Mastodon Terbit di Tengah Kontroversial Twitter, Era Cuit Berganti Jadi Era Klakson, Toot!

8 November 2022 21:53 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Kata Mastodon tampaknya cukup akrab terdengar di telinga orang Indonesia.

Namun ini bukan sebutan untuk mengungkap nama seseorang dalam khasanah budaya Jawa, melainkan nama dari sebuah aplikasi media sosial asal Jerman. Ya, namanya Mastodon.

Mastodon mulai berkiprah sejak kontroversi pembelian Twitter oleh Elon Musk.

Sejalan itu justru memberikan kesempatan bagi Mastodon untuk unjuk gigi.

Serangkaian kontroversi memang telah terjadi setelah Twitter dibeli miliuner Elon Musk.

Seperti yang dilansir dari antaranews.com, Selasa (8/11/2022), Reuters, disiarkan Senin (7/11) waktu setempat, melaporkan banyak orang yang mendukung kebebasan berekspresi mencari platform lain karena khawatir kebebasan itu dikontrol oleh seseorang.

Baca Juga: Luncurkan Aplikasi E-Absen, Kepala Diskominfo Singkawang Minta Penerapannya Disertai Dasar Hukum

Mastodon, yang mirip dengan Twitter, menjadi tempat mereka berlabuh. Media sosial itu memiliki latar belakang yang cukup berbeda dibandingkan media sosial lainnya.

Platform media sosial seperti Twitter dan Facebook diatur oleh sebuah otoritas, yaitu perusahaan.

Sementara Mastodon, ia dipasang pada ribuan server komputer, diatur oleh administrator sukarela dalam sebuah sistem yang disebut sebagai federasi.

Pengguna bertukar konten dan tautan menggunakan server mereka sendiri, yang disebut "instance".

Mastodon dibuat oleh programer asal Jerman Eugen Rochko pada 2017. Dia merancang Mastodon sebagai kawasan publik yang tidak diatur oleh sebuah entitas tunggal.

Masa awal pengembangan Mastodon pun masih berkaitan dengan Elon Musk, ketika itu muncul rumor Elon Musk dan kawannya Peter Thiel ingin membeli Twitter.

Baca Juga: Inovasi Baru, BKPSDM dan Diskominfo Singkawang Luncurkan Aplikasi E-Absen

"Miliuner sayap kapan akan membeli utilitas publik de facto, yang tidak publik," kata Rochko awal tahun ini kepada Reuters.

Rochko mengatakan pengguna aktif bulanan mereka mencapai 1.028.362 hari itu.

Mastodon juga memiliki fitur tanda pagar (tagar) di platform itu. Jika Twitter menyebut aktivitas di platform sebagai "tweet" atau cuitan.

Maka berbeda dengan Mastodon, istilah yang digunakan aplikasi media sosial ini adalah "toot" alias membunyikan klakson.

Melansir dari joinmastodon-org, disebutkan setidaknya ada empat poin penting mengapa harus menggunakan aplikasi media sosial Mastodon.

1. Terdesentralisasi

Komunikasi global instans selalu penting untuk dimiliki oleh satu perusahaan. Setiap server Mastodon adalah entitas yang sepenuhnya independen, dapat beroperasi dengan yang lain membentuk jaringan sosial global.

2. Sumber Terbuka

Mastodon adalah perangkat lunak bebas dan sumber terbuka. Mastodon percaya pada hak pengguna untuk menggunakan, menyalin, mempelajari, dan mengubah Mastodon sesuai keinginannya.

3. Tidak untuk Dijual

Mastodon menghormati agensi pengguna. Umpan pengguna dikuratori dan dibuat oleh pengguna sendiri. Mastodon tidak akan pernah menayangkan iklan atau mendorong profil lain untuk dilihat. Itu berarti data dan waktu adalah sepenuhnya milik pengguna.

4. Dapat Dioperasikan

Dibangun di atas protokol web terbuka, Mastodon dapat berbicara dengan platforn lain yang mengimplementasikan ActivityPub. Dengan satu akun, pengguna mendapatkan akses ke seluruh aplikasi sosial.

Itu berarti, dalam praktiknya, setiap klakson yang dibunyikan pengguna di Mastodon, sepenuhnya menjadi pemilik pengguna. Jadi apakah kamu sudah siap membunyikan klakson di Mastodon? toot!

Tags :

Leave a comment