Djaja dan Suka Hati, Dua Warkop Legendaris di Pontianak: Lokasi Berdekatan dan Sama-sama Andalkan Srikaya

3 Maret 2024 09:29 WIB
Ilustrasi
MEDAN, insidepontianak.com - Tua belum tentu legendaris, untuk itu dia harus tetap eksis sampai sekarang. Nah, ini dibuktikan dua warung kopi (warkop), Djaja dan Suka Hati, di Pontianak. Ya, Warkop Djaja dan Warkop Suka Hati telah membuktikan. Warkop legendaris ini telah melintas zaman, dari era Belanda dan Jepang, hingga sekarang di Pontianak. Dengan kata lain, di Pontianak, Warkop Djaja dan Warkop Suka Hati bisa dikatakan legendaris karena terus eksis dan tak pernah kehilangan pelanggan hingga sekarang. Menariknya, kedua warkop ini bisa dikatakan berdampingan, sama-sama berada di Jalan Tanjung Pura. Makanan pedamping andalan juga sama yakni memakai selai srikaya. Mengutip foodierate.com, Sabtu (5/8/2023), mulai buka sejak tahun 1935 atau ketika zaman pemerintahan kolonial Belanda. Artinya, kini sudah berusia 88 tahun. Dan hal ini terlihat jelas dari interior dan nuansa warung kopinya yang benar-benar melambangkan warung kopi tertua. Meja pengunjung di Djaja kebanyakan berbetuk bundar, berdiameter sekitar satu meter dan permukaannya terbuat dari marmer putih. Lantainya dari tegel berwarna merah, tetapi sudah menghitam. Tembok-temboknya pun terlihat kusam. Di beberapa sudut berputar kipas angin tua yang masih sanggup mendinginkan ruangan dari panasnya Kota Pontianak. Namun, jangan tanya soal rasa. Kopi di warkop ini sudah sangat terkenal kelezatannya. Pun pisang goreng, keladi goreng, dan roti bakar srikaya merupakan menu yang enak di warop ini, dengan selai srikaya yang dibuat sendiri. Secara administrasi, warkop ini berada di Jalan Tanjung Pura No 23, Kecamatan Pontianak Kota dan mulai beroperasi sejak pukul 04.30 pagi. Tak jauh dari lokasi itu, tepatnya Jalan Tanjung Pura No 17, ada Warkop Suka Hati. Warkop ini sudah ada sejak 1942, setidaknya zaman pendudukan Jepang. Warkop ini pun terkenal dengan kenikmatan rasa srikayanya. Srikaya ini biasa dioleskan di pisang goreng atau roti. Sungguh suatu padanan yang pas, dengan rasa kopi yang sedikit pahit bercampur dengan manisnya srikaya. Dari sisi fisik, Warkop Suka Hati memiliki interior ruangan yang relatif lebih modern dibandingkan Djaja. Dindingnya sudah dicat ulang, lantainya sudah lebih baru, dan pengunjungnya dari kalangan umur yang beragam. Meskipun tampak lebih baru, Suka Hati tetap memberikan sensasi klasiknya. Beberapa meja bundarnya masih berlapis marmer putih seperti di Djaja. Lukisan aksara Tionghoa tua juga masih menempel di dinding, bersama dengan burung garuda dari ukiran kayu yang tergantung di atas pintu lorong. Bagaimanapun, hal yang terkenal dari dua warkop ini adalah selai serikayanya. Selai srikaya terbuat dari campuran telur bebek, gula, dan kelapa. Bukan dari buah serikaya seperti yang banyak orang kira. Di Warkop Djaja dan Suka Hati, mereka membuat sendiri selai srikayanya. Selai ini biasa dioleskan di roti manis, pisang goreng, atau keladi goreng. Manisnya selai ini seolah menjadi penyeimbang pahitnya kopi. Jika ingin, maka selai ini pun bisa kita bawa pulang ke rumah. Mereka menjual selai yang sudah dimasukkan dalam wadah kecil, siap untuk dibawa pulang sebagai buah tangan. Begitulah, Djaja dan Suka Hati adalah warisan penting bagi Kota Pontianak. Bersama dengan deretan bangunan tua lainnya, warung kopi di Pasar Tengah ini adalah lambang keragaman etnis dan toleransi yang telah terbentuk sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Yang jelas, dua warkop ini berdiri berdekatan, pada deretan ruko tua Pasar Tengah di Jalan Tanjungpura. Dan, dua-duanya tetap eksis sampai sekarang meski 'digempur' ratusan warko lain di Kota Pontianak. Demikian soal dua warkop legendaris di Pontianak, Djaja dan Suka hati. Dua warkop yang berada berdekatan dan sama-sama mengandalkan srikaya untuk makanan pendampingnya. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***

Leave a comment