Negeri Rutong Kembangkan Ekowisata Hutan Sagu sebagai Daya Tarik Wisata dan Ketahanan Pangan
AMBON, insidepontianak.com - Dalam perencanaan tata ruang rata wilayah negeri Rutong mulai mengembangkan wilayah hutan sagu sebagai wilayah ekowisata, dengan membuat jalan masuk bagi wisatawan mulai dari pesisir pantai ke tengah hutan sagu.
Negeri Rutong di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon, Maluku mengembangkan ekowisata hutan sagu sebagai upaya menjaga ketahanan pangan serta daya tarik wisata.
Hutan Sagu, Negeri Rutong memiliki luas 22 hektare terus dilestarikan hingga sekarang dan merupakan negeri dengan hutan sagu terbesar di kota Ambon.
Wisatawan selain mengunjungi ekowisata hutan sagu juga dapat menikmati keindahan pantai serta hutan mangrove di lokasi yang sama.
Negeri Rutong sebagai salah satu desa wisata yang dicanangkan di Kota Ambon, menawarkan wisata adat, wisata budaya, ekowisata, dan wisata lainnya.
Perencanaan ekowisata hutan sagu telah dimulai sejak 2022, sebagai upaya pengolahan sagu sambil menginformasikan ke masyarakat luas.
"Dan tahun ini kita kembangkan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan kunjungan wisatawan," ungkap Raja Negeri Rutong Reza Valdo Maspaitella, Selasa (4/6/2024).
Jalan masuk saat ini dalam tahapan penyelesaian, agar wisatawan yang datang bisa merasakan pengalaman di hutan sagu, tetapi juga mendapat pembelajaran proses panjang menghasilkan pati sagu.
Ia menjelaskan dalam proses menghasilkan pati sagu dimulai dari pemilihan pohon sagu yang layak tebang, pembersihan dan pemotongan batang sagu, kemudian bagian isi pohon sagu yang berwarna putih akan dikeruk proses ini disebut pukul sagu.
"Saat ini petani beralih menggunakan mesin dan tidak lagi menggunakan alat tradisional ani sagu," kata dia.
Setelah pukul sagu, isian atau daging sagu kemudian dibawa ke sahani atau wadah penyaring sagu, menggunakan kamboti atau wadah yang terbuat dari anyaman pelepah kelapa.
Daging sagu tersebut disaring untuk mendapatkan pati sagu di walang goti atau alat untuk meremas dan memisahkan sagu dengan air yang terbuat dari pelepah sagu.
Sementara air perasan sagu akan langsung mengalir keluar dari dalam goti. Setelah goti penuh dengan pati sagu, maka akan dipindahkan ke dalam tumang atau tempat sagu.
"Di hutan sagu ini terbagi beberapa lokasi yang disiapkan, agar wisatawan bisa mendapatkan informasi, sekaligus menjadi laboratorium hidup untuk mengedukasi para pelajar dan masyarakat umumnya untuk melihat proses pembuatan sagu, " katanya.
Saat ini juga dalam tahapan pembangunan ruangan yang akan berisi produk turunan dari sagu sekaligus menjadi pusat Informasi bagi pengunjung.
"Di situ akan disiapkan ruang untuk wisatawan bisa swafoto ataupun juga orang bisa duduk di kafe untuk menikmati kuliner khas berbahan sagu. ini merupakan bagian perencanaan pembangunan pengembangan ekowisata hutan sagu negeri Rutong," tutupnya. (antara)
Penulis : Dina Priahtini Wardoyo
Editor : Muhlis Suhaeri
Leave a comment