Ada Kemajuan dalam Negosiasi Gencatan Senjata Gaza di Kairo, Begini Kata Gedung Putih

24 Agustus 2024 10:05 WIB
Seorang anak laki-laki berjalan melewati reruntuhan rumah yang hancur di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Selasa (30/4/2024). Menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas, jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza menjadi 34.535 orang, dan akan terus bertambah mengingat serangan Israel ke sejumlah tempat di Gaza belum berakhir. (Antara Foto/Xinhua/Rizek Abdeljawad/Spt)
 Washington, insidepontianak.com - Negosiasi yang melibatkan Amerika Serika di Kairo menyebut "Ada kemajuan" dalam negosiasi untuk memastikan gencatan senjata di Jalur Gaza yang terkepung dan pembebasan sandera yang masih ditahan.

Gedung Putih pada Jumat (23/8) lewat Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan, pejabat AS melakukan "diskusi konstruktif" pada Kamis (22/8) malam di Kairo dengan pembicaraan yang berlanjut di sana pada hari berikutnya.

"Proses negosiasi sebenarnya bergerak maju. Pembicaraan berjalan sesuai agenda yang telah kami jelaskan sebelumnya dalam hal putaran pembicaraan berikutnya. Sekarang, yang penting adalah semua pihak terlibat dalam pembicaraan itu, dan bahwa pihak-pihak tersebut terus bekerja agar pelaksanaan gencatan senjata dapat dilaksanakan," kata Kirby kepada wartawan.

Kirby membantah laporan bahwa pembicaraan tersebut hampir menemui jalan buntu, dengan mengatakan bahwa laporan tersebut "tidak akurat."

"Tanda-tanda awal di Kairo, dan ini adalah tanda-tanda awal, adalah bahwa diskusi telah konstruktif, tetapi masih ada pembicaraan lebih lanjut yang akan berlangsung sepanjang akhir pekan," katanya.

"Kita sekarang membutuhkan kedua belah pihak untuk bersatu dan bekerja menuju pelaksanaan gencatan senjata," tambahnya.

Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid pada Selasa (20/8) menyerukan agar diakhirinya langkah dalam apa yang disebutnya sebagai upaya kepala otoritas pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk "menyabotase" pembicaraan, serta mendesak Netanyahu untuk mencapai kesepakatan "saat ini juga".

Ia mendesak Netanyahu untuk hadir secara langsung dalam pembicaraan di Kairo, dengan mengatakan “satu-satunya alasan dia tidak melakukannya adalah karena dia sudah tidak punya nurani lagi”.

Ketika ditanya oleh Anadolu bahwa Netanyahu bernegosiasi dengan niat tidak baik, Kirby mengatakan: "Kami telah mengadakan percakapan konstruktif dengan rekan-rekan Israel kami dalam beberapa hari terakhir," dengan menunjuk pada panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu pada Rabu (21/8).

"Saya akan menganggapnya sebagai percakapan yang konstruktif, tetapi seperti yang saya katakan sebelumnya, saya senang untuk mengulanginya, bahwa kami berada di Kairo. Mereka berada di Kairo," kata Kirby.

"Kami membutuhkan Hamas untuk berpartisipasi, dan kami perlu fokus pada detail penting untuk menyelesaikan ini. Itulah yang kami fokuskan di sini dalam beberapa hari mendatang sepanjang akhir pekan," tambahnya.

Gedung Putih mengatakan pada saat Biden dan Netanyahu berbicara, Biden menekankan kepada Netanyahu "mendesaknya untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera serta membahas pembicaraan yang akan datang di Kairo untuk menghilangkan hambatan yang tersisa."

Putaran terakhir negosiasi yang dimediasi berakhir pada Jumat di Doha, Qatar, dengan AS menyampaikan kepada pihak-pihak terkait apa yang digambarkan Gedung Putih sebagai "proposal jembatan terakhir" yang diajukan kepada Israel dan Hamas.

Hamas mengeklaim bahwa proposal tersebut harus konsisten dengan prinsip-prinsip yang didukung Biden pada 31 Mei.

Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan bahwa pembicaraan pekan ini akan berupaya menyelesaikan negosiasi yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Rincian proposal yang diajukan AS (dari perundingan di Doha) tetap dirahasiakan. Hamas sejak itu menolaknya, dengan mengatakan bahwa proposal itu hanya sejalan dengan persyaratan baru yang ditetapkan oleh Netanyahu.

Hamas mengatakan bahwa "proposal itu cocok dengan persyaratan Netanyahu dan sejalan dengannya, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, (penolakan terhadap) penarikan penuh dari Jalur Gaza, dan ngotot untuk melanjutkan pendudukan di Persimpangan Netzarim, perlintasan Rafah, dan Koridor Philadelphia."

Hamas merujuk pada dua jalur tanah di Gaza, salah satunya baru-baru ini dibangun oleh Israel dan memisahkan wilayah pesisir tersebut menjadi bagian utara dan selatan.

Koridor Philadelphia mengikuti perbatasan Gaza-Mesir. Perlintasan perbatasan Rafah berada di sepanjang Koridor Philadelphia.

Mesir bersikeras bahwa Israel harus mundur dari Koridor Philadelphia dan perlintasan perbatasan Rafah, namun kantor Netanyahu pada Kamis mengatakan bahwa dia "berkomitmen pada prinsip bahwa Israel akan mengontrol koridor tersebut untuk mencegah Hamas mempersenjatai kelompoknya kembali."

Hamas telah lama bersikeras agar pasukan Israel sepenuhnya mundur dari Gaza dan perang dihentikan secara permanen sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Namun, Netanyahu telah menolak kondisi tersebut, dengan menyatakan bahwa pasukannya akan tetap berada di Gaza selama yang dianggap perlu.

Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah mencoba mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan serta gencatan senjata, begitu pula guna memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Namun upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas yakni menghentikan penyerbuan ke Jalur Gaza.

Pembicaraan ini berlangsung di tengah kekhawatiran bahwa Iran mungkin segera melakukan pembalasan atas pembunuhan mantan pemimpin politik Hamas di Teheran akhir bulan lalu.

Kirby menegaskan bahwa AS tetap percaya Iran "masih siap untuk melakukan sesuatu jika, pada kenyataannya, mereka memilih untuk melakukannya."

"Oleh karena itu, kami harus siap, dan kami siap. Kami telah memperkuat kemampuan militer kami di wilayah tersebut, dan kami mengawasinya setiap hari," katanya.

Lebih dari 40.000 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 93.000 terluka di Gaza selama perang Israel yang berlangsung lebih dari 10 bulan, menurut angka resmi. Sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Namun, jumlah korban sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi dari angka resmi, dengan banyak warga Gaza yang hilang dikhawatirkan tewas di bawah jutaan ton puing, atau dikubur di kuburan sementara. (ant)


Penulis : REDAKSI
Editor : Wati Susilawati

Leave a comment

wwwq

Berita Populer

Seputar Kalbar