Kemenko Marves Akui Manfaat Teknologi Konverter Kit Amin Ben Gas

10 Maret 2024 13:44 WIB
Ilustrasi

PONTIANAK, insidepontianak.comPeralihan penggunaan BBM ke Gas LPG sebagai bahan bakar kapal nelayan berangkat dari Teknologi Konverter Kit Amin Ben-Gas (ABG), milik Amin Suwarno.

Bahkan pengalihan penggunaan bahan bakar dari bensin ke gas LPG tidak hanya dilakukan nelayan yang menggunakan perahu sampan saja, tetapi juga speedboat bahkan mesin pertanian.

Untuk menjadi bahan bakar moda transportasi lain bagi guru-guru dan peserta didik di kawasan pesisir Kabupaten Kubu Raya.

Pemanfaatan Gas LPG sebagai bahan bakar moda transportasi udara dilihat Tim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI yang berkunjung ke Kubu Raya, belum lama ini.

Tim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI juga melakukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

Koordinator Bidang Sarana dan Prasarana Perikanan Tangkap, Asdep Pengelolaan Perikanan Tangkap, Deputi Sumber Daya Maritim Endang Puji Astuti menyatakan pihaknya mendapat berbagai masukan terkait dengan kunjungan untuk melihat langsung Teknologi Konverter Kit Amin Ben-Gas (ABG) milik Amin Suwarno.

Teknologi ini tidak hanya membantu nelayan dalam hal kebutuhan bahar bakar yang lebih irit, tetapi juga mendukung sektor pariwisata. Gas LPG bahan menjadi bakar bagi kapal-kapal kato yang dilombakan setiap tahun.

“Tentunya sangat bagus, jika ditularkan ke daerah lain. Jika perjalanannya masif bisa menjadi skala nasional,” tegas Endang.

Selain untuk perlombaan kapal kato, Gas LPG menjadi bahan bakar kapal-kapal untuk menikmati destinasi wisata mangrove. Bahkan membantu akses transportasi bagi guru dan pelajar di kawasan pesisir Kubu Raya.

“Betapa miris juga, tenaga guru yang mencetak kecerdasan anak-anak bangsa, di satu sisi melewati hal yang menyeramkan. Adanya bantuan dari Dishub untuk moda transportasi dengan pemanfaatan Teknologi Konverter Kit maka sangat membantu karena dari sisi biaya bisa sangat terpaut jauh,” ungkap Endang.

Hal itu menjadi masukan dan bahan koordinasi kami untuk lebih lanjut di pusat.

Harapannya bisa berkoordinasi dengan Kementerian atau lembaga terkait dan menjawab permasalahan yang ada di sini,” tambah Endang.

Inovator Teknologi Konverter Kit Amin Ben-Gas (ABG), Amin Suwarno menjelaskan tim yang datang untuk melihat sejauh mana penerapan konversi BBM ke Gas LPG.
“Melihat yang sudah diimplementasi di lapangan, karena tidak hanya diterapkan ke nelayan tapi juga petani,” kata Amin. Menurut Amin

, Teknologi Konverter Kit yang dibangunnya itu juga menjadi pilot project bersama ITB untuk mendorong moda wisata maritim yang ramah lingkungan .

Amin menyatakan Teknologi Konverter Kit hadir untuk membantu masyarakat di kawasan pesisir. Salah satunya bahan bakar transportasi udara bagi guru-guru dan peserta didik di kawasan pesisir.

“Setelah kurang lebih satu tahun diperjuangkan akhirnya terealisasi, ada armada transportasi udara yang menghubungkan daerah yang tidak bisa dilalui darat. ABG ini hadir untuk membantu pendidikan bagi anak-anak bangsa,” urai Amin.

Sementara itu nelayan di Kabupaten Kubu Raya (KKR), beralih menggunakan gas LPG karena lebih irit dibandingkan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Selain irit, Gas LPG juga lebih mudah diperoleh dibandingkan BBM, yang selama ini digunakan nelayan.

Selain soal irit, Gas LPG juga tidak sulit didapat jika dibandingkan BBM.

“Pertama irit itu yang kami kejar,” kata Jamali, salah satu nelayan di Kampung Nelayan Sungai Tekong Desa Sungai Kupah Kabupaten Kubu Raya, baru-baru ini.

Jamali mengalokasikan biaya yang dikeluarkan antara dua bahan bakar tersebut. Jika menggunakan BBM dalam satu hari bisa menghabiskan lima liter.

Jika BBM itu adalah pertalite maka sekitar Rp50 ribu biaya yang dibutuhkan untuk mencari ikan di laut dalam satu hari.

Sementara jika menggunakan Gas LPG, satu tabung Rp25 ribu untuk harga eceran atau beli di warung. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli Gas LPG itu, pemanfaatannya bisa digunakan dua hari.

“Gas LPG dijual seharga Rp25 ribu per tabung dan tidak sulit didapat,” kata Jamali.

Jamali menceritakan, ia menggunakan Gas LPG sudah sejak tahun 2010. Bukan hanya dirinya sendiri, nelayan lain pun sudah menggunakan Gas LPG sebagai bahan bakar kapal saat melaut mencari ikan.

“Mayoritas sudah pakai gas, hampir 100 persen pakai gas, tidak lagi pakai BBM, karena mahal,” ujar Jamali.

Selain soal harga, jarak tempuh juga menjadi pertimbangan. “Kalau pakai Gas LPG jarak tempuh bisa lebih jauh dibandingkan pakai BBM. Jadi kapal bisa lebih ke tengah laut. Semakin ke tengah, potensi tangkapan semakin banyak, dan ikan semakin besar. Kalau dekat sini, ikan kecil dan harga jualnya juga murah,” cerita Jamali berakhir. ***

Tags :

Leave a comment