Masjid Agung Oesman Al Khair, Ikon Wisata Religi Kayong Utara: Bangunan Terapung Sarat Makna
MEDAN, insidepontianak.com - Kabupaten Kayong Utara memiliki ikon wisata religi yang sangat indah. Namanya Masjid Agung Oesman Al Khair, bangunan terapung di perairan Sukadana.
Masjid Agung Oesman Al Khair ini mulai dibangun pada 2012 lalu. Letaknya unik, terapung, dan indah yang secara langsung menjadi destinasi wisata di Kayong Utara.
Ternyata, kenapa dibangun terapung, Masjid Agung Oesman Al Khair mengandung banyak makna. Tidak sekadar tempat ibadah dan wisata, masjid ini juga cerminan masyarakat Kayong Utara.
Melansir celebes.co, Senin (28/8/2023), peletakan batu pertama masjid ini dilakukan oleh KH Said Aqil Siradj dan kemudian diresmikan oleh Presiden RI, Joko Widodo, pada 2016.
Sebagai informasi, pembangunan masjid ini bermula dari keinginan masyarakat yang ingin memperbesar Masjid Al-Qudsi yang tidak jauh dari area tersebut.
Hasilnya, bangunan megah ini berlatar pantai yang indah dan berada di atas perairan sehingga terlihat mengapung dengan indah. Rumah ibadah ini menjadi masjid terbesar yang berada di Kayong Utara.
Masjid ini berdiri di tepi laut, menunjukkkan keindahan yang dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Palung yang memagari laut Sukadana. Pondasinya adalah tiang pancang menancap dengan kokoh di tepi laut.
Yang jelas, masjid ini menyajikan pemandangan indah, terutama di sore hari. Hembusan angin sepoi-sepoi dan indahnya kemegahan masjid, membuat para pengunjung betah berlama-lama di masjid.
Pun, warna putih dari masjid ini membuat suasana nyaman dan tenang. Pada malam hari, keindahannya akan terlihat berkali lipat dikarenakan warna lampu yang berwarna hangat tersebut.
Maksud dari pembangunan terinspirasi masjid yang ada di Apung Arrahmah Jeddah, Arab Saudi. Proses pembuatannya membutuhkan waktu selama tiga tahun lebih dan membutuhkan biaya sekitar Rp38 miliar.
Tak hanya indah dilihat dan digunakan untuk salat, Masjid Agung Oesman Al-Khair di Sukadana, Kayong Utara, memiliki nilai filosofi dan makna. Yakni, makna Islami dan adaptasi budaya lokal.
Dengan kata lain, arsitektur Masjid Agung Oesman Al-Khair merupakan kombinasi dari gaya bangunan Timur Tengah, dikombinasikan dengan filosofi lokal.
Masjid ini memiliki sembilan kubah. Ada satu kubah besar. Kubah ini menandakan Kubah Rasullulah. Ada kubah berjumlah empat. Maknanya, menandakan keempat Sahabat Rasul yaitu Abubakar, Umar, Usman, dan Ali.
Empat kubah itu dikelilingi empat kubah lagi. Empat kubah ini menandakan empat mahzab yakni Mahzab Hambali, Hanafi, Maliki, dan Syafii. Total kubah berjumlah sembilan, melambangkan Wali Songo, penyebar agama Islam di Indonesia.
Filosofi lain, masjid ini terapung di laut. Hal itu menyiratkan makna, asal usul masyarakat Kayong Utara merupakan masyarakat pelaut. Masyarakat nelayan. Masyarakat yang menjunjung tinggi filosofi kebahariannya.
Masjid ini mampu menampung sebanyak 3500 jamaah yang akan melakukan salat. Kalau untuk tabligh akbar dan lain sebagainya, mampu menampung 5000-an jamaah.
Secara administari masjid ini tepatnya berada di Jalan Kota Karang, Kelurahan Sutra, Kecamatan Sukadana. Akses darat bisa ditempuh sejauh 80 kilometer dari Bandara Rahadi Oesman Ketapang atau sejauh 325 kilometer dari Pontianak.
Demikian soal Masjid Agung Oesman Al Khair di Sukadana, Kayong Utara. Sebuah rumah ibadah terapung yang indah dan menjadi pilihan wisata religi di Kalimantan Barat. Semoga bermanfaat. (Adelina). ***
Penulis : admin
Editor :
Leave a comment