Kilas Balik: Dimanapun Dimasaknya Namanya Akan Tetap Menjadi Soto, Yuk Cari Tahui Sejarah Soto Di Sini!
Insidepontianak.com - Tidak sah rasanya kalau hidup bertahun-tahun tanpa mencicipi soto.
Makanan berkuah ini kini menjadi masakan khas Indonesia, dikarenakan terdapat banyak variasi macam-macam soto.
Hampir di setiap daerah memiliki ke khasan soto, misal di betawi hidangan berkuah ini agak kental karena di masak dengan santan.
Baca Juga: Tinjau Lokasi Penyelenggaraan, Presiden Jokowi Pastikan Indonesia Siap Gelar KTT G20
Soto kalau di masak oleh orang Jawa Timur-an biasanya akan memiliki kuah yang tingkat kebeningannya sangat transparan, tidak lupa pula kalau ada serbuk kelapa goreng ditaburkan di atasnya sebagai topping
Walaupun memiliki bentuk yang berbeda, bukan berarti namanya juga berganti. Masakan berkuah ini akan selamanya di kenang soto, dimanapun, dengan cara apapun dimasaknya.
Hidangan ini juga memiliki cita rasa yang beragam menyesuaikan selera masing-masing, anehnya tidak ada buku pakem yang mengklaim bahwa soto milik si A atau si B paling otentik. Keuntungan ini bisa membuat orang Indonesia mengimprovisasi untuk menyakiannya.
Dari penjelasan yang singkat, kita bisa menyimpulkan bahwa kuliner ini bagaikan bunglon, bertransformasi menyesuaikan tempat dan waktu.
Kalaau dilihat lagi dengan lebih mendalam, kita bisa mengulik informasi yang cukup detail dari mana asal soto.
Dalam 'Diversity of Indonesian Soto', Bara Yudhistira dan Ani Fatmawati menulis bahwa soto berasal dari negeri Cina yang dibawa oleh pedagan atau utusan Kaisar.
Pada abad ke-12 dimana kerajaan Singasari berdiri kokoh, pertukaran diplomasi, surat-menyurat dengan kaisar ataupun perihal lain yang berkaitan dengan kedua kerajaan tersebut, sudah dilakukan baik untuk perjanjian perdagangan atau bertukar informasi.
Terutama ketika Kublai Khan (Raja Mongol) ingin meninvasi kerajaan nusantara pada masa itu. Dengan lamanya waktu yang ditempuh karena mengisi bekal dan bermukim sejenak, proses asimilasi antar kedua budaya terjadi.
Terlebih lagi pada abad ke-15, kerajaan Majapahit sangat mempunyai hubungan erat dengan kekaisaran Cina, kita pasti sudah tahu bahwa Panglima Cheng Ho diutus oleh sang Kaisar dalam misi diplomasi baik ke Majapahit atau ke kerajaan lain.
Dengan adanya bukti sejarah, maka tidak bisa dipungkiri bahwa juga terdapat pengaruh masakan Cina yang terima lapang dada oleh penduduk Nusantata.
Kata 'soto' merupakan kata pinjaman dari 'cau du' atau 'sau du'. Dua kata berasal dari kalimat asing karena pelafalannya sangat berebeda dengan pribumi, dilasie dari 'Diversity of Indonesian Soto', (07/11/2022)
Kalimat pertama berasal dari Cina, 'cau' sendiri bermakna rumput dan 'du' perut. Yang kedua berasal dari bahasa Hokkien dengan rincian 'sau/shao' berarti memasak, 'du' perut sapi.
Pada waktu itu, orang Cina sangat gemar sekali memakan hidangan yang dimasak dengan perut sapi. Sedangkan dalam pandangan pribumi, perut sapi ialah organ yang paling menjijikkan untuk dikonsumsi.
Bukti lain bisa ditelusuri, bahwa harga ternak hewan berkaki empat lebih murah dari pada harga lain. Hal ini menjadi patokan, karena sapi dan sejenis hewan kaki empat dianggap tidak layak untuk dijadikan lauk pauk.
Baca Juga: Kasus Robot Trading NET89, Polri Bekukan Rekening Delapan Tersangka
Bukti kedua, menurut Bara dan Ani, kuliner soto sangat berkembang dan diminati di Semarang, karena pada abab ke-19, sapi merupakan hewan termurah yang dijual di pasar.
Namun seiring waktu berjalan, masakan khas ini mendapatkan nilai akulturasi dari beberapa lidah pribumi.
Bila mereka tidak menginkan daging sapi sebagai lauk inti, mereka biasanya menggantinyabdengan daging jenis lain, seperti kambing dan ayam.
Lagi pula, bagi beberapa orang seperti yang vegan ataupun vegetarian bisa menikmati soto hanya dengan sayur-sayuran. Memang pada mulanya makanan ini dinikmati dengan aneka daging, akan tetapi sekarang inti dari soto itu terdapat pada racikan dan kuahnya. ***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment