Benarkah Lailatul Qadar Hanya Terjadi di Bulan Ramadhan? Ternyata Terdapat Perbedaan Pendapat Antara Ulama

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
PROBOLINGGO, insidepontianak.com – Memasuki malam-malam terakhir Ramadhan, seorang muslim dianjurkan untuk bersemangat ibadah untuk mendapat berkah Lailatul Qadar. Kebanyakan umat Islam meyakini bahwa Lailatul Qadar sendiri hanya terjadi di bulan Ramadhan. Bahkan, sebagian darinya percaya 10 malam terakhir lah yang menjadi momen tepat. Keyakinan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada bulan Ramadhan berlandaskan sebuah sabda Nabi yang berbunyi: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ Artinya, “Carilah lailatul qadar pada malam ganjil sepuluh terakhir Ramadhan,” (HR Al-Bukhari). Secara simpel Lailatul Qadar mempunyai makna 1.000 malam. Maksudnya, kebaikan seorang yang beribadah dan bertepatan dengan momentumnya akan dibalas seperti pahalanya melakukan hal baik selama 1.000 malam. Akan tetapi, terdapat beberapa ulama yang membedai pendapat jumhur. Mereka berpendapat bahwa Lailatul Qadar tidak hanya terjadi di bulan Ramadhan saja. Alasan yang mereka ungkapkan berlandaskan kepada pengertian Lailatul Qadar dengan arti malam rahmat. Salah satu pendapat yang sangat meyakini bahwa Lailatul Qadar bisa terjadi di sepanjang tahun adalah Imam Abu Hanifah: إن ليلة القدر في شهر رمضان خاصة مع قول أبي حنيفة إنها في جميع السنة، فالأول مشدد والثاني مخفف Artinya, “Lailatul Qadar terjadi bulan Ramadhan saja, namun menurut Abu Hanifah juga bisa terjadi pada setiap bulan. Pendapat yang pertama ketat, sementara pendapat kedua lebih longgar.” jelas Abdul Wahab As-Sya'rani di dalam Mizānu al-Kubrō, dikutip oleh tim Insidepontianak pada Rabu (12/5). Lebih lanjut hal yang sama juga dikatakan oleh As-Sya'rani bahwa pengalaman spritual tentang Lailatul Qadar dirasakan di luar bulan suci Ramadhan. ليلة القدر هي كل ليلة حصل فيها للعبد تقريب من الله تعالى، قال: وهو منزع من قال إنها في كل السنة وأخبرني أخي الشيخ أفضل الدين أنه رآها في شهر ربيع الأول وفي رجب. وقال معنى قوله تعالى "إنا أنزلناه في ليلة القدر" أي ليلة القرب فكل ليلة حصل فيها قرب فهي قدر Artinya, “Lailatul qadar adalah setiap malam di mana manusia mendekatkan diri kepada Allah. Inilah dasar pendapat orang yang mengatakan lailatul qadar ada di setiap bulan. Saudaraku, Syeikh Afdhaluddin menceritakan bahwa ia melihat lailatul qadar pada bulan Rabiul Awwal dan Rajab. Karena itu, maksud ayat 'Inna Anzalnahu fi Lailatul Qadr' adalah malam pendekatan. Setiap malam yang bisa mendekatkan (hamba kepada Tuhan) adalah lailatul qadar.” lanjut Syaikh As-Sya'rani. Sedangkan masalah dalil, mereka yang mendapatkan spiritual secara langsung berlandaskan kepada salah satu sabda Nabi. يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya, “Rahmat Allah turun tiap malam ke dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, akan Kukabulkan; siapa yang meminta kepada-Ku, akan Kuberi; siapa yang mohon ampun kepada-Ku, akan Kuampuni,” (HR Bukhari dan Muslim). Setelah melihat beberapa argumen di atas, bisa disimpulkan bahwa golongan yang menganggap bahwa Lailatul Qadar hanya terjadi di bulan Ramadhan, karena berlandaskan firman yang menceritakan wahyu pertama kali turun. Sedangkan pada kelompok kedua, mereka memaknai bahwa Lailatul Qadar sebagai ampunan dan rahmat Allah yang diberikan pada malam tersebut. Bisa ditarik benang merahnya, bahwa perbedaan Lailatul Qadar hanya terjadi di dalam masalah makna pengertiannya saja. Dalil ataupun pengalaman spiritual keduanya juga sama-sama kokoh. (Dzikrullah)  
Penulis : admin
Editor :

Leave a comment