Bukan di Medan, Rumah Soekarno di Sumut Ada di Parapat, Berastagi, dan Kotanopan

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Medan termasuk kota yang sering dikunjungi Ir Soekarno di Sumatera Utara (Sumut). Namun, rumah yang identik dengan presiden pertama tersebut ada di Parapat, Berastagi, dan Kotanopan. Kehadiran Soekarno di Sumut disebabkan beberapa latar belakang, misalnya di Medan lebih banyak dalam kegiatan kenegaraan. Namun di Parapat, Berastagi, dan Kotanopan, Soekarno hadir untuk urusan perjuangan. Itulah sebab di Parapat, Berastagi, dan Kotanopan ada yang disebut sebagai rumah Soekarno. Sementara di Medan, ibukota Sumut, tidak ada. Disebut sebagai rumah Soekarno karena rumah yang dimaksud menjadi lokasi pengasingan atau tempat presiden pertama itu menginap di Sumut. Istilahnya, pesanggrahan karena sejatinya dikuasai pemerintah. Sebagai informasi, Kotanopan adalah wilayah yang kini masuk dalam Kabupaten Mandailing Natal, Berastagi di Kabupaten Karo, dan Parapat di Kabupaten Simalungung. Jarak Medan ke Parapat sekitar 176 km, ke Berastagi sekitar 66 km, dan ke Kotanopan sekitar 498 km. Ya, Sumut memang wilayah yang luas. Nah, berikut tentang tiga rumah yang dimaksud yang kini menjadi objek wisata sejarah itu seperti dirangkum dari berbagai sumber: 1. Pesanggrahan Kotanopan Soekarno menginap di pesanggrahan ini di kamar nomor satu. Dia menginap karena sedang dalam perjalanan menuju Parapat dari Padang, Sumatra Barat. Di rumah yang dibangun oleh Belanda pada 1930 itu, Soekarno mengadakan rapat akbar pada 16 Juni 1948. Kehadiran Presiden Soekarno saat itu untuk menenangkan gejolak dan mempersatukan rakyat di Sumatra yang ingin merdeka sendiri. Di pintu masuk ke ruang tengah rumah itu, masih terpajang foto Presiden Soekarno saat berpidato di tangga pesanggrahan tersebut. Di bawah foto itu tertulis "Presiden Soekarno berdiri di tangga Pesanggrahan Kotanopan ketika berpidato pada rapat raksasa di Kotanopan 16 Juni 1948." Di rumah ini juga terdapat terowongan yang membujur dari pesanggrahan hingga perbukitan sejauh 7 km. Terowongan itu dibangun Belanda untuk menyelamatkan diri saat diserang. 2. Pesanggrahan Berastagi Pesanggrahan ini lebih tepat disebut sebagai rumah pengasingan. Ya, Soekarno bersama Sutan Syahrir dan Agus Salim diasingkan ke Berastagi tepatnya pada 22 Desember 1948. Ketiga tokoh tersebut diasingkan di Berastagi selama 12 hari. Rumah ini dibangun pada 1719, dulunya ditempati oleh seorang perwira militer Belanda yang sering disebut landshup huis. Rumah sederhana itu berukuran 10 kali 20 meter ini dikelilingi halaman seluas dua hektare. Ciri khas bangunan Belanda ini masih tetap dipertahankan. Meski pernah direnovasi pada 1957 lalu, namun perabotan dan kamar tidur yang pernah dipakai Presiden Soekarno masih tetap utuh. Kini, di halaman rumah tersebut berdiri sebuah monumen replika Presiden Soekarno yang sedang duduk bersila. Rumah yang berada di dataran tinggi Karo itu pun semakin menawan. 3. Pesanggrahan Parapat Pesanggrahan ini persis dengan yang di Berastagi, yakni sama-sama rumah pengasingan. Ya, usai menjalani pengasingan di Berastagi, Soekarno bersama Sutan Syahrir dan Agus Salim dipindahkan ke Parapat. Di rumah yang dibangun pada 1820 ini, ketiganya diasingkan oleh Belanda selama kurang lebih dua bulan. Rumah ini berdiri di atas lahan seluas dua hektare, menggunakan arsitektur bergaya Eropa, berukuran 10x20 meter, dan dikelilingi taman. Seluruh bagian rumah dan perabotnya pun masih dipertahankan keasliannya, mulai dari beberapa lukisan, perabotan rumah, kursi dan tempat tidur yang dulu dipakai oleh Presiden Soekarno. Selain itu, masih ada foto-foto, koleksi buku, dan barang lainnya. Yang menarik dari rumah ini karena letaknya tepat mneghadap Danau Toba. Hawanya sejuk. Bahkan, rumah ini selalu dilewati kapal wisata yang menjelajahi perairan Danau Toba; menjadi objek wisata layaknya Batu Gantung. Itulah tiga pesanggrahan Soekarno di Sumut, Medan sebagai ibukota tentu menjadi wilayah yang paling sering dikunjungi, termasuk ketika membuka PON ke-III, meresmikan Universitas Sumatera Utara, dan sebagainya. Pesanggrahan di atas adalah rekam jejak lain Soekarno di Sumut. Kini rumah-rumah itu telah jadi objek wisata sejarah karena seperti kata Soekarno: Jangan Sekali-kali meninggalkan sejarah. (Adelina).***

Leave a comment