Sejarah Teh di Indonesia, Berasal dari China, Berawal dari Tanaman Hias
MEDAN, Insidepontianak.com - Berbicara sejarah teh di Indonesia tentu tak bisa lepas dari China. Ya, budaya meminum minuman dari tanaman hias itu memang berasal dari sana.
Jadi, sebelum dijadikan minuman, di Indonesia teh sejatinya adalah tanaman hias. Namun, di China sudah mnejadi minuman sejak 2732 sebelum masehi.
Artinya, budaya minum teh telah berusia ribuan tahun di China. Sedangkan di Indonesia, teh semakin familiar dan marak sejak kedatangan warga Eropa.
Melansir kopipetani.com, Kamis (23/11/2023), teh berasal dari China, tepatnya di masa Dinasti Shang. Teh ditemukan oleh Kaisar Shen Nung, pemimpin pemerintahan Dinasti Shang di sekitar 2732 sebelum masehi.
Ceritanya, kaisar yang juga seorang ahli kesehatan ini menemukan teh secara tidak sengaja. Dia tidak menyadari jika saat dirinya merebus air di bawah pohon yang rindang, ada beberapa helai daun yang jatuh ke dalam kuali.
Setelah meminum kaisar merasakan sensasi rasa yang lebih nikmat daripada air putih biasa. Dia merasa badannya menjadi lebih segar. Semenjak saat itulah banyak orang mengikuti kaisar mengkonsumsi minuman tersebut.
Nama ramuan yang ditemukan kaisar tersebut belum disebut sebagai teh. Nama untuk ramuan tersebut baru ditemukan beberapa abad setelahnya, tepatnya di masa Dinasti Han (206-220 SM).
Awalnya ramuan tersebut dinamakan “Jia” yang memiliki arti “minuman dengan rasa yang pahit”. Nama “Jia” kemudian berubah menjadi "Cha" di masa Dinasti Tang (618-907 M).
Nama ini menjadi nama yang cukup populer dan masih digunakan hingga saat ini, terbukti jika orang Jepang masih menggunakan kata "Cha" untuk menyebut teh.
Seperti diketahui, China adalah negeri yang luas, ada berbagai macam dialek di negeri tersebut, salah satu dialek adalah dialek Fujian. Nah, dalam dialek Fujian kata ”Cha” dilafalkan menjadi “Tey”.
Pengucapan “Tey” kemudian berubah menjadi “Tee” saat diucapkan oleh oleh orang Portugis. “Tee” kemudian berubah lagi menjadi “Tea” saat diucapkan oleh orang Inggris dan menjadi “Teh” saat diucapkan orang Indonesia.
Yang jelas, tanaman teh pertama kali masuk ke Nusantara pada 1684 M, dibawa oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Andreas Cleyer. Saat itu teh belum dikonsumsi, melainkan hanya dijadikan sebagai tanaman hias di Batavia.
Konsumsi teh secara besar baru dilakukan awal abad ke-18, namun upaya penanaman teh secara besar belum dilakukan. Di masa tersebut sudah mulai banyak berdiri pabrik pengemasan meskipun belum banyak tanaman teh.
Baru pada 1826, budidaya teh mulai berkembang. Tanaman teh mulai ditanam di Kebun Raya Bogor, kemudian di tahun berikutnya penanaman teh juga dilakukan di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Penanaman teh kemudian dikembangkan lagi dalam skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan lereng Gunung Raung (Banyuwangi). Lalu menyusul di banyak tempat di Pulau Jawa, dari Banten hingga Jawa Timur.
Pada 1835, tanaman teh dari Nusantara terbukti telah diekspor ke Eropa, tercatat jika di tahun tersebut teh kering olahan dari Jawa telah diterima di Amsterdam.
Pengembangan teh terus dilakukan pemerintah Belanda, jenis teh yang awalnya teh sinensis kemudian diganti dengan dengan jenis teh assamica. Pengembangan tersebut dilakukan Kebun Gambung, Jawa Barat.
Teh jenis assamica ternyata memiliki tingkat produksi lebih tinggi dan lebih cocok dengan kondisi tanah Indonesia, karena itu teh jenis sinensis diganti dengan tea jenis assamica.
Dan, sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Demikian sejarahnya, semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment