Harapan Ketua DMI Kalbar Ria Norsan untuk Takhmir Masjid di Pemilu 2024

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEMPAWAH, insidepontianak.com – Untuk memperkuat ukhwah Islamiyah di antara Takmir Masjid.

Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Mempawah bersama dengan Takmir Masjid se-Kabupaten Mempawah mengadakan acara Silaturahmi Takhmir Masjid yang berlangsung di Aula Masjid Besar Al-Falah.

Kegiatan juga membahas peran penting Masjid sebagai sarana untuk mewujudkan Pemilu 2024 yang aman, damai, dan sejuk.

Ketua DMI Provinsi Kalimantan Barat, Ria Norsan, menekankan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjadikan masjid sebagai tempat ibadah yang suci, termasuk surau dan langgar.

"Kita hanya melarang aktivitas politik praktis di dalam tempat ibadah, namun di luar tempat ibadah, kita dapat berpolitik," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (3/10/2023).

Menurutnya demikian juga, pengurus masjid memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik.

"Terutama dalam era informasi digital, isu-isu hoax di media sosial harus dicermati dengan cermat melalui verifikasi dan pengecekan informasi yang baik," terangnya.

Wakil Gubernur Kalbar periode 2018-2023 ini juga mengatakan dengan silaturahmi ini menjadikan Pemilu 2024 berjalan aman dan damai.

"Semoga masjid di Kabupaten Mempawah selalu tetap menjadi tempat ibadah yang mendatangkan berkah dan semoga Pemilu 2024 dapat berjalan dengan aman, damai, dan penuh kebijaksanaan," urai Ria Norsan.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Mempawah, Muhammad Pagi, menyoroti pentingnya menjadikan masjid sebagai tempat utama ibadah.

Sebagai Ketua DMI Kabupaten Mempawah meminta kepada seluruh takmir masjid di Kota Mempawah untuk tidak menjadikan masjid sebagai arena berpolitik praktis.

"Di Kabupaten Mempawah, kita memiliki 240 masjid dan 389 surau. Jika kita tidak memberikan edukasi yang tepat, maka perbedaan pendapat antara pengurus masjid dan jamaah dapat timbul. Inilah sebabnya mengapa mereka telah berkumpul, agar Pemilu 2024 dapat berjalan dengan aman dan damai," papar Muhammad Pagi.

Diterangkannya bahwa saat ini ada lebih dari 200 Pengurus Masjid yang hadir dalam kegiatan ini, mewakili kecamatan Mempawah Timur dan Mempawah Hilir.

Usatdz Wahidi Sajadi mengingatkan tentang dampak negatif ketika Masjid terlibat dalam politik praktis.

Takmir masjid adalah pengelola masjid, dan ketika masjid dijadikan sebagai arena politik praktis, itu dapat mengganggu ibadah dan mengubah masjid, tempat berkumpulnya berbagai elemen masyarakat, menjadi ajang kampanye politik.

"Hal ini berpotensi menyebabkan perpecahan, yang pada akhirnya dapat merusak peran penting masjid sebagai pemersatu dalam keberagaman," tutur Wahidi.

Ditambahkannya bahwa kegiatan ini sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada takmir masjid agar mereka dapat menjaga masjid sebagai tempat pemersatu umat dan tetap memprioritaskan fungsi utamanya sebagai tempat ibadah. ***

Leave a comment