Fakta Menarik Soal Museum Situs Kotta Cinna, Berasal dari Bahasa Tamil: Bukti Medan Pernah Jadi Pelabuhan Internasional
MEDAN, insidepontianak.com - Medan tidak hanya dikenal sebagai kota yang maju sejak awal abad 20. Jauh sebelumnya, dia sudah jadi pelabuhan internasional dan buktinya terpajang di Museum Situs Kotta Cinna.
Artinya sebelum Medan menghasilkan tembakau Deli, kapal-kapal luar negeri telah merapat untuk berdagang rempah di pelabuhan yang berada di sekitar kawasan Museum Situs Kotta Cinna kini.
Menariknya, meski menggunakan kata 'Cinna' sejatinya bukan merujuk pada negara. Kata 'Cinna' pada Museum Situs Kotta Cinna di Medan berasal dari bahasa Tamil yang berarti sempit.
Ya, dengan kata lain Kotta Cinna adalah kawasan yang padat dan maju pada zamannya. Mengutip medantourism.pemkomedan.go.id, Rabu (12/7/2023), daerah itu adalah pelabuhan internasional dari abad 11 hingga abad 15 masehi.
Berbagai kapal dari Persia, India, dan bahkan Tiongkok pernah berlabuh di Kotta Cinna. Hal ini dibuktikan dengan berbagai penemuan seperti keramik dari Persia dan Tiongkok, uang keping dari Srilanka dan Tiongkok, serta patung Buddha dari India.
Bukti lain yang memperkuat situs Kotta Cinna menyimpan jejak peradaban internasional adalah ditemukannya beberapa keping uang koin Sinhalese dari Kerajaan Polonnaruwa, Srilanka.
Selain itu, terdapat juga koin-koin yang dikeluarkan oleh Raja Sahasa Malla dan Ratu Lilavati pada abad 13 Masehi yang memiliki ukuran simbolisme dewa dan aksara Srilanka dengan diameter 22,05 milimeter.
Secara administrasi, museum ini berada di Jalan Kota China, Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan. Situs ini secara topografis terletak di Lembah Deli, termasuk wilayah pantai timur Sumatera.
Kotta Cinna telah dimukimi oleh orang-orang Tamil pada masa itu. Di Kotta Cinna ini diduga terdapat jaringan dagang, yaitu perserikatan besar pedagang Tamil, yang bernama Ayyavole ainnuarruvar dan Mannikiram.
Kemajuan perdagangan di bandar Kotta Cinna mendadak terhenti, setelah kota itu dilanda musibah alam. Kawasan pelabuhan laut yang berkembang pesat ini terkubur menjadi daratan.
Nah, berikut sejarah Museum Situs Kotta Cinna di Medan Marelan:
1. Kota Terpadat di Asia
Situs Kotta Cinna dipercayai pernah menjadi salah satu kota kosmopolitan terpadat di Asia pada abad ke-11. Di area seluas 25 hektare yang kini menjadi permukiman ditemukan banyak dan padat sekali tinggalan arkeologis. Tidak ada situs purbakala dengan temuan sepadat itu.
2. Kosmopolitan di Pantai Timur Sumatra
Temuan situs ini sekaligus menjawab keberadaan kota kosmopolitan di pantai timur Sumatra yang menjadi pelabuhan asal komoditas penting yang diekspor ke Eropa. Komoditas-komoditas ini juga diekspor dari Pelabuhan Barus di pantai barat Sumatra di Tapanuli Tengah.
3. Proses Penemuan
Pada 1973, seorang warga Inggris, Edward Edmunds McKinnon, yang bekerja di PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra bertemu seorang pedagang keliling bernama Abdurrahman Lubis yang menawarkan sebuah arca.
Di Paya Pasir, McKinnon melihat di permukaan tanah banyak sekali tinggalan arkeologis seperti uang koin China, manik-manik, beling, dan pecahan keramik. Ia lalu melihat arca tersebut berada di rumah seorang warga Tionghoa.
4. Mulai Diteliti
Beberapa bulan kemudian, seorang teman McKinnon dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, datang ke Medan. Keduanya melihat arca kedua yang ditemukan warga yang menggali sumur. Ditemukan lagi dua arca berikutnya dari sekitar sekolah dasar. Setelah itu, eksplorasi lebih luas dilakukan oleh peneliti dalam negeri dan luar negeri.
5. Berkaitan dengan Kerajaan Penting
Eksplorasi Situs Kotta Cinna seperti membuka satu teka-teki sejarah di Sumatra. Situs ini dianggap berkaitan dengan keberadaan Kerajaan Aru di Situs Putri Hijau di Deliserdang, Kerajaan Samudera Pasai di Aceh, hingga Kerajaan Lamuri di Aceh yang berkembang pada abad ke-13 hingga ke-15.
6. Ditempati Pedagang Tamil
Area Situs Kotta Cinna diduga ditempati para pedagang Tamil dari India Selatan. Hal itu diperkuat oleh temuan sejumlah arca bergaya Tamil. Uang koin dan keramik China diduga dibawa oleh pedagang Tamil sebagai alat tukar ketika itu.
7. Reruntuhan Candi
Penemuan enam struktur bata yang diduga merupakan reruntuhan candi kuno. Dari enam struktur bata yang ditemukan, baru satu yang ditetapkan menjadi cagar budaya.
Struktur candi pertama dan kedua ditemukan pada 1974, candi ketiga pada 2009, candi keempat pada 2013, serta candi kelima dan keenam pada 2016.
8. Empat Arca Buddha dan Hindu
Empat arca Buddha dan Hindu yang ditemukan membuktikan bahwa kawasan itu bukan hanya tempat persinggahan sementara para pedagang, melainkan juga merupakan permukiman tetap dengan sarana peribadatan permanen.
9. Empat Zonasi
Situs Kotta Cinna dibagi menjadi empat zonasi. Zona terluar yang berada di pinggir pantai adalah kawasan pelabuhan dan perdagangan, diikuti kawasan candi, lokasi industri emas dan logam, serta terakhir adalah asrama biksu. Pelabuhan kuno itu diperkirakan berada di dekat bangunan Museum Situs Kotta Cinna saat ini.
10. Pendiri Museum
Pendiri Museum Situs Kotta Cinna adalah sejarawan dari Universitas Negeri Medan, Dr Phil Ichwan Azhari. Tepatnya pada 2008, sejak saat itu, Museum Situs Kotta Cinna dibuka untuk umum. Terdapat ribuan barang peninggalan sejarah di Museum Situs Kotta Cinna ini.
11. Ada Cheng Ho
Ada gambar Cheng Ho di Museum Situs Kotta Cinna. Ini tak lain karena Laksamana Muslim Dinasti Ming itu empat kali mengunjungi kawasan ini dalam periode 1405-1422.
Cheng Ho atau Zheng He dikenal sebagai salah satu navigator dan panglima militer Tiongkok terkenal yang memimpin ekspedisi samudra.
Demikian informasi soal Museum Situs Kotta Cinna yang ada di Medan. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :
Penulis : admin
Editor :
Tags :
Berita Populer
Seputar Kalbar
9
Leave a comment