Sejarah Parfum dari Pembakaran Dupa, Marak di Inggris karena Ratu Tak suka Bau
MEDAN, Insidepontianak.com - Sejarah mencatat parfum telah ada ribuan tahun lalu, asalnya dari pembakaran dupa. Semakin marak di Inggris karena sang ratu tak suka bau.
Ceritanya, Ratu Elizabeth I tak bisa mencium bau. Sebelum itu, sejarah parfum modern pun sudah berkibar, berkembang dari sekadar wangi dupa.
Menurut sejarah, dupa terus ditinggalkan seiring ditemukan aroma lain yang bisa menghilangkan bau. Ya, keberadaan parfum telah membuat sang ratu tenang.
Melansir cnfstore.com, Sabtu (11/11/2023), kata parfum berasal dari bahasa Latin, “per” yang berarti thorough (menyeluruh atau melalui) dan “fumus” yang berarti smoke (asap).
Orang-orang Prancis kemudian memberi nama “perfume” untuk aroma yang dihasilkan dari pembakaran dupa. Memang bentuk pertama parfum merupakan dupa yang pertama kali dibuat oleh Mesopotamia sekitar 4000 tahun yang lalu.
Sejarah parfum dimulai dari budaya kuno membakar berbagai damar dan kayu pada acara keagamaan Mesopotamia. Kemudian, dupa masuk ke Mesir sekitar 3000 SM.
Namun hingga awal zaman keemasan Mesir, parfum hanya digunakan dalam ritual keagamaan. Mereka biasanya merendam diri dalam minyak wangi untuk kesenangan.
Orang Yunani kuno pertama kali berhasil menciptakan parfum cair pertama, dengan teknologi penyulingan yang dilakukan oleh orang-orang Arab. Selama abad ketujuh belas, parfum meraih kesuksesan besar, terutama di Prancis.
Sejarah parfum kala itu digunakan sebagai wewangian untuk menutupi bau badan yang tidak sedap. Sementara di Inggris, parfum digunakan secara luas selama pemerintahan Henry VIII dan Ratu Elizabeth I.
Ya, seluruh tempat umum diberi wewangian selama pemerintahan sang ratu karena ia tidak bisa mentoleransi bau yang tidak sedap.
Pada awal abad ke-18, seorang tukang cukur Italia di Kota Koln, Jerman, menemukan Eau de cologne. Nama asli racikan wewangian ini adalah “Aqua Admirabilis” yang berati Air yang Mengagumkan.
Cologne sangat dipuji oleh Napoleon dan pertama kali dijual sebagai wewangian dengan nama 4711. Hingga kini masih menjadi wewangian tertua di dunia yang terus diproduksi.
Pada pergantian abad, komposisi parfum biasanya hanya berasal dari aroma bunga tunggal. Saat ini, komposisi parfum sangat kompleks, terdiri dari banyak bahan kimia alami dan sintetis.
Chanel No5 adalah parfum pertama yang diracik dengan menerapkan prinsip kimia modern dan pertama mengandung sintetis.
Yang jelas, sejarah parfum tak lepas dari proses pembuatannya. Aroma kimia pada tahap pertama adalah ekstraksi minyak esensial dari wangi tanaman.
Meskipun banyak metode yang bisa diterapkan, distilasi atau penyulingan adalah metode paling umum. Didasarkan pada prinsip bahwa bahan tanaman yang dimasukkan dalam air mendidih akan melepaskan minyak atsirinya yang kemudian menguap bersama uap.
Setelah uap dan minyak telah mengembun, minyak akan terpisah dari air dan dapat dikumpulkan. Ribuan kilo bunga diperlukan untuk mendapat satu kilo cairan minyak esensial. Inilah mengapa parfum harganya sangat mahal.
Minyak selanjutkan diencerkan dengan alkohol. Berfungsi sebagai fiksatif, alkohol memberikan efek wewangian tahan lama dengan menunda penguapan.
Cairan kemudian dibiarkan terendam dalam pot tembaga sebelum didinginkan supaya partikel lilin mengendap. Setelah penyaringan, terakhir adalah pengemasan.
Demikian soal sejarah parfum, dari yang tradisonal hingga modern. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment