PBB Soroti Cuaca Panas Ekstrem Meningkat di Dunia, Membunuh Setengah Juta Orang Per Tahun

26 Juli 2024 10:23 WIB
Ilustrasi - Cuaca panas. (Antara)

WASHINGTON, insidepontianak.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyoroti bahaya panas yang semakin meningkat di dunia setiap tahunnya. 

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengungkapkan, cuaca panas ekstrem diperkirakan telah membunuh hampir setengah juta orang per tahun.

"Sekitar 30 kali lebih banyak dari pada siklon tropis," kata Guterres mengutip Antara, Jumat (26/7/2024).

Menurutnya, cuaca panas ekstrem terjadi dan terus meningkat akibat ulah manusia mengeksplorasi sumber daya alam dengan merusak lingkungan. 

"Kita tahu apa yang mendorongnya--perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan bahan bakar fosil. Dan kita tahu itu akan menjadi lebih buruk," katanya lagi.

Panas ekstrem adalah "ketidaknormalan baru," katanya. "Tetapi kabar baiknya adalah kita dapat menyelamatkan nyawa dan membatasi dampaknya."

Guterres menekankan bahwa panas ekstrem semakin menghancurkan ekonomi, memperlebar kesenjangan, melemahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB dan membunuh korban.

Karena itu, Sekjen PBB tersebut mengatakan bahwa dia meluncurkan tuntutan global dengan empat area fokus–merawat yang paling rentan, meningkatkan perlindungan bagi pekerja, meningkatkan ketahanan ekonomi dan masyarakat dengan menggunakan data dan sains.

Guterres menegaskan bahwa poin utamanya yaitu fokus komunitas internasional sekarang adalah dampak panas ekstrem.

"Namun, jangan lupa bahwa masih banyak lagi gejala krisis iklim yang menghancurkan: Badai yang semakin dahsyat, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, naiknya permukaan air laut -- dan masih banyak lagi," kata Guterres.

Untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, dia berkata: "Kita perlu melawan penyakit. Penyakit itu adalah kegilaan yang membakar satu-satunya rumah kita. Penyakit itu adalah kecanduan bahan bakar fosil. Penyakit itu adalah tidak adanya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim."

Dia mengatakan G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan.

"Pesannya jelas: Panas sedang terjadi. Panas ekstrem berdampak ekstrem pada manusia dan planet ini. Dunia harus bangkit menghadapi tantangan kenaikan suhu," tambahnya.***


Penulis : Antara
Editor : Abdul Halikurrahman

Leave a comment

jom

Berita Populer

Seputar Kalbar