan Lina memiliki perasaan terhadap satu sama lain. la pun menghasut keduanya. Berkata pada Lina bahwa Max menggunakan Lina sebagai bahan kompetisinya dengan Andrew, ia merasa bahwa jika ia berhasil memiliki Lina berarti ia menang dari Andrew. Sedangkan kepada Max, Andrew berkata bahwa ia merupakan pilihan pertama Lina. Jauh sebelum Lina dan Max berhubungan, ia bahkan hampir menikahi Andrew. Dan pernikahan itu gagal, namun bukan Lina yang meninggalkan Andrew, tapi ia sendiri. Andrew akhirnya juga memberi tahu bahwa Max tidak berkontribusi apapun pada gagalnya pernikahan mereka. Ia hanya menambah alasan agar tidak sepenuhnya salah karena membatalkan pernikahan begitu saja. "Consider this my little gift to you. An early wedding present, if you will. Max, you didn't encourage me to cancel the wedding. You spent most of the night talking about where you'd spend your honeymoon if you ever got married." Lina tidak termakan oleh omongan Andrew. Namun Max yang berantakan, meminta Lina untuk menjauh darinya. Hubungan mereka yang belum dimulai pun harus berhenti untuk sejenak. Lina dan Max tetap bersikap profesional. Mereka melanjutkan proyek dengan baik. Tepat di hari presentasi, Lina menampilkan presentasi terbaik untuk mendapatkan pekerjaan impiannya. Akhirnya Lina berhasil mendapatkan pekerjaan tersebut. Mereka menang melawan Andrew dan rekannya. Dengan ini, kerja sama keduanya akan terus berlanjut. Walau masih ada kecanggungan di antara mereka, Lina dan Max berusaha untuk tidak menghiraukannya. Di hari pernikahan Natalia, sepupu Lina, Max datang menghadiri undangan. Lina dan sahabatnya lah yang merencanakan pernikahan kali ini. Lina juga berkesempatan untuk memberikan kata sambutan di pernikahan sepupu terbaiknya. "Love doesn't operate in the abstract, whether it's romantic or not. It's between people. Opening yourself to love can reveal your weaknesses, but with the right person, it can reveal your strengths as well. The moment you let your guard down with someone and let them into your life-truly into your life-you are at your most vulnerable, but you're also utterly open to a beautiful experience if they reciprocate." "I asked Natalia once how she knew that Paolo was the right person for her, and she said, 'I knew because I wasn't afraid to love him.' It was as easy as that. And now I get it. She found the person she was willing to drop her shield for, and he reciprocated. They didn't take advantage of each other's vulnerabilities. Instead, they nurtured each other, opened themselves up to love, and now they're here today sharing part of their beautiful experience with us." Mendengar pidato dari Lina, Max terdiam di tempat duduknya. Ia hanya bisa melihat Lina dari kejauhan saat ia kembali ke tempat duduknya bersama keluarga besar Lina dan Natalia. Namun Max sadar, ia akan mengalami penyesalan dalam jika tidak menemukan jalan kembali pada Lina. Dengan yakin ia menghampiri Lina dan mengajaknya untuk berbicara berdua saja. Ketika hanya tinggal mereka berdua di tempat itu, Max kembali mengutarakan perasaannya pada Lina. "I told you that I couldn't be your second choice. Said there was too much history between Andrew and me to get past it. But I was wrong. Totally and completely wrong. It doesn't matter if I'm your first or hundredth choice as long as I'm the right choice. And I am, Lina. I swear it. I'll scale your walls to show you how much I care. And I'll take every vulnerable part of you and handle it with care. I fucked up. I know this. But if you let me, I'll spend the rest of my days proving to you that I'm your person. Because I love you."*** Peresume: Cori Nariswari Mernissi

Leave a comment