Kisah Profesi si Badut: Dari yang Humoris Menjadi Tragis!

5 November 2022 09:35 WIB
Ilustrasi

Insidepontianak.com - Ketika terdengar kata badut, yang timbul dalam memori kita adalah tingkah lucu. Dari penonton anak kecil sampai orang dewasa, yang diharapkan dari pertunjukan badut hanyalah berprilaku konyol.

Dari dulu pekerjaan badut dituntut lucu, humoris dan mampu menyimpan pengalaman pribadinya yang bernuansa tragis. Kita tidak mau kan nonton badut pulangnya malah nangis?

Namun, di dunia nyata ataupun dalam hiburan, dua sifat berlawanan yakni humoris dan tragis bisa dikemas dengan pandai oleh si badut.

Baca Juga: Rekomendasi 4 Film Horor Indonesia Bulan Oktober 2022 Tayang Bioskop XXI, Uji Nyali dari Mistis Budaya

Berikut mimin akan suguhkan dongeng berbasis fakta tentang sifat kontradiksi dari pekerja hiburan si badut.

Sejarah Badut

Dilansir dari Smithsonian Magazine, sejarah badut ternyata sudah ada sejak peradaban kuno. Lebih tepatnya di jaman para Firaun Mesir menguasai benua Afrika utara.

Pada tahun 2500 SM, Sekelompok orang yang dipanggil Pygmy diperkerjakan untuk menghibur para Firaun. Sekelempok penghibur ini menampilkan tingkah kekonyolan di depan firaun.

Sedangkan di zaman kekaisaran Cina kuno, yakni pada masa pemerintahan Qin Shih Huang, YusZe satu-satunya orang yang mampu membuat sang Kaisar terpingkal-pingkal oleh tingkah uniknya.

Begitu pula di benua Amerika terdapat segerombolan badut dari suku Hopi yang suka mengusili pemuka agama saat melangsungkan ritual keagamaan dengan gaya tarian aneh.

Sedangkan sumber utama dari dunia perbadutan modern, berasal dari seorang tokoh hiburan dari inggris yang bernama Joseph Grimaldi. Hal itu diterangkan oleh seorang Profesor dari Universitas Bufallo, Andrew McConnel Stott.

Di dalam bukunya yang berjudul 'The Pantomime Life of Joseph Grimaldi'. Karakter Grimaldi yang diperankan olehnya, berbeda dengan para badut sebelumnya. Hanya dengan menggunakan bedak tanpa blush-on, serta baju berwarna-warni sudah mampu membuat penonton terbahak-bahak.

Sedangkan pendahulunya merias wajah dengan make-up berwarna merah di bagian pipi, hidung serta bibir.

Baca Juga: Penembakan Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Satu Orang Dikabarkan Tewas

Bisa dikatakan, dalam segi penampilan Grimaldi adalah Homo Erectus (pendahulu modern) para badut pada abad 17 M. Namun dari segi konten yang sajikan, dia membawakan topik-topik yang mengandung unsur melankolis.

Ucapan terkenalnya saat beroeran sebagai badut adalah "I am GRIM ALL DAY, but I make you laugh all night,". Bila diterjemahkan menjadi "Sepanjang hari aku selalu murung, namun di malam hari aku membuat kalian tertawa, ".

Hal ini tidak terlepas dari kehidupan pribadinya, ia semenjak kecil selalu mendapatkan perlakuan diskriminasi ataupun bullyan dari lingkungan sosialnya. Sehingga perfoma dipanggung selalu membawakan humor berbau melankolis, namun cukup mampu membuat tertawa bagi yang menyaksikan.

Grimaldi memiliki nasib tragis ketika ajalnya tiba. Dia meninggal dalam keadaan miskin dan overdosis akibat terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol.

Ketika Grimaldi mendapati karirnya meredup. Di Perancis muncullah pemain baru yang bernama Jean-Gaspard Debuerrau, dengan nama panggung Pierrot. Badut satu ini sangat terkenal di Paris.

Memiliki keahlian yang sama dengan Grimaldi, yakni comedy of physic (komedi gestur tubuh) , namun berbeda dengan konten yang dibawakannya. Pierrot mebawakan karakter badut yang sinis.

Nasib pilu menimpanya pada tahun 1836. Dia membunuh seorang bocah dengan tongkat yang ia bawa dijalanan ketika mengejeknya. Dua komedi legendaris pada awal masa modern perbadutan mendapati nasibnya tragis.

Profesi badut tidak terhenti pada Grimaldi dan Pierrot, kini profesi si pembuat tawa dikemas dengan pertunjukan sirkus pada abad 19 akhir.

Sirkus sendiri sudah ada semenjak pertengahan tahun 1760-an. Penggagas pertamanya ialah pria asal Inggris bernama Philip Astley. Dengan munculnya karakter badut pada abad ke -19, dua kombinasi ini tidak bisa dipisahkan di kemudian hari.

"kepribadian Grimaldian hibrida (yang) lebih cocok dengan jenis umum, gaya badut secara keseluruhan kurang bernuansa di tenda-tenda sirkus,” komentar Stott tentang perkembangan sirkus pada abad ke-19.

Walau keduanya menjadi kesatuan dalam pertunjukan, karakter badut yang penuh gembira dan membawa kesenangan, tokoh badut masih menyimpan sisi gelap di dunia sirkus.

Dilansir dari Smithsonian Magazine, kritikus sastra dari perancis, Edmond de Goncourt, menulis artikel pada tahun 1892 tentang sisi gelap yang dipertunjukkan oleh badut.

Dia menjelaskan seni hiburan badut menyimpan suaka bagi iblis didalam karakternya seperti depresi, stress dan kepiluan.

Bisa dikatakan bawah sifat koplak menjadi karakter utama pada awal mula masa modern badut. Koplak di sini sama dengan makna "goofy', atau 'buffoon' alias sifat kompleks gabungan antara lucu, bodoh, pilu, dan menyenangkan dari perspektif penonton.

Beralih ke abad 20 M, badut harus beradaptasi dengan tuntutan sosial yang harus terlihat menggelitik perut baik bagi orang dewasa ataupun anak kecil. Hal ini kemudian bermunculan badut-badut yang membawakan performa periang di atas pentas.

Badut-badut yang disukai oleh anak-anak pada masa itu yakni Clarabell, Howdy Doody, Bozo The Clown, bahkan perusahaan makanan siap saji McDonald memunculkan karakter khas 'Ronald McDonald' si badut dengan rambut merah pada tahun 1963.

Namun persona badut yang koplak, menggelitik perut ataupun humoris berubah menjadi menyeramkan semenjak tahun 1968.

Baca Juga: Shakira Kasih Kode Lirik Perpisahan dengan Gerard Pique di Monotonia: Aku Tahu Ini Menyakitkan!

Tepatnya ketika John Wayne Gacy melakukan perbuatan keji berupa pembunuhan berantai dan pelecehan sexual kepada remaja lelaki di Amerika. Lebih dari 35 remaja di Chicago yang menjadi korbannya, tulis Linda Rodriguez McMcRobbie, dilansir dari SmithSmithsonian Magazine.

Ia diputus bersalah karena dari 35 tuduhan, terbukti dengan jelas 34 remaja menjadi korbannya. Pada tahun 1994, ia pun dieksekusi.

Semenjak itu karakter badut menjadi menyeramkan. Di belakang hari, banyak penulis atau pembuat film menjadikan badut sebagai karakter menakutkan. Seperti film 'Poltergeist' (1982), 'Killer Clowns from Outer Space' (1988), dan 'Clownhouse' (1989).

Itulah kisah perjalanan singkat si badut dari masa ke masa yang mimin, semoga dongeng ini bisa memuaskan sedikit rasa penasaran kalian yang ingin mengetahui secuil sejarah dunia badut, see you again and bye! ***

Tags :

Leave a comment