Jerangkong Si Makhluk Astral, Diciptakan oleh Sosial: Adzab Bagi Si Kaya yang Kikir
Insidepontianak.com – Bila di suatu malam terdengar suara 'krinyit... krinyit' atau 'klotok... klotok', segera bergegas lari secepat mungkin. Bisa jadi suara itu merupakan ciri khas hantu Jerangkong. Mahkluk Urban legend yang terus didengar sampai sekarang.
Kisah akan ketenaran Jerangkong terus diwarisi dari beberapa dekade. Buah bibir dari sebuah cerita Urban Leged tersebut terus diwarisi oleh generasi muda, para tetua tak henti-hentinya mengisahkan dongeng horror kepada anak-anaknya.
Jerangkong sendiri merupakan kisah Urban Legend yang bisa dijumpai dari semenanjung Nusantara, bahkan cerita keseraman makhluk astral satu ini bisa didengar di Negeri Jiran. Maklum, gossip mengenainya memang berasal dari suku Melayu.
Terdapat perbedaan tentang cara mengeja hantu tersebut, tergantung letak geografi yang membahasnya. Beberapa media cetak masa lampau, menulis makhluk halus tersebut dengan ejaan kuno 'Djrangkong', seperti dilansir dari majalah Djawa, edisi Agustus 1929.
Untuk penduduk Malaysia, mereka mengejanya dengan kata 'Jerangkung'. Masyarakat Indonesia menyebut hantu terebut dengan 'Jerangkong, dan terakhir warga Madura memanggilnya 'Jerengkong'.
Meski memiliki perbedaan nama, makhluk halus ini memiliki ciri-ciri yang sama, yakni menggambarkan sosok astral yang berwujud tengkorak. Kersngka manusia inilah yang memerankan lakon Jerangkong.
Hantu tersebut sudah eksis mengerjakan pekerjaan sehari-harinya, menakuti manusia di tengah malam buta. Konon katanya bila seseorang tanpa sengaja bertemu dengan sosok makhluk halus tersebut, nasib sial akan menghampirinya.
Pasalnya Jerengkong akan selalu mengerjar korban, tidak ada jalan lain yang bisa dilakukan mereka kecuali mencari keramaian.
Kisah paling kuno mengenai Jerangkong bisa dilacak melalui laporan media kuno, salah satunya majalah Djawa edisi Agustus, tahun 1929.
Terdapat tiga sosok yang menuliskan kisah-kisah Urban Legend tersebut di dalam majalah itu. Mereka terdiri dari penulis pribumi atau Belanda, diantaranya adalah G. W. J Drewes, C. Hooykas, dan R. Tresna.
Mereka mencatatkan berbagai kisah mitos yang keluar dari mulut penduduk sekitar. Makhluk-makhluk yang terangkum dalam majalah itu berupa Babi Ngepet, Ngipri Ngetek, Setan Gundul, dan Jerangkong.
Sebenarnya tulisan mereka lebih condong untuk mendeskripsikan ceritanya saja. Meski tidak menganalisa lebih mendalam terkait faktor sosial di masa itu, kisah yang diciptakan oleh masyarakat setempat cukup mengambarkan kondisi sosio-eknomi.
Terlebih lagi, sebuah gunjingan yang menciptakan suatu cerita tidak datang dari ruang hampa. Mereka terlahir dari kegelisahan yang tak terbendung, jalan satu-satunya adalah dongeng.
Semasa hidupnya, 'Djrangkong' memiliki sifat tercela. Biasanya mereka datang dari status sosial yang lebih superior, siapa lagi kalau bukan orang kaya.
Walaupun sudah dikaruniai harta melimpah, kelompok orang kaya tersebut berprilaku kikir, tidak merawat tubuh, dan sombong.
Ketika ajal menjemput, barulah arwah mendiang gentayangan. Mereka lebih memilih wujud tengkorak hidup untuk meneror manusia.
Selain tengkorak, ketiga penulis majalah Djawa itu juga menjabarkan wujud lain dari 'Djrangkong'. Roh dari si kaya bergentayangan dengan rupa anjing, adzab kedua ini diisukan karena orang kaya yang dimaksud suka memakan harta riba, kikir, dan bersekutu dengan iblis.
Rupanya bentuk anjing jadi-jadian yang terakhir ini muncul lebih awal dari wujud tengkorak. Intinya, orang kaya memiliki sifat kikir, jahat, dan songong pasti akan jadi 'Djrangkong' dalam pandangan masyarakat sekitar.
Beda halnya di era sesudah masa itu, Jerangkong digambarkan sebagai pencuri dari kalangan dedemit. Seperti hantu lain, waktu jam kerjanya dimulai ketika senja mulai terbenam.
Meski suka mengambil barang manusia, pekerjaan Jerangkong berbeda dengan Tuyul. Bila makhluk halus kecil ini suka mencuri uang, beda halnya dengan si hantu tengkorak, mereka lebih menyukai telur ayam.
Baca Juga: Dua Smartwatch Adu Keren dan Harga di Desember 2022: Samsung Galaxy Watch 5 vs Fitbit Versa 3
Isu dari mulut ke mulut, masa hidup arwah penasaran itu memiliki kebiasaan mencuri telur. Oleh sebab itu, ketika sudah meninggalkan perilaku tercela tersebut terus dibawa dalam bentuk Jerangkong.
Jerangkong juga biasanya menjadi olok-olokan masyarakat. Mereka memanggil teman atau saudara dekat dengan sebutan itu bila kedapatan sanak familinya memiliki sifat kikir keterlaluan. ***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment