Tingkatkan Angka Bebas Jentik di Parit Mayor Lewat Inovasi Demi Jamu Merah

28 Juli 2024 13:45 WIB
Inovator Demi Jamu Merah Puskesmas Parit Mayor, Ade Mutiara Heriaty

PONTIANAK, insidepontianak.com - Saat ini Kota Pontianak terus berjuang melawan Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan menjadi salah satu isu kesehatan masyarakat yang krusial. 

Inovasi Detektif Basmi Jentik Nyamuk Demam Berdarah (Demi Jamu Merah) membantu meningkatkan Angka Bebas Jentik di wilayah kerja Puskesmas Parit Mayor Pontianak. 

Jika di tahun 2021 angkanya hanya 57 persen, di tahun 2022 meningkat jadi 71 persen, dan mencapai 86 persen di tahun 2023.

Pengendalian vektor penular menjadi cara utama untuk mencegah penyebaran penyakit ini.

Terobosan Demi Jamu Merah hadir dengan kebaruan melibatkan siswa dalam menanamkan kesadaran sejak dini mengenai pencegahan DBD melalui pemberantasan jentik nyamuk di sekolah.

Inovator Demi Jamu Merah Puskesmas Parit Mayor, Ade Mutiara Heriaty menyampaikan bahwa sebelum adanya inovasi ini, pemantauan jentik nyamuk hanya dilakukan oleh kader jumantik dewasa dan fokus pada rumah tangga.

“Dengan Demi Jamu Merah, pemantauan jentik tidak lagi dilakukan oleh orang dewasa saja, tapi juga melibatkan anak-anak usia dini sebagai jumantik cilik. Pemantauan jentik juga dilakukan di sekolah, tidak hanya di rumah tangga saja,” jelas Ade Mutiara Heriaty, Sabtu (27/7/2024).

Ade juga menambahkan bahwa hasil temuan jentik sekarang dicatat dalam kartu jentik dan jika ditemukan kasus DBD, pelaporan bisa dilakukan melalui nomor WhatsApp yang tercantum di kartu jentik atau buku saku.

Keunggulan dari inovasi Demi Jamu Merah dibandingkan dengan program jumantik cilik pada umumnya adalah sistem pencatatan pemantauan jentik berkala yang dilakukan oleh para siswa SD dalam bentuk kartu jentik di sekolah. 

Para siswa juga telah dilatih untuk melakukan edukasi pencegahan DBD dengan metode 3M Plus mulai dari bangku sekolah hingga di lingkungan keluarga.

Para detektif pembasmi jentik telah mahir dan memiliki buku saku yang berisi informasi tentang DBD dan pencegahannya. 

"Buku saku dan kartu jentik juga dilengkapi dengan nomor WA petugas puskesmas, sehingga jika ada kasus DBD dari murid SDN 09 atau dari lingkungan tempat tinggal para detektif basmi jentik segera terlapor dan dilakukan penyelidikan epidemiologi,” terang Ade Mutiara Heriaty.

Dengan inovasi ini, diharapkan masyarakat Kota Pontianak semakin sadar bahwa tugas untuk mencegah penyakit bukan hanya tugas pemerintah, tetapi peran serta masyarakat memiliki pengaruh besar dalam penurunan tingkat kesakitan, khususnya yang disebabkan oleh vektor penyakit. 

"Inovasi ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD," tutupnya. ***


Penulis : Dina Prihatini Wardoyo
Editor : Dina Prihatini Wardoyo

Leave a comment

jom

Berita Populer

Seputar Kalbar