Melihat Geliat Kampung Wisata Temajuk Sambas di Ekor Kalimantan
SAMBAS, insidepontianak.com - Desa Temajuk merupakan wilayah di ujung barat dan utara, Kalimantan Barat. Temajuk masuk wilayah Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.
Jarak tempuh dari Kota Pontianak menuju Kota Sambas, sekitar 225 kilometer. Berkendara sekitar 4 hingga 4,5 jam. Jalan cukup bagus. Dari Kota Sambas menuju Temajuk, berjarak sekitar 171 kilometer, bisa ditempuh sekitar 3,5 hingga 4 jam.
Selama liburan Lebaran, ribuan orang berjubel di Desa Wisata Temajuk. Menempati losmen, rumah wisata, atau hotel di sana. Wilayah itu dinamis dan hidup. Sedinamis cengkok lagu atau dialek Bahasa Sambas. Yang mengalun dan mendayu, tapi bertenaga dan cepat.
Ada dua jalur darat menuju Temajuk. Jalur pertama, dari Kota Sambas menuju Kartiasa, hingga penyeberangan Paloh. Naik kapal feri ASDP menyeberangi Sungai Sambas. Feri biasanya berangkat setiap 30 menit sekali. Di sini, sepeda motor harus membayar Rp 10 ribu, mobil Rp 35 ribu. Feri beroperasi hingga jam 5 sore. Anda terlambat datang, siap-siap saja menginap di jalan.
Dari sini, jalan desa mulus sedikit hingga seterusnya jalan beraspal terkelupas, menyisakan batu, kerikil dan jalan tanah. Tiba di penyeberangan Desa Liku, naik feri menyeberangi Sungai Sumpit menuju Dusun Ciremai. Mobil mesti membayar Rp 45 ribu, motor Rp 10 ribu.
Dari sini, perjalanan dilanjutkan terus hingga ke Desa Temajuk. Jalan dibuat sejak sekitar tahun 2011, hingga sekarang masih dalam proses pengerjaan. Jalan kerikil dan tanah merah hingga Desa Temajuk. Beberapa ruas jalan sudah dibangun mulus hingga belasan kilometer.
Jalur kedua, selurus jalan menuju Aruk, perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Pemandangan bagus dengan bukit dan jalan berkelok-kelok. Bukit membentang di kanan dan kiri jalan. Sebagian besar mulai ditanami sawit.
Jalur ini lumayan mulus jalannya. Hingga sampai di Sungai Bening, belok ke kiri dan belok kanan menuju Aruk. Mulai dari Sungai Bening, jalan mulai bergelombang. Aspal terkelupas dan jalan tanah baru dibuka. Berbagai peralatan pembuat jalan terparkir di sepanjang jalan.
Bukit-bukit dipotong menghasilkan jalan curam dan berkelok. Jalur lainnya, urukan tanah menggunung setinggi 2 hingga 3 meter, menutup daerah bekas genangan air. Pada ujung jalan sebelum Desa Temajuk, sepanjang jalur ini merupakan jalur latihan Kodam Tanjung Pura XIII. Pos
Dulu, sebelum jalur pertama dan kedua dibangun, warga harus melewati pinggir laut. Hamparan pasir sepanjang sekitar 60 kilometer, menjadi satu-satunya jalan untuk menuju Desa Temajuk. Warga harus paham, kapan air pasang naik dan surut. Bila tak paham, kita bisa menginap di pinggir jalan karena air pasang menutup jalur satu-satunya tersebut. Pilihan lain, naik perahu.
Wilayah Desa Temajuk, pernah mencuat ke tingkat nasional, ketika isu pergeseran patok batas ramai diberitakan. Bahkan, Pangdam Tanjungpura XIII, saat itu, Mayjen Geerhan Lantara, mesti datang ke Dusun Camar Bulan di Desa Temajuk.
Di perkampungan Temajuk, berbagai bangunan baru mulai muncul. Ada berbagai bangunan wisata. Restoran, rumah terbalik, hingga Desa Wisata Temajuk, berisi rumah warga dan bangunan baru yang dijadikan losmen dan penginapan.
Pantai dengan pasir putih agak kemerahan, menghampar di sepanjang sisi laut. Di beberapa bagian, batu besar di pinggir laut. Menambah cantik suasana. Apalagi saat matahari terbenam. Batu selaksa orang sedang duduk. Seperti sosok perempuan, sedang menunggu kekasih yang bakal datang dari laut.
Desa Wisata Temajuk berjarak sekitar 3,5 kilometer dari pintu masuk desa. Di Desa Wisata Temajuk, terhampar rumah warga yang dijadikan tempat penginapan. Bangunan baru mulai tumbuh. Laksana ubur-ubur berenang ke tepian pantai, saat musim ubur-ubur tiba.
Ada banyak pilihan bagi tamu yang ingin menginap. Harga mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 600 ribu. Bahkan, ada yang lebih. Tergantung pengunjng pilih yang mana.
Desa Wisata Temajuk mulai dibangun tahun 2009. Perintisnya bernama Atong. Ia mulai membuat penginapan, dari dapat bantuan bangunan dua rumah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sambas.
Awalnya, mantan logger kayu tersebut, tidak menarik uang untuk tamu dan pejabat yang datang. Syaratnya, mereka harus isi buku tamu, dan mempromosikan potensi wilayah Desa Wisata Temajuk. Promosi dari mulut ke mulut.
Tahun berganti. Musim berlanjut. Desa Wisata Temajuk mulai menggeliat. Tamu mulai datang. Sebagian besar wisatawan domestik. Namun, masih ada beberapa kendala dialami. Masalah klasik, infrastruktur. Karenanya, bila ingin menjadikan sebagai destinasi wisata, semua harus dibangun.
“Desa Wisata Temajuk harus dijadikan batas wilayah di perbatasan. Listrik harus 24 jam, sinyal merata supaya tamu nyaman,” kata Atong.
Saat ini, Atong menempati satu wilayah khusus wisata yang diberi nama sesuai namanya: Teluk Atong Bahari.
Ketika usaha Atong mulai berjalan, warga lainnya ikut mulai membangun wisma dan penginapan. Mereka kerja sama dengan pengusaha dari luar Temajuk. Sistem bagi hasil. Warga sediakan lahan, pengusaha bangun wisma.
Tak kalah penting, masyarakat harus siap menjadikan Temajuk sebagai desa wisata. Warga harus siap menerima tamu. Paham dan tahu, apa yang diinginkan tamu. Selain itu, tentu saja menjaga layanan tetap prima dan menjaga kebersihan.
Selain itu, “Perlu berikan pendampingan dan studi banding ke daerah lain, untuk belajar mengenai desa wisata,” kata Atong.
Gayung bersambut, mahasiswa dari UI, UGM, IPB dan lainnya, datang untuk kuliah kerja lapangan. Mereka dari berbagai jurusan dan disiplin ilmu. Ada jurusan wisata, ekonomi, sosial dan lainnya.
Mahasiswa berdiskusi dengan warga. Memberikan pemahaman dan teori lapangan tentang, bagaimana membangun desa wisata. Tapi, diskusi saja tak cukup. Harus ada realisasi pembangunan dan dampingan kepada warga. Tujuannya, supaya tamu yang datang merasa nyaman.
“Warga harus siap menyambut wisatawan,” kata Atong.
Atong menjelaskan, di Desa Wisata Temajuk, ada wisata batas. Wisata pantai. Wisata mancing di laut. Juga wisata gunung. Bahkan, pantai pasir dengan garis terpanjang sekitar 60 kilometer. Hasil laut ada lobster, ubur-ubur, berbagai jenis ikan,
“Kalau kedepan border dibuka, bisa ada wisata orang Malaysia ke Temajuk. Alam di Temajuk jauh lebih bagus dan beraneka ragam modelnya,” kata Atong dengan semangat.
Sayangnya, perbatasan di Desa Temajuk, tidak pernah dibuka. Wilayah ini menyisakan sebuah cerita tragis. Di pos lintas batas, Jalan dari Telok Melano, Malaysia, hingga gerbang perbatasan, jalan teraspal mulus. Masuk wilayah Indonesia di Dusun Takam Patah, jalan masih berupa tanah merah.
Desa Temajuk merupakan daerah strategis di Kalimantan Barat dan Indonesia. Sebab, wilayah itu berbatasan langsung dengan Malaysia. Karena itu, wilayah ini harus dibangun dan disejahterakan.
Pendekatan keamanan di sepanjang perbatasan penting. Namun, menyejahterakan ekonomi warga, sangat penting dilakukan. Sehingga warga bisa menjadi garda depan dalam menjaga wilayah NKRI.
“Kalau keamanan terjamin. Ekonomi berkembang, maka NKRI dan Desa Wisata Temajuk, harga mati,” kata Atong penuh semangat.
Atong adalah sebuah karakter khas masyarakat Sambas. Dia dinamis dan terus bergerak. Ada atau tidak ada pendukung, dia tetap berjalan. Apalagi ada dampingan dan penyuluhan. Makin cepat bergerak dan melaju. Begitulah karakter khas warga di pantai utara, paling barat dari Kalimantan Barat.
Karakter masyarakat yang selalu siap berhadapan dengan zaman dan perubahan.***
Gerbang perbatasan di Dusun Takam Patah, Indonesia dan Telok Melano, Malaysia.
Insidepontianak.com
Penulis : admin
Editor :
Penulis : admin
Editor :
Tags :
Berita Populer
Seputar Kalbar
2
Leave a comment