Hampir Mirip, Kedua Lafadz Niat Ini Rupanya Miliki Perbedaan Makna Secara Gramatika Arab: Cek Selengkapnya!

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
PROBOLINGGO, Insidepontianak.com – Agar puasa Ramadhan seorang Muslim diterima oleh Allah SWT, baiknya membaca niat di dalam hati sebelum fajar subuh terbit. Dalam puasa Ramadhan, niat merupakan keharusan yang tidak boleh dilupakan bagi seorang Muslim agar ibadahnya dihukumi sah. Bahkan, bila seseorang teledor atau lupa membaca niat puasa maka seroang hamba yang ta'at tidak boleh berbuka di siang hari karena mengormati bulan suci Ramadhan. Meski niat puasa Ramadhan disepakati secara serentak oleh empat madzhab Fiqih yang masyhur, terdapat perbedaan bacaan niat bagi masing-masingnya. Perbedaan harokat atau bacaan niat ini kemudian menjerumus terhadap apakah niat puasa Ramadhan hanya dibaca sekali saja, atau wajib dilantunkan setiap malam? Mungkin bagi kalangan yang tidak mendalami gramatika bahasa Arab, lafadz niat puasa Ramadhan terlihat sama saat dibaca. Hal itu akan bertolak belakang dalam pandangan seorang pelajar bahasa Arab, mereka akan mengetahuinya berbeda meski dalam bentuk kata yang sama. Perlu diketahui, bahwa perbedaan cara membaca lafadz Arab akan mengakibatkan fatal yang bisa merubah makna esensinya. Pada kesempatan kali ini, tim Insidepontianak akan membahas perbedaan lafadz niat Ramadhan yang menjerumus ke pada perbedaan makna. Berikut penjabarannya: 1.Lafadz Niat Puasa Satu Bulan Pembahasan pertama akan memfokuskan kepada lafadz niat puasa Ramadhan yang tanpa disadari mencakup satu bulan. Perhatikan baik-baik: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذهِ السَّنَةِ لِلّهِ تَعَالَي Nawaitu shouma ghadin 'an adâi fardhi syahri romadhōni hādzihi as-sanati lillahi ta'ālā. Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari karena menunaikan kewajiban bulan Ramadhan-nya tahun ini karena Allah yang Maha Luhur," Pada suku kata 'ti' dari kata 'sanati' ini merupakan kalimat yang bersandar (mudhof ilaih) ke pada badal 'hadzihi'-nya lafadz Ramadhan. Secara bahasa, susunan bahasa arab pada posisi hubungan mudhof-mudhof ilaih adalah merupakan kata yang menganduk makna 'nya'. Dengan begitu, secara terjemahan lafadz tersebut akan bermakna 'bulan Ramadhan-nya tahun ini' secara penuh, meski di awal niat ada kata esok. Bila diringkas maka niat puasa jenis pertama ini memiliki maksud 'saya niat puasa wajib besok karena bulan Ramadhannya (satu bulan) tahun ini'. 2. Lafadz Niat Puasa Satu Hari Berbeda dengan lafadz yang pertama, niat selanjutnya hanya mengindikasikan berpuasa Ramadhan di satu hari saja. Perhatikan kalimatnya: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّهِ تَعَالَى Nawaitu shouma ghadin 'an adâi fardhi syahri romadhōna hādzihi as-sani lillahi ta'ālā. Artinya: 'Saya niat berpuasa esok hari karena menunaikan kewajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah yang Maha Luhur," Sungguh beda kan, maknanya? Begitupula pada suku kata 'ta' dari lafadz 'sanata' yang menjadi dzorof waktu. Dalam gramatika bahasa Arab, dzorof secara dasar wajib dibaca fathah dan menunjukkan kata waktu atau tempat. Pada lafadz kedua ini, secara maksud akan bermakna demikian 'Saya niat puasa besok hari karena menunaikan kewajiban ramadhan pada tahun ini saja'. Apakah salah satu keduanya ada yang salah? Tidak. Lafadz pertama biasanya diucapkan oleh pengikut Malikiyah, sedangkan terakhir biasa dilakukan oleh madzhab Syafi'iah. Itulah pembahasan niat puasa Ramadhan secara gramatika bahasa Arab yang bisa bermakna beda, meski mempunyai kata yang sama. *** Sumber: Kitab klasik Hāsyiah al-Baijūrī. (Penulis: Dzikrullah)  

Leave a comment