Delapan Fakta Grand Inna Medan, Hotel Peninggalan Belanda yang Tetap Eksis

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Medan sebagai kota tua tentu memiliki fasilitas peninggalan zaman kolonial, khususnya Belanda. Salah satunya adalah Hotel Grand Inna Medan. Saat ini, Grand Inna Medan dikuasai Pemerintah Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bukan perorangan. Sementara dulu, hotel ini adalah milik pengusaha Belanda. Pengusaha Belanda tersebut membangun Hotel Grand Inna Medan ini sebagai tempat menginap warga asing yang terlibat pada perkebunan tembakau di Tanah Deli. Ini tak lain karena saat itu Medan tidak memiliki hotel. Mengutip laman pariwisata.pemkomedan.go.id, Kamis (8/6/2023), hotel ini berlokasi di Jalan Balaikota, Kecamatan Medan Baru. Tepatnya, terletak di sebelah Bank Indonesia dan di seberang Tugu Titik Nol Kota Medan. Artinya, benar-benar di pusat kota. Bangunan hotel yang merupakan warisan Belanda sama sekali tidak ada perubahan dalam bentuk arsitektur bangunan, namun hanya pengecatan dan penggantian keramik lantai yang mulai rusak. Kesan bangunan tempo dulu masih di pertahankan dengan baik. Hotel ini mememiliki nilai lebih dan bukan hanya sekedar tempat menginap, tetapi pengunjung juga dapat melihat bangunan bersejarah yang masih terjaga dengan baik dan mendapatkan informasi tentang sejarah tentang bangunan hotel. Kini hotel bintang 4 ini memiliki 132 kamar. Yakni terdiri dari 24 standard room, 23 superior room, 72 deluxe room, 7 deluxe corner, 2 junior suite room, dan 2 deboer suite room. Fasilitas uniknya adalah Grand Inna Medan memiliki kolam renang air asin. Yang jelas, hotel bersejarah ini sudah berusia 125 tahun. Berikut fakta yang dari hotel milik BUMN ini: 1. Dibangun Pengusaha Belanda Hotel ini dibangun pada 1898 oleh pengusaha Belanda yang bernama Aeint Herman de Boer. Dulunya bangunan ini bernama NV Hotel Mijn de Boer namun lebih dikenal dengan nama Hotel De Boer. 2. Berawal dari Tujuh Kamar Pembangunan Hotel De Boer awalnya hanya terdiri dari restoran, bar, dan tujuh kamar. Lalu pada 1909 penambahan kamar menjadi 40 kamar. 3. Dikelilingi Kawat Nyamuk Iklim Medan yang tropis selain menghasilkan cuaca yang panas juga menyebabkan serangga seperti nyamuk. Hal ini menjadi perhatian Aeint Herman de Boer sehingga sekeliling hotelnya dilengkapi kawat agar nyamuk tidak bisa masuk. 4. Tambahan Lampu dan Aula Pada 1930-an, Hotel de Boer kembali menambah kamar dan 400 lampu yang menerangi seluruh ruangan. Hingga pada akhirnya jumlah kamar menjadi 120 dan dilengkapi aula besar. 5. Tempat Menginap Raja dan Mata-mata Hotel De Boer pada zaman kolonial pernah dihuni oleh tamu-tamu kehormatan pemerintah Belanda dan artis mapun tokoh Barat yang terkenal. Sebut saja Raja Léopold II dari Belgia dan mata-mata yang terkenal yaitu Mata Hari. 6. Diambil Alih oleh Pemerintah Indonesia Pada 14 Desember 1957, dalam rangka nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, Hotel NV Mijn De Boer diambil alih pemerintah Indonesia. Namanya kemudian menjadi Hotel Inna Dharma Deli dan kemudian menjadi Grand Inna Medan. 7. Gabungan Wisma dan Hotel Hotel ini merupakan penggabungan dua unit hotel yaitu Hotel Wisma Deli dan Hotel Dharma Bakti. Bangunan eks Hotel De Boer masih dipertahankan sampai saat ini. Posisinya berada di bagian tengah yang berlantai dua dan memiliki 51 kamar. 8. Bangunan yang Dipertahankan Beberapa bagian yang masih bertahan dari zaman dahulu bisa dilihat pada Lobby De Boer yang merupakan smoking area. Lobby ini dilengkapi tangga beserta balkon yang menghubungkan lantai dasar dan lantai atas. Selain itu, restorannya juga masih menggunakan perabotan zaman dahulu seperti meja dan kursi kayu. Itulah fakta tentang Grand Inna Medan, hotel tertua di Medan. Hotel yang didirkan penusaha Belanda dan kini jadi milik BUMN. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment