Limun Sarsi, Minuman Khas Singkawang Melawan Zaman: Tetap Diburu untuk Oleh-oleh

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Ketika gempuran soft drink dari luar negeri begitu masif, ada sebuah minuman yang terus bertahan di Singkawang. Namanya, limun sarsi.

Minuman limun sarsi ini sangat identik dengan Kota Singkawang. Bahkan, hingga sekarang masih terus diburu untuk dijadikan oleh-oleh.

Ya, limun sarsi memang menjadi salah satu oleh-oleh ketika pulang dari Singkawang. Dan, itu bukan tanpa alasan, minuman ini memang legendaris.

Melansir libur.co, Kamis (24/8/2023), minuman yang satu ini termasuk dalam keluarga soft drink dengan rasa yang unik dan berbeda dari minuman sejenis lainnya.

Sebagai informasi, limun adalah nama untuk sejumlah minuman manis yang ditemukan di seluruh dunia, yang kebanyakan mengandung rasa lemon.

Kata "limun" di Indonesia juga digunakan untuk menyebut minuman ringan bersoda tradisional, suatu hal yang diadopsi dari penyebutannya oleh bangsa Belanda.

Pada umumnya limun diproduksi oleh industri rumahan secara tradisional dan dijajakan secara kaki lima atau dijual di toko, warung, dan lain-lain.

Biasanya bahan-bahan utamanya adalah asam sitrat, air, sari buah, gula, air soda, dan karbondioksida. Limun ini dikemas dalam berbagai rasa menggunakan botol kaca.

Nah, limun sarsi terdiri dari beberapa rasa unik seperti rasa jeruk, rasa pisang Ambon, dan sarsaparila. Ketiga rasa tersebut menawarkan kesegaran unik khas Singkawang.

Disebut legendaris karena limun sarsi sudah diproduksi sebelum kemerdekaan Indonesia. Dulu, limun sarsi banyak diperjualbelikan di toko besar saja. Namun sekarang, bisa ditemukan di warung makan Singkawang.

Minuman yang biasa disebut dalam bahasa Melayu Singkawang aek sasi atau aek pipo ini, memang identik. Di daerah lain juga ada yang memproduksinya, namun branding minuman ini sudah terlanjur melekat dengan Kota Singkawang.

Sejarah mencatat, produk limun sebenarnya dibawa oleh bangsa Belanda yang menjajah Indonesia di awal abad ke-20. Dalam perkembangannya industri limun berkembang pesat dan menjamur di berbagai daerah.

Popularitas limun mulai anjlok akibat mulai masifnya pemasaran minuman soda asing seperti Coca-Cola, Sprite, dan Pepsi. Tapi, perusahaan limun di Indonesia terus bertahan hingga sekarang.

Jika di Sumatra Utara, tepatnya di Pematangsiantar, ada minuman yang bernama Cap Badak, maka di Singkawang ada dua merek yang masih bertahan. Keduanya adalah Cap Elang dan Cap Berdikari.

Selain di Pematangsiantar dan Singkawang, perusahaan limun yang masih bertahan hanya ada di Pulau Jawa. Artinya, Cap Elang dan Cap Berdikari adalah dua merek limun yang cukup terpandang karena bisa bertahan.

Ini tak lain karena kedua merek itu menawarkan rasa yang sangat identik dengan Singkawang, limun sarsi. Penggemarnya merasakan kesan nostalgia, pun generasi yang lebih muda kini mulai menyukainya.

Bahkan, melansir hobbymakan.asia, Kamis (24/8/2023) pemuda asal Kota Singkawang Banyu Susanto berhasil memasarkannya hingga ke luar kota. Dan, tidak perlu kerja keras, dia hanya membuat story di Instagram-nya saja.

Pesanan melaluinya pun seakan tak berhenti, terutama dari Pontianak. Menariknya, antusias masyarakat malah datang, terutama, dari kalangan anak muda.

Demikianlah soal limun sarsi yang terus melawan zaman, minuman khas Singkawang yang terus diburu sebagai oleh-oleh. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment