Asal Mula Penetapan 10 November Sebagai Hari Pahlawan dan Peristiwa Mengenai Hari Itu

10 November 2022 13:03 WIB
Ilustrasi

Insidepontianak.com - Setiap tahun rakyat Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan yang diperingati pada 10 November.

Di Hari Pahlawan tersebut, pemerintah dan masyarakat akan sibuk menyiapkan acara-acara yang berkaitan dengan peristiwa itu.

Tapi tahukah kalian kenapa kita memperingati Hari Pahlawan setiap 10 November? Kenapa tidak diperingati di tanggal lain?

Baca Juga: Dihantam Puting Beliung, Atap Bangunan Kantor Terpadu di Sukadana Jebol, Aktivitas Bekerja Jadi Terganggu

Melansir dari laman resmi Kementerian Sosial (Kemensos), 10 November dijadikan Hari Pahlawan untuk memperingati kejadian Revolusi Nasional yang terjadi pada tahun 1945.

Ketika tentara sekutu ingin menjajah kembali Indonesia, mereka berusaha merebut wilayah strategis. Salah satunya berada dii Surabaya, daerah yang dikemudian hari berubah menjadi medan perang.

Pada 25 Oktober pasukan sekutu yang dipimpin Inggris, serta diboncengi NICA (Allied Forces Netherland East Indies), berhasil memasuki kota Surabaya.

Pemimpin mereka, Jenderal Aulbertin Walter Sother Mallaby, berusaha mempertahan pos-pos yang telah dikuasai.

Akibat pasukan sekutu menerobos kedaulatan Indonesia, pemuda Surabaya yang dipimpin oleh Soetomo (Bung Tomo) menyerang pos-pos mereka, serangan ini berhasil menewaskan Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945.

Pengganti Mallaby, yakni Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945. Isi Ultimatum ini berisi:

Seluruh pemimpin Indonesia harus menyerahkan diri, serta melucuti senajata mereka sendiri dan patuh kepada tentara sekutu.

Seluruh pemimpin dan pemuda Indonesia di Surabaya wajib berkumpul pada pukul 06.00 WIB di tempat yang telah ditentukan.

Bila pemuda Indonesia tidak menuruti Ultimatum 10 November 1945, pihak sekutu mengancam akan meluluh lantahkan Surabaya baik dari darat, laut, dan udara.

Tanggapan pemuda terhadap Ultimatum ialah menjawab dengan membangkang, mereka lebih memilih bertarung sampai mati. "Sekali merdeka tetap merdeka! ' merupakan semboyan yang digaungkan untuk memompa semangat perlawanan.

Perlawanan ini juga direstui oleh beberapa ulama Jawa Timur-an, bahkan KH. Hasyim Asy'ari terlibat dalam perjuangan tersebut dengan mengeluarkan 'Ultimatum Jihad' kepada arek-arek Suroboyo, sebagai tandingan Ultimatum 10 November 1945.

Baca Juga: Polres Sanggau Kerahkan 600 Personel untuk Pengamanan Kegiatan Penahbisan Uskup Sanggau

Mengutip dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pertempuran itu memakan korban 20.000 jiwa, banyak diantara mereka dari warga sipil.

Sedangkan 150.000 warga Surabaya mengungsi, di pihak sekutu terdapat sekitar 16.000 pasukan Inggris tewas, hilang, dan luka-luka.

Dari peristiwa sengit itu, Soekarno menginginkan rakyat Indonesia mengingat akan kisah perlawanan pejuang mempertahankan kemerdekaan.

Melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, Soekarno secara resmi menetapak 10 November sebagai Hari Pahlawan. ***

Tags :

Leave a comment