Sundel Bolong Hantu Indonesia yang Membunuh Simbol Patriarki

10 November 2022 16:48 WIB
Ilustrasi

Insidepontianak.com - Ketika film 'Sundel Bolong' (1981) mulai menghantui bioskop-bioskop Indonesia banyak warga setempat menggosipi perihal hantu ini.

Sosok Sundel Bolong dalam film itu terkenal dengan perbuatannya yang sadis dan kejam, bahkan tak segan membunuh para korbannyaa.

Kemarahan Sundel Bolong sangat identik menjadi karakter utama dalam film yang disutradarai oleh Sisworo Gautama, sedangkan pemeran utamanya 'Ratu Film Horror' alias Suzanna.

Baca Juga: Hargai Jasa-Jasa Pahlawan Nasional, Anggota Polres Jember Kenakan Pakaian Ala Pejuang Tempo Dulu

Pengambilan film Sundel Bolong itu ketika Soeharto masih menjadi Presiden Republik Indonesia, di masa itu Orba (Orde Baru) sedang getol-getolnya membentuk sifat wanita penurut kepada suami atau laki-laki.

Kampanye itu dikenal dengan julukannya 'Ibuisme' (Motherhood), tokoh utama yang menjadi lambang keibuan tidak lain datang dari Titien Soeharto (istri Soeharto).

Untuk melawan sifat kontrol terhadap perempuan di masa itu, beberapa seniman dan aktor menyalurkan kritik kepada pemerintahan dengan berbagai cara. Yang akan kita bahas kali ini berupa film horror, terutama tentang tokoh Sundel Bolong.

Film 'Sundel Bolong' yang rilis pada tahun 1981 tersebut juga mewarisi watak kemurkaan sang hantu, bisa kita telusuri dari beberapa film penerus karakter hantu ini:

A. 'Malam Jumat Kliwon' disutradarai Sisworo Gautama, rilis pada tahun 1986, tokoh utamanya yakni Minanti dan Sundel Bolong yang diperankan oleh Suzanna. Film ini diproduksi oleh Ram Soerya.

B. 'Legenda Sundel Bolong' rilis pada tahun 2007. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, tokoh Imah dan Sundel Bolong diperankan oleh Jian Batari Anwar, dan diproduksi oleh PT. Rapi Film.

C. 'Sundel Bolong 2' diproduksi oleh Libra Interdelta, sutradaranya bernama Atok, sedangkan tokoh utama dalam film ini Ayu Azhari berperan sebagai Sundel Bolong dan Erika, rilis pada tahun 2008.

Ketiga film tersebut memiliki sifat menuntut balas dendam kepada para pelaku yang pernah membuat Sundel Bolong mengalami nasib sial semasa hidupnya.

Hal ini merupakan warisan dari film pertama 'Sundel Bolong' rilis tahun 1981 dengan tokoh utamanya Suzanna.

Perempuan Melawan Patriarki

Anggit Pangastuti, dalam tesisnya yang berjudul 'Female Sexploitation in Indonesian Horror Films:Sundel Bolong (A Perforated Prostitute Ghost, 1981), Gairah Malam III (Night Passion III, 1996), and Air Terjun Pengantin (Lost Paradise – Playmates in Hell, 2009)', menjelaskan bahwa Sosok Sundel bolong di awal film tersebut muncul memiliki pekerjaan sebagai pelacur.

Diceritakan bahwa Alisa (Suzanna) merupakan gadis yang bekerja di rumah bordil melayani para hidung belang. Namun ketika bertemu dengan Hendarto, mereka kemudian jatuh cinta, lantas keduanya memutuskan menikah.

Ketika Alisa menjalani hidupnya sebagai istri Hendarto dia pun berhenti menjadi pelacur, memilih memfokuskan diri menjadi istri yang baik. Namun mantan mucikarinya meminta dia kembali bekerja kepadanya.

Karena Alisa menolak, mantan mucikarinya menyuruh beberapa anak buahnya untuk menculik Alisa dan melakukan rudapaksa terhadapnya.

Selang beberapa hari berlalu, Alisa hamil dari kejadian pemerkosaan yang menimpanya, karena merasa bersalah kepada suaminya dia memutuskan untuk bunuh diri.

Tidak hanya berhenti di situ, arwah Alisa menjelma sebagai sosok Sundel Bolong yang menuntut balas dendam.

Begitu pula film-film lain yang menampilkan tokoh Sundel Bolong, nasib hidupnya juga mengalami pemerkosaan yang sama dengan latar belakang, nama tokoh semasa hidup, dan tempat yang berbeda.

Lewat tokoh Sundel Bolong ini para seniman dan pembuat film ingin memompa semangat perlawanan perempuan terhadap sistem patriarki.

Hantu ini tidak menargetkan warga lain, akan tetapi akan meneror penjahat yang mendzoliminya (sebagai simbol patriarki).

Film-film tersebut juga menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia masih memegang sikap pemujaan tentang keangkuhan laki-laki, dan memandang perempuan rendah, serta tidak punya hak untuk menampakkan kemarahan, tulis Anggit.

Baca Juga: Kenang Jasa Pahlawan, Edi - Bahasan Ziarah ke Makam HM Suwignyo dan Atmo Umar

Parahnya sistem patriarki menganggap bahwa perempuan hanyalah sebagai objek seksualitas, alias budak seks.

Hal ini berubah ketika cerita Sundel Bolong muncul di ruang publik, dan pandangan lelaki yang suka merepresi wanita dirubah olehnya.

Hantu ini mau melawan pandangan patriarki dengan sikap-sikap yang tidal wajar di masa itu, tidak perlu menurut, bertindak sesuka hatinya, bahkan menggemparkan kode etik keperempuanan di masa Orba.

Dengan kebrutalan sikapnya, Sundel Bolong memulai agenda penumpasan para pelaku pelecehan dan pemerkosaan, mencoba memutus rantai ideologi patriarki.

Kalau dicermati dengan seksama, tokoh Sundel Bolong tidak lain sama dengan tokoh mitologi Yunani kuno, yakni Medusa si berambut ular.

Kemurkaan Sundel Bolong akan terhenti ketika nafsu balas dendamnya terbayar tuntas. Bisa dilihat pada film yang rilis pada tahun 1981 tersebut, makhluk ghaib ini berubah kembali menjadi sosok Alisa yang cantik jelita ketika semua pelaku rudapaksa terhadapnya mati semua. ***


Penulis : admin
Editor :
Tags :

Leave a comment

jom

Berita Populer

Seputar Kalbar