Kultum Ramadhan: Makna Puasa sebagai Perisai

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
Ramadhan datang dengan segala keutamaan. Selama sebulan penuh, umat Islam seluruh dunia serentak melaksanakan ibadah puasa dengan niat memenuhi perintah Allah. Dalam Islam, selain bernilai ibadah dan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, puasa memiliki banyak keutamaan. Salah satu keutamaan puasa yang diketahui ialah puasa sebagai perisai bagi pelakunya. Imam Al-Bukhari dalam kitabnya meriwayatkan hadits: حدثنا عبد الله بن مسلمة عن مالك عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صم قال: الصيام جنة فلا يرفث ولا يجهل. وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل: إني صائم- مرتين- والذي نفسي بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك، يترك طعامه وشرابه وشهوته من أجلي، الصيام لي وأنا أجزي به، والحسنة بعشر أمثالها Artinya: Menceritakan kepadaku Abdullah bin Maslamah, dari Malik dari Abiz Zinad dari Al-A’raj dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Puasa merupakan perisai, janganlah kalian berucap kotor dan janganlah melakukan hal yang bodoh. Jika ada seseorang yang mengajak berkelahi atau mencaci maka hendaklah mengucapkan, ‘Saya sedang berpuasa’ dua kali demi zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi. Ia meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena-Ku. Puasa milik-Ku dan Aku akan membalasnya. Satu kebaikan bernilai 10 kali lipatannya. (HR Al-Bukhari). Makna puasa Sebagai Perisai Hadits di atas menjelaskan beberapa keutamaan puasa sebagai perintah Allah. Di antaranya, salah satu keutamaan puasa ialah puasa yang diibaratkan sebagai perisai bagi pemiliknya. Lantas apa sebenarnya maksud dari perisai di sini? Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya menjelaskan tiga makna puasa sebagai perisai. Pertama, puasa sebagai perisai dari api neraka. Disebutkan juga puasa diibaratkan perisai yang digunakan saat berperang untuk melindungi diri dari serangan musuh. Maksudnya ialah karena puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam yang diibaratkan sebagai perisai untuk menjaga diri dari api neraka. Kedua, puasa sebagai perisai yang menjaga pemiliknya dari syahwat yang melukainya. Dalam melaksanakan puasa, umat Islam seyogianya (bahkan diharuskan) menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan membatalkan pahala puasa. Karenanya dalam hadis di atas disebutkan, setelahnya larangan untuk berkata kotor maupun berbuat hal bodoh seperti menghina, mencela dan lainnya agar pahala puasa yang dilakukan tidak berkurang apalagi lenyap. Ketiga, puasa sebagai perisai dari melakukan dosa dan dari api neraka. Puasa dikatakan benteng dari melakukan dosa dan api neraka karena dengan berpuasa seseorang menahan dirinya dari ajakan syahwat di mana neraka diliputi oleh syahwat. وقال ابن العربي: إنما كان الصوم جنة من النار لأنه إمساك عن الشهوات, والنار محفوفة بالشهوات Artinya: Ibnu Arabi berkata: puasa merupakan perisai dari api neraka dikarenakan ia menahan dari syahwat, sedang api neraka diliputi oleh syahwat. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, Beirut, ar-Risalah al-Alamiyah, juz VI, hal 254). Puasa sebagai perisai yang menjaga diri dari api neraka berlaku selagi pemiliknya tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa. Sebagaimana hadis riwayat Imam Al-Bukhari berikut: حدثنا أدم بن أبي إياس حدثنا ابن أبي ذئب حدثنا سعيد المقبري عن أبيه عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صم: "من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه Artinya: Menceritakan kepadaku Adam bin Abi Iyas, menceritakan kepadaku Ibnu Abi Dzi’b, menceritakan kepadaku Said Al-Maqbari dari ayahnya dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan haram maka tidak ada hajat bagi Allah meski ia meninggalkan makan dan minum. (HR Al-Bukhari). Dalam momen Ramadhan ini mari bersama-sama menjaga diri agar puasa kita tidak hanya mendapatkan rasa haus, lapar dan lelah saja. Semoga puasa yang kita laksanakan di bulan Ramadhan mendapatkan kesempurnaan di sisi Allah. Amin. Penulis: Ustaz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta. Sumber: Islam.nu.or.id
Penulis : admin
Editor :

Leave a comment

Ok

Berita Populer

Seputar Kalbar