Clara Shinta Mualaf Sejak 2017, Tetap Pura-Pura ke Gereja Selama 6 Tahun: Aku Sayang Agama yang Kupilih, Tapi Juga Sayang Sama Keluargaku!

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Clara Shinta ceritakan perjalanan hijrah-nya, yang cukup mengagetkan dia tetap ke gereja meski sudah mualaf sejak tahun 2017. Jadi setiap kali Clara Shinta pulang ke rumah orangtuanya di Medan, setiap Minggu dia pergi ke gereja bersama ayah dan ibunya, padahal sejak mualaf dia tak lagi menganut agama bawaan lahirnya. Clara Shinta menutupi hal itu dari orang tuanya, dan itu sudah berjalan selama 6 tahun. Meskipun sejak mualaf dia sudah salat juga, namun dia ikut juga pergi ke gereja. Kata Clara Shinta hal itu dia lakukan karena kasih sayangnya kepada orang tuanya. Mualaf memang sudah jadi pilihannya terbaik, namun pergi ge gereja adalah bukti sayangnya pada orangtua. "Gimana ya aku cinta sama agamaku (islam), namun aku juga menyayangi orang tuaku dan keluargaku, dan mualaf ini biarlah jadi pilihanku sendiri tanpa harus diketahui keluargaku," ungkap Clara Shinta, melansir YouTube Her Mind, Sabtu (5/8/2023). Memang rasanya tidak enak, tapi saat itu Clara belum siap untuk memberitahukan kepada keluarganya, khususnya kepada orangtuanya. Dia tidak ingin membuat kecewa orangtuanya. Keluarganya memang tidak mengetahui apapun tentangnya, karena Clara berada di Jakarta, sedangkan orangtua dan keluarga besarnya tinggal di Medan. "Jadi selama 6 tahun itu, setiap aku pulang ke Medan, pada Minggunya aku ikut ke gereja sama orangtuaku," bilangnya. Bahkan Clara bilang sampai tahun 2023 ini dia masih pergi ke gereja sama orangtuanya, sampai akhirnya ketika dia berangkat umrah, dan disitulah baru ketahuan jika selama ini Clara sudah menjadi seorang Muslim. "Jadi satu menit sebelum terbang ke tanah suci Mekkah, aku ditelpon sama mamamku, aku kan posting keberangkatan umroh itu, dan kagetlah keluargaku," kata Clara. Terang saja ibunya menjadi marah, Clara bahkan dijauhi keluarganya, tambah lagi sekarang dia sudah mantap mengenakan hijab, jadi tak bisa dia tutupi lagi soal mualaf itu. "Sebelumnya sejak tahun 2017 aku kan sudah pakai hijab di konten TikTokku, nah mamaku waktu itu bertanya samaku, kenapa pakai hijab, apa jangan-jangan aku sudah jadi Muslim, tapi aku jawab enggak, aku bilang itu untuk kebutuhan konten saja," beber Clara. Selama 6 tahun sebelum mengenakan hijab, Clara memang mudah untuk menyembunyikan mualaf-nya itu. Keluarganya pun percaya saja, namun setelah mengenakan hijab, katanya tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, bahwa dia memang sudah menjadi seorang Muslim. "Pakai hijab itu juga muncul karena perasaan tidak nyaman lagi dengan pakaian terbuka," aku Clara. Semula Clara pikir boleh jadi karena terbawa perasaan umrah di tanah suci, karena selama di sana dia mengenakan pakaian gamis, dan itu berlangsung selama 9 hari lamanya. "Memang aku sudah niat ingin berhijab, adalah pikiran itu, namun aku khawatir jangan-jangan karena bawaan umrah, eh lama-lama malah terbuka lagi," ungkapnya. Jadi Clara mencoba untuk melawan itu, dia pun biasa saja, sepulang umrah dia tetap pakai pakaian terbuka. Clara ingin mengetahui seperti apa perasaan yang dia alami. "Waktu itu mau lunch di suatu tempat, jadi aku pakai satu tali dan celana jeans, sumpah ini gak bohong, selama makan aku merasa tidak nyaman, padahal gak ada yang liatin aku, tapi gelisah aja, gak nyamanlah," ucap Clara. Tapi dia tak mau percaya diri juga kalau perasaan itu dia sebut sebuah hidayah, saat pergi ke Bandung, Clara juga berpakaian terbuka. “Waktu itu pakai terusan sampai di atas lutut, dan begitu juga rasanya, tidak nyaman, sepanjang perjalanan, dan setiap ke suatu tempat itu tidak nyaman,” tuturnya. Akhirnya Clara mendatangi toko pakaian dan di sana dia membeli satu baju gamis beserta hijab, Clara mengganti pakaiannya. “Sejak itu sampai sekarang saya masih tetap dalam keadaan tertutup ini, belum pernah lagi mengenakan pakaian terbuka, semoga seterusnya,” harap Clara. Sejak ketahuan menjadi mualaf, Clara Shinta akui dia menjadi lebih tenang, juga lebih fokus terhadap keyakinan yang dia pilih, dan setidaknya dia tak perlu lagi pura-pura pergi ke gereja, dan terus-terusan membohongi keluarganya karena sudah mualaf. Soal kemarahan dan dijauhi oleh keluarganya, Clara bisa menerima itu, dan mewajarkan hal itu sebagai konsekuensi dari apa yang telah dia pilih. Katanya, biarkan waktu yang mengobati semuanya. (Adelina). ***

Leave a comment