Sejarah Tokoh Legendaris Korea Pada Piala Dunia: Mulai Alami Masa Transisi hingga Talenta Muda Jadi Korban
Insidepontianak.com - Korea melaju ke babak 16 besar di Piala Dunia FIFA 2010 Afrika Selatan, pertama kalinya tokoh legendaris Korea mencapai babak gugur turnamen sejak menjadi tuan rumah pada 2002.
Akan tetapi setelah itu, tokoh-tokoh legendaris Piala Dunia FIFA seperti Park Ji Sung dan Lee Young-pyo pensiun, membuat sepak bola Korea memasuki masa transisi.
Selain itu tokoh legendaris Piala Dunia FIFA juga terjadi pada sebagian besar talenta muda sepak bola Korea, terutama Ki Sung-yueng, Koo Ja-cheol dan Park Chu-young.
Baca Juga: Profil dan Peta Kekuatan Grup F Piala Dunia 2022
Taegeuk Warriors kemudian memenangkan perunggu di Olimpiade London 2012, ini menciptakan kegembiraan dan harapan di antara para pendukung tokoh legendaris Piala Dunia FIFA.
Ada maasa Pemain sepak bola Korea dapat bersaing pada periode penting menjelang Piala Dunia FIFA mendatang pada dekade berikutnya.
Namun, harapan tokoh legendaris Piala Dunia FIFA terbukti berumur pendek dengan mengambil langkah mundur pada tahun-tahun berikutnya.
Apa yang awalnya tampak sebagai transisi yang sukses mulai menunjukkan celah setelah beberapa pemain kunci di klub-klub Eropa, seperti Park Chu-young dan Lee Chung-yong, dipinggirkan oleh tim mereka masing-masing.
Selain itu, ketidakstabilan yang disebabkan oleh manajemen yang buruk dari Asosiasi Sepak Bola Korea, memengaruhi nasib tim nasional negara itu.
Bahkan, munculnya superstar yang sulit dicari bandingannya seperti Son Heung Min tidak dapat mengubah keadaan.
Fakta bahwa tim nasional harus menunjuk enam pelatih kepala yang berbeda selama delapan tahun antara Afrika Selatan 2010 dan Rusia 2018 adalah bukti turbulensi periode itu.
Alhasil, Republik Korea gagal lolos dari fase grup di Brasil 2014 dan Rusia 2018. Namun, Piala Dunia 2018 di Rusia akan selalu dikenang di Korea sebagai turnamen yang memberikan mereka harapan.
Seperti dilansir dari laman FIFA, Selama turnamen 2018, Taegeuk Warriors kalah dalam dua pertandingan pembuka Grup F dari Swedia dan Meksiko.
Pada saat itu, setelah melihat pahlawan mereka tersingkir pada tahapan yang sama empat tahun sebelumnya di Brasil dengan satu hasil imbang dan dua kekalahan, tim nasional telah menjadi bahan ejekan bagi sebagian besar orang Korea.
Namun, melawan segala hambatan besar dan sesuatu yang nyaris mustahil dalam pertandingan terakhir mereka di grup, tim Asia ini mengalahkan juara bertahan Jerman 2-0.
Kemenangan masyhur ini mengejutkan para penggemar dan membawa harapan baru untuk Piala Dunia berikutnya.
Baca Juga: Enggan Jagokan Argentina Kampiun Piala Dunia, Berikut Penjelasan Lionel Messi
Meski demikian, bukanlah tugas yang mudah bagi Republik Korea untuk keluar dari grup yang berisi Portugal, Uruguay, dan Ghana, meskipun fans mereka setidaknya mengharapkan kemenangan atas tim Afrika.
Setelah hampir satu dekade sering berganti pelatih, akhirnya ada kelanjutan penting dalam beberapa tahun terakhir untuk Korea di bawah Paulo Bento sejak 2018.
Mantan juru taktik Portugal itu akan menjadi pelatih kepala pertama yang tetap bertanggung jawab atas Korea untuk keseluruhan empat tahun, siklus saat mereka menuju ke Piala Dunia.
Namun, kegagalan mengalahkan Ghana, tim yang telah mengalami masalah internal akhir-akhir ini dan mengganti pelatih kepala kurang dari setahun sebelum Piala Dunia
Hali ini akan menimbulkan pertanyaan apakah kontinuitas dan investasi jangka panjang yang tampaknya sangat dinanti-nanti oleh sepak bola Korea telah terlaksana dengan baik.
Untuk membangkitkan selera Anda pada turnamen akbar ini, FIFA+ melihat lima pemain kunci yang dapat menentukan nasib Taegeuk Warriors di Piala Dunia Qatar 2022.***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment