Enam Mitos Epilepsi yang Hidup di Masyarakat: Ini Faktanya

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Epilepsi bisa dikatakan sebagai penyakit yang aneh. Itulah karena di masyarakat banyak berkembang mitos tentang penyakit yang juga disebut ayan itu. Parahnya, mitos tersebut begitu hidup di masyarakat hingga si penderita aau keluarganya merasa terkucil. Padahal secara medis, epilepsi bisa dijelaskan. Artinya, mitos tentang epilepsi yang berkembang di masyarakat itu belum tentu benar karena memang tidak mendasar dan hanya berdasarkan pada cerita angin saja. Mengutip yankes.kemkes.go.id, Sabtu (29/7/2023), epilepsi dapat disebabkan oleh enam hal. Pertama karena kerusakan struktur otak seperti stroke, cedera kepala, tumor otak, dan sebagainya. Lalu kedua, karena ada kelainan genetik atau akibat mutasi pada gen. Ketiga, infeksi otak. Keempat, gangguan metabolik di tubuh. Kelima, gangguan imunitas. Dan keenam, tidak diketahui apa penyebabnya. Ya, epilepsi merupakan penyakit kronis pada otak yang dapat menyerang orang di seluruh dunia. Sekitar delapan hingga 10 persen populasi akan mengalami serangan epilepsi dalam masa hidupnya. Namun, dari angka itu, hanya sekitar dua sampai tiga persen yang akan berlanjut menjadi penyakit epilepsi. Nah, berikut beberapa mitos tentang epilepsi yang berkembang di masyarakat: 1. Epilepsi penyakit kutukan atau kerasukan Di Indonesia, epilepsi dianggap sebagai gangguan yang bersifat mistis. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki pandangan yang keliru, dimana mereka menganggap bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi terjadi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Faktanya tidak demikian, epilepsi merupakan suatu penyakit pada otak yang terjadi akibat aktivitas listrik di otak penderitanya yang abnormal dan berlebihan, dengan penyebab seperti yang telah dijelaskan di atas. 2. Epilepsi penyakit menular Epilepsi yang berkembang di tengah masyarakat adalah semacam penyakit yang ditandai dengan kejang-kejang tiba-tiba serta mengeluarkan air liur berwarna putih seperti busa. Busa itu disebut bisa menularkan epilepsi. Faktanya sebenarnya penyakit epilepsi tidak menular. Busa di mulut penderita epilepsi disebabkan oleh kelenjar air liur yang ada di mulut setiap orang. Kejang yang dialami penderita akan mendorong isi kelenjar liur ke luar mulut dalam bentuk busa. 3. Epilepsi tidak bisa diobati Penelitian yang dilakukan PERDOSSI pada 18 rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan. Didapatkan 15,3 persen dari 2.288 pasien epilepsi masih berobat ke dukun dan tidak berobat. Hal ini mungkin dikarenakan mitos bahwa epilepsi penyakit mistis dan tidak dapat diobati secara medis. Faktanya epilepsi dapat diobati dan terkontrol dengan "meminum obat secara teratur dan rutin setiap hari". Umumnya penderitanya harus meminum obat epilepsi sampai serangan epilepsi tidak muncul lagi dan obat tersebut tetap diminum tiga hingga lima tahun ke depannya. 4. Harus over-proteksi atau dijauhkan masyarakat Keluarga yang terlalu over-proteksi, penolakan, dimanjakan, dan sebagainya. Atau, ada perlakuan masyarakat terhadap penyandang epilepsi berupa penolakan, direndahkan, diisolasikan/dijauhkan dari masyarakat. Faktanya, penderita epilepsi dapat hidup di masyarakat sebagaimana biasa bila diobati dengan benar dan bebas serangan epilepsinya. 5. Terbatas dalam segala hal Masih ada mitos kalau penderita epilepsi akan ada keterbatasan di dalam segala hal seperti pendidikan, pekerjaan, dan olahraga. Faktanya, jika serangan tidak muncul lagi, maka dapat hidup normal, dapat sekolah, bekerja, dan dapat berolahraga. Hal ini bisa dilakukan kecuali pada saat awal pengobatan, di mana serangan epilepsi masih muncul, maka tidak boleh beraktivitas yang berbahaya. 6. Tidak bisa menikah dan hamil Ini juga mitos yang keliru. Orang dengan epilepsi dapat menikah, hamil, dan mempunyai keturunan. Epilepsi tidak berpengaruh pada kemampuan perempuan untuk memiliki anak dan hamil. Hanya saja perlu diketahui bahwa ketika ibu hamil mengonsumsi obat epilepsi, maka risiko cacat lahir pada bayi meningkat dua sampai tiga kali lipat. Demikian soal mitos dan fakta tentang penyakit epilepsi yang berkembang di masyarakat. Semoga bermanfaat. (Adelina) [10.21, 29/7/2023] Cc Adel: Epilepsi merupakan penyakit kronis pada otak, sekitar

Leave a comment