Candi Kedaton Jadi Simbol Kebudayaan Hindu Majapahit, Sekte Syiwa Sempat Jaya di Probolinggo Timur

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
PROBOLINGGO, insidepontianak.com – Candi Kedaton merupakan tempat ibadah kaum Hindu saat kerajaan Majapahit memerintah di abad ke-14M, terutama di wilayah Probolinggo Timur. Dengan adanya Candi Kedaton di Probolinggo Timur, bukti masa emas kaum Hindu sempat jaya di saat Majapahit memerintah teritori Nusantara masa silam. Candi Kedaton sendiri merupakan bangunan suci kaum Hindu Majapahit yang beraliran pemuja Dewa Syiwa. Oleh sebab itu kuil yang terletak di Probolinggo Timur ini pun mengandung ragan relief tentang kisah keagamaan sekte Syiwa. Untuk lokasinya sendiri, candi yang merekam jejak Hindu Syiwa ini mudah dijumpai. Pengunjung yang penasaran dianjurkan untuk menaiki kendaraan pribadi, karena akses jalan yang akan ditempuh sangatlah tidak terawat. Menuju ke arah Tiris, candi yang berlokasi di area Probolinggo Timur ini bertempat di desa Andung Biru, kecamatan Tiris. Tepatnya berjarak 2 kilometer dari kantor desa. Material yang dipakai saat pembangunan masihlah tradisional, seluruh komponen terbuat dari batu andesit yang kokoh. Batur berbentuk segi empat berukuran panjang dan lebar 6 meter, serta ketinggian dari tanah mencapai 2 meter. [caption id="attachment_27969" align="alignnone" width="720"]Beberapa reruntuhan batu andesit dari Candi Kedaton yang tidak terawat. (Foto: I Wayan Sucita / Google Map) Beberapa reruntuhan batu andesit dari Candi Kedaton yang tidak terawat. (Foto: I Wayan Sucita / Google Map)[/caption] Tak ayal, untuk menuju ke pelataran harus menaiki tangga yang terbuat dari batu andesit. Pada bagian atas tidak dihadangi oleh apapun, pengelola meyakini bahwa ada atap non permanen berupa ijuk yang bisa dipasang atau dilepas. Sayangnya, kondisi dari Candi Kedaton cukup memprihatinkan. Pasalnya banyak sekali dinding atau batu yang roboh tidak terawat dan direnovasi, melainkan hanya ditumpuk yang mampu rusak di makak waktu. Pada salah satu sisi dinding, terdapat angka beraskara Jawa Kuno yang menu jukkan angka 1292 saka atau pada tahun 1370 M. Angka ini dipercaya sebagai tanggal berdirinya candi dan diresmikan. Pada sisi kanan dan kiri angka tersebut, terdapat stempel matahari dan bunga yang pada masa itu menjadi simbol resmi Majapahit. Oleh karenanya, candi ini masih dibangun di bawah kekuasaan Prabu Hayam Wuruk. Reliefnya sendiri menceritakan ragam kisah yang sangat indah dalam bentuk ukiran. Misal pada sisi selata, Cerita Garudya menghaturkan sembah penghormatan kepada ibunya. Untuk sisi dinding bagian timur, kehidupan Bhomantaka mengunjungi ibunya untuk meminta restu sebelum meluncur ke medan tempur. Kisah ini juga dikenal dengan Bhomakawya yang berindikasikan tentang pertapaan karesian. Pada bagian lain, deretan relief menceritakan Arjunawiwaha yang berjuang untuk mendapatkan kesaktian senjata dengan cara bertapa. Padanya diceritakan, Arjuna merupakan salah satu Pandawa melakoni tapa ekstrim dengan telanjang bulat. Dipertengahan semedinya, datanglah dua bidadari cantik menggoda agar persembahan kepada Dewa Syiwa batal. Kuatnya kepatuhan Arjuna tidak luntur, hingga Bhatara Syiwa datang yang kemudian lenyap kembali. Selanjutnya Dewa ini menjelma menjadi Ardhanariswara untuk memberikan panah sakti yang dikenal dengan Pasopati. Dalam ajaran Hindu Syiwa masa kuno, ritual ibadah yang dilakukan memang anti mainstream. Bukan hanya telanjang saja, bahkan mereka rela mengorbankan organ tubuhnya untuk dapat berjumpa dengan Dewa. Melalui relief yang tersebar di seluruh candi, bisa disimpulkan bahwa Candi Kedaton merupakan peninggalan sejarah agama Hindu Syiwa di masa Majapahit. Bangunan sejarah ini perlu adanya campur tangan agar bangunannya tidak aus dimakan usia. (Dzikrullah). ***

Leave a comment