Nasi Kuning Banjar, Kuliner Khas Berbalut Bumbu Habang: Ini Bedanya

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

MEDAN, insidepontianak.com - Selalu ada cerita tentang hadirnya sebuah kuliner khas, persis dengan nasi kuning Banjar. Nasi berlauk yang berbalut bumbu habang ini juga punya sejarah yang panjang.

Bahkan, nasi kuning Banjar tercipta jauh sebelum Indonesia merdeka. Mungkin itulah sebab, di daerahnya, belum sarapan kalau belum makan kuliner khas dengan bumbu habang ini.

Yang jelas, kehadiran bumbu habang adalah pembeda nyata nasi kuning Banjar dibanding nasi kuning lainnya di Indonesia. Soal rasa, tentu kuliner khas ini bisa diadu.

Melansir pariwisataindonesia.id, Minggu (1/10/2023), nasi kuning Banjar memang kerap menjadi menu andalan untuk sarapan bagi warga Kalimantan Selatan. Terutama di Banjarmasin, kuliner khas ini memang banyak dijajakan saat pagi hari.

Berbeda dengan yang dijual di berbagai daerah, nasi kuning Banjar menyajikan lauk pauknya seperti ikan haruan (gabus), ayam, dan telur yang dibaluri dengan bumbu habang (merah).

Nah, merunut sejarah, nasi kuning sejatinya ada di Nusantara sejak zaman kerajaan Hindu. Literatur menyebutkan Pulau Jawa, karena pulau itu banyak terdapat gunung.

Itulah sebab, nasi kuning biasanya berbentuk kerucut. Pasalnya, Agama Hindu mempercayai bahwa dewa-dewi banyak yang tinggal di gunung. Jadi, nasi ini adalah ungkapan rasa terima.

Walaupun nasi kuning berasal dari masyarakat Hindu, saat kerajaan Islam mulai muncul, masyarakat tetap membuat tumpeng untuk mengungkapkan rasa syukur. Begitu juga dengan nasi kuning Banjar.

Artinya, awalnya nasi kuning Banjar juga disajikan saat acara-acara syukuran. Namun, untuk cita rasanya disesuaikan dengan lidah warga Banjar. Nah, di sinilah bedanya.

Salah satu hal paling membedakan adalah jenis beras yang digunakan. Nasi kuning Banjar tidak menggunakan beras pulen seperti pada umumnya, namun dari beras pera.

Beras pera adalah beras dari varietas berpati tinggi lebih dari 25 % atau orang menyebutnya beramilosa tinggi. Sehingga nasinya lebih keras ketika sudah dimasak.

Dalam penyajiannya beras pera lebih banyak membutuhkan air, sehingga lebih pas untuk dimasak menjadi nasi kuning. Menurut kesehatan beras pera lebih baik bagi.

Lauk pendamping nasi kuning Banjar juga berbeda dengan nasi kuning Jawa timur, khususnya. Yaitu serundeng dan habang dengan cita rasa yang gurih. Kadang-kadang, ditambah dengan mie.

Bumbu yang digunakan antara lain kunyit untuk mewarnai nasi dengan warna alami dan daun pandan sebagai penambah aroma, santan kelapa, bawang merah, bawang putih geprek, sereh geprek, dan sebagainya.

Dan yang terpenting, bumbu habang. Habang merupakan bumbu yang sangat umum ditemukan dalam berbagai macam masakan khas suku Banjar. Habang dalam bahasa Banjar memiliki arti merah.

Bumbu habang sesuai dengan namanya memiliki tampilan berwarna merah. Warna merah bumbu habang ini dihasilkan dari bahan utamanya yaitu cabai merah yang dikeringkan.

Namun, meski memiliki tampilan warna merah yang pekat, bumbu habang cenderung tidak terasa pedas melainkan memiliki cita rasa yang agak manis karena proses pembuatannya yang menggunakan gula merah.

Nah, berbagai macam masakan dapat dipadukan dengan bumbu habang, antara lain yang paling umum adalah hintalu (telur), ikan haruan (gabus), dan ayam masak habang. Ketiga menu inilah pelengkap yang nikmat untuk nasi kuning Banjar.

Demikian soal nasi kuning Banjar, sajian khas yang cenderng berbeda dari nasi kuning lain karena keberadaan bumbu habang. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment