PSC Sarawak Bersama MSI dan PGRI Pontianak Bedah Perkembangan Sejarah Kontemporer Indonesia-Malaysia

3 Agustus 2024 13:04 WIB
Focus group discussion atau FGD, membahas perkembangan sejarah kontemporer dalam perspektif Indonesia-Malaysia, Sabtu (3/7/2024). (Insidepontianak.com/Muhlis Sehari)

PONTIANAK, insidepontianak.com - Masyarakat Sejarawan Indonesia, bersama Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, bekerja sama degan Universitas PGRI Pontianak, menggelar focus group discussion atau FGD, membahas perkembangan sejarah kontemporer dalam perspektif Indonesia-Malaysia. 

FGD itu berlangsung di Kampus PGRI Pontianak, Jalan Ilham Pontianak, Sabtu (3/7/2024). Menghadirkan pembicara dari Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, Dr Loji Roji Saibi, dan Dekan Universitas PGRI Pontianak, Eka Jaya Putra Utama, serta sejumlah akademisi Fakultas Sejarah PGRI dan para jurnalis. 

Dekan Universitas PGRI Pontianak, Eka Jaya Putra Utama mengatakan, FGD ini sangat penting untuk menggali perkembangan sejarah kontemporer di Indonesia dan Malaysia. 

Sejarah kontemporer adalah istilah khusus untuk menyebut peristiwa bersejarah yang kejadiannya dialami atau terjadi dalam waktu yang tidak terlalu jauh dari waktu saat ini.

"Semoga pertemuan ini bisa memberikan pemahaman yang baik ke depannya," kata Eka Jaya. 

Ketua Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, Dr Loji Roji Saibi, memandang, sejarah kontemporer di Indonesia yang beririsan dengan Malaysia sebagai negara serumpun terawat dengan baik. Misalnya, situs-situs sejarah kebudayaan melayu, telah banyak dijadikan cagar budaya.

"Kita bisa berjumpa keturunan kerajaan Sambas. Ada tenun Sambas yang bagus dan banyak yang beli untuk dibawa ke Sarawak. Di Sambas melawat Keraton Sambas dan kita terkesan dengan peninggalan di sana," kata Loji. 

Di Singkawang juga ada situs sejarah yang dikenal dengan batu belimbing, yang kini telah dijadikan tempat destinasi wisata. Lokasinya berada di Kelurahan Nyarumkop, di bagian timur kota Singkawang. 

"Kita juga sudah melawat ke Batu Belimbing. Menarik dan dikelola dengan kreatif. Inilah tujuan kita melawat. Yang baik akan kita buat dan kreasikan di Sarawak," katanya. 

Loji juga mengaku takjub dengan bangunan Masjid Raya Mempawah. Bangunannya yang modern dan memiliki banyak histori, juga menginspirasi. 

"Kami salat di masjid Mempawah yang indah dan bagus. Masjid ada eskalatornya," ujarnya. 

Yang tak kalah berkesan bagi Loji saat ia mengunjungi Tugu Khatulistiwa ikon Kota Pontianak. Tugu Khatulistiwa sendiri dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda sebagai penanda titik nol derajat garis khatulistiwa.

"Di Pontianak berkunjung ke Tugu Khatulistiwa diberi sertifikat. Itu sangat menarik," ucapnya. 

Dr Zulkifli Abdillah dari Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) yang juga akademisi IAIN Pontianak mengapresiasi Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, yang dipimpin Dr Loji Roji Saibi telah melawat mengeksplor situs-situs sejarah yang ada di Kalimantan Barat. 

"Lawatan ini sangat berarti untuk mengembangkan sejarah di Indonesia dan Malaysia. Kami juga akan merencanakan kunjungan balasan ke Malaysia," kata Zulkifli. 

Ia pun menyampaikan, MSI juga sudah menerbitkan buku mengulas perkembangan sejarah kontemporer. Ia berharap, buku ini bisa dibedah bersama. 

"Kalbar juga banyak menghasilkan naskah kuno. Kita bisa mengkaji bersama naskah kuno dari Kalbar yang dibawa ke Malaysia. Ini bisa kita kaji bersama," pungkasnya.**

 


Penulis : Redaksi
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

ikaln

Berita Populer

Seputar Kalbar