Kultum Ramadhan: Mengerjakan Taubat Hukumnya Wajib

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi

SINJAI, insidepontiank.com - Pembaca yang budiman, seperti halnya pada materi sebelumnya kami sudah sampaikan tentang Kultum Ramadhan membahas kesabaran.

Pada kesempatan ini kami akan menyampaikan Kultum Ramadhan lanjutan dengan tema: Mengerjakan Taubat itu Hukumnya Wajib.

Sebagaimana diketahui, setiap umat manusia tentu tak lepas dari salah dan khilaf. Namun, Allah sangat membukakan pintu taubat bagi mereka yang bersungguh-sungguh menyesali  dosa yang telah dibuat.

Pantas bagaimana cara bertaubat agar benar-benar bisa mendapat ampuan dari Allah? Maka simak artikel ini sampai tuntas.

Para pembaca yang dirahmati, pertama, mari kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, dan selalu bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW, dengan membaca:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ : صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Semoga salawat yang kita haturkan mendapat keberkahan. Amin!

Sebagaimana pada materi kultum kedua sudah disampaikan jawaban Rasulullah kepada Aisyah tentang pernyataan, ada berbagai macam orang yang tertimbun dengan latar belakang dan profesi yang berbeda; dan Rasulullah menjawab:

“Ya, semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, kemudian nantinya mereka itu akan ba'ats dibangkitkan dari masing-masing kuburnya sesuai niat-niatnya sendiri untuk diterapi dosa atau tidaknya."

Setelah kita memasang niat yang baik dan lurus, maka mari kita bertaubat kepada Allah SWT, dan bulan Ramadhan ini adalah waktu yang paling baik untuk kita pergunakan.

Mengamalkan segala kebaikan ini bukan berarti mengesampingkan bulan-bulan yang lainnya. Hanya saja memang bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa buat umat islam yang beriman, adapun kebaikan-kebaikan itu di antaranya adalah pintu taubat.

Maka di kesempatan kali ini kami akan sampaikan tentang mengerjakan taubat itu hukumnya wajib.

Perkataan Para Ulama:

قَالَ الْعُلَمَاءُ: التَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَإِنْ كَانَتِ الْمَعْصِيَّةُ بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ اللهِ تَعَالَى لَا تَتَعَلَّقُ بِحَقِّ آدَمِىٍّ، فَلَهَا ثَلَاثَةُ شُرُوْطٍ:

أَحَدُهَا : أَنْ يُقْلِّعَ عَنِ الْمَعْصِيَّةِ.

وَالثَّانِى: أَنْ يَنْدَمَ عَلَى فَعْلِهَا.

وَالثَّالِثُ: أَنْ يَعْزَمَ أَنْ لَا يَعُوْدَ إِلَيْهَا أَبَدًا. فَإِنْ فُقِدَ أَحَدُ الثَّلَاثَةِ لَمْ تَصِحَّ تَوْبَتُهُ.َوَإِنْ كَانَتْ الْمَعْصِيَّةُ تَتَعَلَّقُ بِآدَمِىٍّ فَشُرُوْطُهَا أَرْبَعَةٌ: هَذِهِ الثَّلَاثَةُ، وَأَنْ يَبْرَأَ مِنْ حَقِّ صَاحِبِهَا، فَإِنْ كَانَتْ مَالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدَّهُ إِلَيْهِ، وَإِنْ كَانَتْ حَدَّ قَذْفٍ وَنَحْوِهِ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ، وَإِنْ كَانَتْ غَيْبَةً اِسْتَحَلَّهُ مِنْهَا. وَيَجِبُ أَنْ يَتُوْبَ مِنْ جَمِيْعِ الذُّنُوْبِ ، فَإِنْ تَابَ مِنْ بَعْضِهَا صَحَّتْ تَوْبَتُهُ عِنْدَ أَهْلِ الْحَقِّ مِنْ ذَلِكَ الذَّنْبِ، وَبَقِىَ عَلَيْهِ الْبَاقِى.

Artinya: Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu terjadi antara seseorang hamba dan antara Allah saja, yakni tidak ada hubungannya dengan hak seseorang manusia yang lain, maka untuk bertaubat itu harus menetapi tiga macam syarat, yaitu: Pertama hendaklah menghentikan sama sekali-seketika itu juga dari kemaksiatan yang dilakukan. Kedua ialah supaya merasa menyesal kerana telah melakukan kemaksiatan tadi dan

Ketiga supaya berniat tidak akan kembali mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya.

Jikalau salah satu dari tiga syarat tersebut di atas itu ada yang ketinggalan maka tidak salah taubatnya.

Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan sesama manusia, maka syarat-syaratnya itu ada empat macam, yaitu tiga syarat yang tersebut di atas dan keempatnya adalah supaya melepaskan tanggungan itu dari hak kawannya.

Maka jika tanggungan itu berupa harta, maka wajiblah mengembalikannya kepada yang berhak. Kemudian, jika berupa dakwaan zina atau yang semisal dengan itu, maka hendaklah mencabut dakwaan tadi dari orang yang didakwakan, atau meminta saja pengampunan daripada kawannya.

Dan jikalau merupakan pengumpatan, maka hendaklah meminta penghalalan yakni pemaafan dari umpatannya itu kepada orang yang diumpat olehnya.

Seseorang itu wajiblah bertaubat dari segala macam dosa, tetapi jika seseorang itu bertaubat dari sebagian dosanya, maka taubatnya itupun sah dari dosa yang dimaksudkan itu, demikian pendapat para alim-ulama yang termasuk golongan ahlul haq.

Dalil Bertaubat: وَقَدْ تَظَاهَرَتْ دَلَائِلُ الْكِتَابِ، وَالسُّنَّةِ، وَإِجْمَاعِ الْأُمَّةِ عَلَى وُجُوْبِ التَّوْبَةِ:

قال الله تعالى: وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ] ((النور: 31)) وقال تعالى: اِسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوا إِلَيْهِ] ((هود: 3)) وقال تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوْحا (التحريم: 8).

Tentang bertaubat sudah jelaslah dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah Rasulullah . serta Ijma’m seluruh umat perihal wajibnya mengerjakan taubat itu.

Allah berfirman dalam surat An-nur ayat 31 yang artinya:

"Dan bertaubatlah engkau semua kepada Allah, hai sekalian orang Mu’min, supaya engkau semua memperoleh kebahagiaan.”

Kemudian di surat Hud ayat : Allah juga mengatakan:

“Mohon ampunlah kepada Tuhanmu semua dan bertaubatlah kepadaNya.”

Sementara di surat At-Tahrim ayat 8 juga disampaikan:

“Hai sekalian orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nashuha – yakni yang sebenar-benarnya.”

Taubat Nasuha

Taubat nasuha itu wajib dilakukan dengan memenuhi tiga macam syarat sebagaimana di bawah ini

Semua hal-hal yang mengakibatkan diterapi seksa, kerana berupa perbuatan yang dosa jika dikerjakan, wajib ditinggalkan secara sekaligus dan tidak diulangi lagi.

Bertekad bulat dan teguh untuk memurnikan serta membersihkan diri sendiri dari semua perkara dosa tadi tanpa bimbang dan ragu-ragu.

Segala perbuatannya jangan dicampuri apa-apa yang mungkin dapat mengotori atau sebab-sebab yang menjurus ke arah dapat merusakan taubatnya itu.

Rasulullah bertaubat dalam sehari lebih dari 70 kali sebagaimana riwayat Abu Khurairah, ia berkata: وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: ”وَاللهِ إِنِّيْ لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِيْ الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ” (رواه البخاري).

Artinya: demi Allah, sesungguhnya saya itu niscayalah memohonkan pengampunan kepada Allah serta bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.

Kemudian, dari Aghar bin Yasar Al-Muzani meriwayatkan Rasulullah bersabda: وَعَنِ الْأَغَرِّ بْنِ يَسَارِ الْمَزَنِى رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاْسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّىْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مَائَةَ مَرَّةٍ” (رواه مسل).

Artinya: wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah pengampunan daripadaNya, kerana sesungguhnya saya ini bertaubat dalam sehari seratus kali.

Para pembaca yang budiman, marilah kita perbanyak istighfar kepada Allah SWT pada setiap kesempatan, sebab dengan banyaknya kita bertaubat kepada Allah niscaya Allah akan semakin senang dan bangga.

Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik Al-Anshari meriwayatkan Rasulullah bersabda:

وَعَنِ الْأَغَرِّ بْنِ يَسَارِ الْمَزَنِى رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاْسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّىْ أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مَائَةَ مَرَّةٍ” (رواه مسلم).

Artinya: niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas.

Demikian ulasan kultum Ramadhan yang membahas tentang taubat. Semoga dapat memberikan manfaat. Dan kultum selanjutnya  akan membahas tentang wajibnya puasa Ramadhan. (Zumardi IP)

Leave a comment