Pengamat Sebut Sawit Jadi Penopang Utama Pertumbuhan Ekonomi Kalbar 2026

19 Desember 2025 14:21 WIB
Pengamat Ekonomi dan Dosen Senior Kalbar, Andy Kurniawan Bong/IST

KUBU RAYA, insidepontianak.com – Proyeksi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada 2026 yang berada di kisaran 5 hingga 6 persen dinilai tidak lepas dari peran besar sektor perkebunan kelapa sawit. 

Sektor itu, dinilai menjadi salah satu penopang utama perekonomian Kalbar, sebab dampaknya langsung dirasakan masyarakat.

Pengamat ekonomi dan dosen senior Kalbar, Andy Kurniawan Bong menyebut, sawit memiliki karakter unik dibanding sektor lain, karena menggerakkan ekonomi dari hulu hingga hilir sekaligus menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar.

“Di banyak wilayah Kalbar, sawit bukan sekadar komoditas ekspor. Ia menghidupi desa, menyerap tenaga kerja lokal, dan menjadi sumber pendapatan utama masyarakat,” kata Andy, Jumat (19/12/2025).

Dengan peran sawit yang kuat, ditopang sektor lain serta peluang dari Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalbar dinilai memiliki peluang besar menjadikan 2026 sebagai tahun penguatan ekonomi berbasis rakyat.

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Kalbar pada 2026 berada di kisaran 5,3 hingga 6,0 persen, sementara Pemerintah Provinsi Kalbar menargetkan pertumbuhan 5,19 sampai 6,17 persen. 

Sektor pertanian dan perkebunan, khususnya sawit, menjadi kontributor terbesar, disusul pertambangan, industri pengolahan, serta perdagangan dan jasa.

Andy menjelaskan, peningkatan pendapatan masyarakat dari sektor sawit berpengaruh langsung terhadap daya beli dan konsumsi rumah tangga.

Menurutnya, ketika masyarakat punya penghasilan tetap dari sawit, belanja meningkat. Pasar hidup, UMKM bergerak, jasa ikut tumbuh. 

"Inilah efek domino ekonomi sawit,” ujarnya.

Selain sawit, sektor pertambangan seperti bauksit dan nikel juga menjadi pendorong pertumbuhan. 

Namun, ia menilai, sektor perkebunan tetap lebih stabil karena tidak terlalu fluktuatif dibanding harga komoditas tambang.

Di samping itu, Andy menyoroti pentingnya Sensus Ekonomi 2026 (SE2026) sebagai dasar kebijakan pembangunan yang lebih tepat sasaran.

“Kalau datanya akurat, pemerintah bisa menjaga inflasi dan stabilitas harga,” jelasnya.

Sementara itu, dari sisi perbankan, kondisi ekonomi Kalbar dinilai cukup solid. Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp87,27 triliun, sementara total kredit mencapai Rp98,4 triliun, dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) sebesar 1,95 persen.

"Jauh di bawah ambang batas aman," tuturnya.

Andy menilai, stabilitas sektor keuangan ini menjadi modal penting untuk memperkuat ekonomi rakyat melalui pembiayaan produktif.

“Kalau kredit diarahkan ke sektor produktif seperti perkebunan, UMKM, dan industri pengolahan, dampaknya akan jauh lebih terasa bagi masyarakat,” pungkasnya. (Greg)


Penulis : Gregorius
Editor : -

Leave a comment

ok

Berita Populer

Seputar Kalbar