Pembinaan Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

Pertanian merupakan pondasi ekonomi warga di Kabupaten Melawi khususnya, Kalbar dan Indonesia pada umumnya. Pertanian menyediakan banyak tenaga kerja dalam prosesnya, sehingga menjadi pendapatan sebagian besar warga.

Selain menyediakan lapangan kerja, pertanian juga menghasilkan bahan pangan bagi warga. Ketika warga sudah bisa menyediakan pangan bagi komunitasnya, tentu hal itu menjadi daya tahan bagi komunitas lokal.

Keberadaan komunitas lokal sangat penting. Karena itu, hasil pertanian yang baik dan dapat mendukung perekonomian, menjadi satu syarat bagi ketahanan komunitas lokal.  

Taraf selanjutnya, setelah pemenuhan pangan lokal terpenuhi, hasil pertanian atau pangan lokal, bisa dijual untuk menghasilkan pendapatan atau devisa.

Pertanian bisa memperkuat solidaritas, daya tahan dan komunitas lokal secara sosial serta budaya. Sebab, ketika semakin banyak orang terlibat dalam proses dan pemenuhan hasil pertanian, warga semakin dekat dan terikat satu dengan lainnya. Hal itu tentu saja mempererat ikatan sosial di masyarakat.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Melawi tahun 2022, luas panen padi di Kabupaten Melawi mencapai 3,16 ribu hektar. Dari luasan tersebut, total produksi padi mencapai 8,91 ribu ton GKG. Sektor pertanian menyumbang 19,96 persen dari total perekonomian di Kabupaten Melawi.

Di samping itu, peran strategis sektor pertanian berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja terbesar, dibandingkan dengan sektor lainnya di Kabupaten Melawi, yaitu 47,48 persen (Sakernas BPS, 2022).

Masalah pertanian hampir serupa dengan masalah perkebunan. Ketersediaan bibit, pupuk, racun rumput, optimalisasi lahan dan peralatan pertanian dan perkebunan, harus menjadi perhatian bersama, supaya warga bisa meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan.

Selain itu, ada cara yang mesti dilakukan untuk meningkatkan pertanian dan perkebunan. Salah satunya dilakukan dengan penggunaan bibit unggul. Bibit yang baik, harus memperhatikan lingkungan sekitar, sehingga memiliki daya tahan terhadap hama penyakit.

Pemenuhan bibit unggul harus berkelanjutan. Karena itu, kebutuhan dan ketersediaan bibit unggul, harus ada kerja sama dengan lembaga penelitian, sehingga kebutuhan bibit unggul bisa selalu terpenuhi.

Yang tak bisa ditinggalkan, tentu saja ketika semua bibit sudah tersedia, harus ada pelatihan yang diberikan kepada petani, supaya mereka paham dan karakter bibit-bibit pertanian yang sudah ada. Termasuk juga, mereka bisa memahami dan mengembangkannya. Harus ada praktik-praktik pertanian dan perkebunan berkelanjutan, yang bisa menghasilkan pemuliaan bibit.

Lalu, bagaimana dengan pemenuhan pupuk bagi pertanian dan perkebunan? Kebutuhan pupuk tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik tanah pertanian dan perkebunan. Harus ada analisis terhadap kebutuhan pupuk. Penggunaan pupuk melalui keberagaman pupuk juga penting bagi keberlanjutan hasil pertanian dan perkebunan.

Apalagi dengan adanya pupuk organik, seperti pupuk kandang dan kompos yang dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah, dan membuat tanah menjadi lebih subur.

Tentu saja yang tak bisa dihilangkan adalah adanya perhatian pemerintah dalam bidang subsidi pupuk. Adanya subsidi bisa membuat harga pupuk lebih terjangkau. Tak kalah penting tentu saja, adanya distribusi pupuk yang adil dan efisien, sehingga harga pupuk murah dan bisa diperoleh dengan harga terjangkau.  

Tak kalah penting tentu saja pembinaan petani. Peningkatan hasil pertanian dan perkebunan juga mesti dilakukan dengan adanya kelompok tani. Melalui kelompok tani itulah, cara bertani yang baik, dan perkembangan teknologi pertanian dan perkebunan bisa dilakukan. Pembagian kuota atau distribusi pupuk yang lebih efisen dan adil bisa dilakukan.

Pengembangan Peternakan

Sapi, sapi perah dan kerbau, merupakan komoditas yang sudah biasa diternakkan di wilayah Kalimantan Barat. Namun, sapi perah dan kerbau, tak banyak dikembangkan sebagai komoditas peternakan. Bahkan, tidak semua wilayah memiliki sapi perah untuk diternakkan.

Berdasarkan Data BPS Pemprov Kalbar, tahun 2019 terdapat 143.307 sapi. Tahun 2020, terdapat 158.190 sapi. Tahun 2021, terdapat sebanyak 158.910 sapi. Sapi perah di seluruh Kalbar, tahun 2019, hanya 110 ekor. Tahun 2020, terdapat 167 sapi. Tahun 2021, terdapat 168 ekor sapi. Sementara, kerbau tahun 2019, hanya berjumlah 2.416 ekor. Tahun 2020, ada 2.082 ekor. Tahun 2021, ada 1.839 ekor.

Angka dan jumlah ternak di Kalbar, tentu saja masih kecil dengan kebutuhan dan jumlah penduduk di Kalbar, berdasarkan data BPS, tahun 2020 sebesar 5.414.390 jiwa. Tahun 2021, sebesar 5.470.797 jiwa. Tahun 2022, sebesar 5.541.376 jiwa.

Saat ini, konsumsi daging masyarakat Indonesia, masih di bawah rata-rata dunia. Yaitu, 2,66 kilogram per kapita per tahun. Sementara konsumsi daging dunia sudah mencapai 6,4 kilogram per kapita per tahun.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, rata-rata konsumsi daging sapi/kerbau di Indonesia hanya sebesar 0,009 kilogram (kg) per kapita per minggu selama periode 2017 – 2021. Angka itu hanya berkisar 9 gram saja.

Pengembangan peternakan di Melawi bisa dilakukan dengan cara yang sinergis. Misalnya, memberikan bibit sapi kepada petani atau pekebun sawit. Melalui cara itu, petani bisa memanfaatkan sawit dan hasil perkebunan untuk pakan sapi. Begitu pun petani, bisa memanfaatkan sapi untuk mendukung kehidupan petani. Seperti, kotoran untuk biogas, pupuk alami yang dapat menambah subur hasil pertanian dan perkebunan.

Pendampingan terhadap petani, pekebun dan peternak mesti dilakukan dengan cara sungguh-sungguh. Wilayah Kabupaten Melawi yang masih cukup luas, juga bisa digunakan untuk lahan pengembangan pertanian, perkebunan dan peternakan.

Menjadi tugas bersama untuk mengembangkan kesejahteraan warga melalui pendampingan, agar kehidupan warga semakin meningkat.

Penulis: Muhammad Mochlis (Ketua DPD PKS Melawi)

Leave a comment