Saatnya Kalimantan Merdeka dari Karhutla dan Kabut Asap

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.com - Musim kemarau datang, ditambah lagi dengan Fenomena El Nino menyapa Bumi yang diperkirakan akan berlangsung lama.

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi menyebabkan sebagian Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat sempat dinyatakan sebagai daerah yang menduduki peringkat pertama dengan indeks polusi udara PM2.5 versi IQAir.

Bahkan, Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, sempat menyetop sekolah tatap muka, beralih ke kelas daring di beberapa pekan lalu.

Tak hanya itu, diperingatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI pun dirayakan ditengah-tengah kepulan asap yang melanda Kalimantan Barat.

Sejak Januari hingga Agustus 2023, luas lahan yang terbakar di Kalbar mencapai 12.537,57 hektar.

"Apakah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) merupakan bagian dari bencana ‘langganan’ di negeri ini? Setidaknya beberapa kali Karhutla terparah antara lain, tahun 2015 dan 2019," kata Pemuda antar lintas sub-budaya, Izhar, Senin (28/08/2023).

Tindakan preventif dan perbaikan jangka panjang, serta kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini.

"Dan evaluasi tata kelola perizinan industri terutama di wilayah gambut. Demi menjaga kesehatan dan lingkungan bagi generasi saat ini dan mendatang," jelasnya.

Tentu masyarakat tidak ingin kejadian seperti tahun 2015 dan 2019 terulang kembali. Dimana pada saat itu, pekatnya kepulan asap akibat Karhutla menyelimuti Kalimantan sehingga menyebabkan tingginya polusi udara.

"Perlu diketahui bersama, bahwa peningkatan polusi udara akibat Karhutla sangat mempengaruhi berbagai aspek," tegasnya lagi.

Mari luangkan waktu sejenak untuk mengakui kekuatan dan potensi luar biasa yang dimiliki masyarakat adat dalam memulihkan hutan dan melawan perubahan iklim.

"Bukankah kita terlahir dan di amanahkan sebagai khalifah penjaga masa depan planet ini, kita memiliki peran penting dalam melindungi dan merevitalisasi ekosistem alami kita," ujarnya.

Izhar menyebut dengan mempromosikan sustainability dan mendorong upaya penghijauan, seperti menanam pohon, mendukung masyarakat lokal yang bergantung pada hutan, dan menyebarkan kesadaran tentang pentingnya konservasi hutan hanyalah beberapa cara di mana kita dapat berkontribusi untuk mengembalikan keseimbangan.

Iapun mengumandangkan mari bergandengan tangan dan menciptakan masa depan di mana hutan hijau subur kembali berkembang.

Peran banyak pihak sangat diharapkan agar bisa membantu mengkampanyekan pentingnya pencegahan Karhutla sejak dini agar terbangunnya kesadaran kolektif. "Sudah saatnya Kalimantan merdeka dari Karhutla dan kabut asap. Jangan ada lagi yang membakar demi kepentingan pembangunan dan perkebunan skala besar. Tindak tegas perusahan yang area konsesinya menjadi sumber titik api," pungkasnya. ***

Leave a comment