BRIN Ungkap Peneliti Asing Meningkat Dua Kali Lipat Sejak 10 Tahun Terakhir
PONTIANAK, insidepontianak.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengungkap, jumlah peneliti asing meningkat dua kali lipat sejak 10 tahun terakhir.
Lembaga ini mencatat, hingga November 2023, ada 800 peneliti asing masuk ke Indonesia melakukan berbagai macam riset.
"Dari jumlah izin meningkat pesat hampir dua kali, bandingkan saja sebelum pandemi 10 tahun terakhir, data 2010-2020 rata-rata izin yang diberikan 530 izin per tahun," kata Koordinator Perizinan Peneliti Asing BRIN, Sri wahyono, Jumat (17/11/2023).
Menurutnya, peningkatan jumlah peneliti asing bisa jadi akibat perubahan UU Nomor 18 Tahun 2002, yang saat ini digantikan menjadi UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Perubahan UU tersebut, memang cenderung lebih mempermudah akses peneliti asing untuk melakukan riset di Tanah Air.
"Artinya karena proses perizinan lebih simple dan dokumen syarat lebih sedikit, mereka lebih mudah untuk memperoleh izin,” ujar Sri Wahyono.
“Proses review-nya juga lebih cepat. Karena hanya menggunakan pendekatan saintifik meteologinya seperti apa ketika penelitian, tidak ada aspek lain walaupun aspek keamanan tetap diperhatikan," sambungnya.
Namun demikian, ia memastikan pengawasan terhadap peneliti asing tetap dilakukan secara ketat. Mereka harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku.
Bila mereka melanggar aturan, sanksi akan diberikan, namun dengan melakukan kroscek dan klarifikasi terlebih dahulu.
"Tentunya kita harus menjunjung aspek azas praduga tidak bersalah,” katanya.
Misalnya, bila ditemukan publikasi ilmiah diduga datanya diambil dari wilayah hukum Indonesia, maka tidak serta merta mereka dilaporkan ke imigrasi.
“Kita klarifikasi dulu dengan mengirim surat ke penulis artikel tersebut dari mana data tersebut di ambil," sambungnya.
Menurut Sri Wahyono, sumber daya alam Indonesia menjadi hal menarik bagi peneliti asing, melakukan riset di Tanah Air.
“Mereka tertarik bukan hanya dari ragam hayati. Tapi juga sosial budaya Indonesia. Tak heran saat ini semakin banyak peneliti asing yang ingin datang dan meneliti,” katanya. (ayu)***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment